TAHUN BARU 2010 TETAP JAGA KOMITMENT


SERIAL TAHUN BARU 2010

By: Marzuki Bersemangat



“Tahun baru, apa bedanya dengan kemarin, sama kan tak ada bedanya hanya berubah fugsi kalender dari 2009 berubah menjadi 2010” kata salah temanku waktu kami ngobrol di café tadi Malam.

“Yang membedakan hanya rasa dan komitmen” jawabnya seketika itu

Ya, komitmen untuk merubah diri kita lebih baik. Tanpa komitmen jangan harap akan ada perubahan pada diri. Terutama komitmen yang kita bangun adalah dari segi semangat untuk terus berproses lebih baik. Biar kita dikatakan orang yang beruntung. Bila kita sama dengan tahun kemarin kita dikatakan rugi, bahakan bila kita semakin mundur dikatakan hancur. Kehidupan ini memacu kita untuk selalu maju berproses menjadi terbaik.

Mema’nai tahun baru dengan memasang tulisan di perempatan jalan, mengirim SMS pada teman “HAPPY NEW YEAR, hura-hura dijalan, pentas kembang api, makan-makan, kongkow-kongkow, cari cewek baru, menjelajahi tempat-tempat pariwisata ataupun mengadakan upacara yang bersifat social tanpa ada sentuhan pada jiwa, hanya sekedar formalitas tapi individu tak ada kepedulian terhadap lingkungan, tak ada antusias untuk mereformasi dirinya, maka acara tersebut layak disebut hura-hura. Tahun baru merupakan ajang bagi manusia untuk berkreasi. Entah berkreasi dalam hal apa. Secara jelas manusia punya kecenderungan dalam satu hal. Dan itulah nanti yang akan ditonjolkan dalam pergantian tahun baru ini.

Sebagian manusia dalam menyikapi tahun baru ini, ada yang menghabiskan aktunya berdiam diri di Masjid. Makam para wali ataupun tempat-tempat yang dianggap sacral. Membaca wirid, asma-asma Allah berdo’a supaya diberi tambahnya barokah pada tahun baru ini dan mengampuni dosanya yang telah lalu.

Dibagian manusia yang lain, mereka pergi ke hotel memboking cewek idamannya yang bukan istrinya, pada jam temapt pergantian tahun mereka memasukkan rudalnya pada lubang vagina perempuan. Maka pada hari tahun baru ini hotel kebanyakan penuh, disewa para manusia-manusia gila.

Sebuah dua segi model kehidupan mansuia yang berbeda. Bagiku sekali lagi tahun baru adalah tahun dimana harus instropeksi kesalahan masa lalu dan berkomitment untuk menjadikan masa lalu sebagai pelajaran. Sudah sering saya tulis bahwa

MANUSIA CERDAS ADALAH MANUSIA YANG SELALU MAU BELAJAR TERHADAP MASA LALUNYA DAN SELALU BERPROSES LEBIH BAIK PADA MASA SEKARANG.
Gambar diambil dari www.usm.ac.id/

Telah Meninggal Gus Dur


Innalillahi wainna ilaihi rojiun. Mantan Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur wafat. Saat ini jenazah Gus Dur masih berada di RSCM. (19.10 wib)

“Mas Marzuki, Gus Dur sedo”
“He…nek ngomong seng enak kowe”
“Di kandani kok”
Aku seperti ndak percaya saat temanku memberi kabar itu. Aku layaknya Sayidina Umar yang mendengar kabar Kanjeng Nabi Wafat, aku seperti mau marah, ingin ku habisi semua temanku. Tapi aku harus sadar bahwa kenyataan harus diterima.

lalu aku buka Internet. ku buka (www.detiknews.com)

"Innnalilahi wa inna Ilaihi rojiun telah meninggal dunia Kyai Haji Abdurrahman Wahid di RSCM. Al Fatihah," kata Bambang Susanto dalam statusnya di Facebook, Rabu (30/12/2009). Bambang Susanto merupakan asisten pribadi Gus Dur. Saat dikonfirmasi detikcom, Bambang memang membenarkan bahwa Gus Dur meninggal dunia. "Iya benar. Sudah dulu ya mbak," kata Bambang saat dikonfirmasi. (www.detiknews.com)

KH. Abdurrohman Wahid atau lebih akrab dipanggil dengan Gus Dur, beliau sudah taka sing lagi di Indonesia beliau adalah Mantan Presiden Repoblik Indonesia.

Tak banyak yang tahu, Abdurrahman Wahid dilahirkan dengan nama Abdurrahman Addakhil, alias Sang Penakluk. Tetapi kata "Wahid" yang berarti "Satu", karena ia memang anak pertama, lebih dikenal dari "Sang Penakluk".Ia lahir pada hari keempat dan bulan kedelapan kalender Islam tahun 1940 di Denanyar Jombang, Jawa Timur dari pasangan Wahid Hasyim dan Solichah. Terdapat kepercayaan bahwa ia lahir tanggal 4 Agustus, namun kalender yang digunakan untuk menandai hari kelahirannya adalah kalender Islam yang berarti ia lahir pada 4 Sya'ban, sama dengan 7 September 1940.Gus Dur dilahirkan di tengah keluarga yang sangat terhormat dalam komunitas Muslim Jawa Timur. Kakek dari ayahnya adalah K.H. Hasyim Asyari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU), sementara kakek dari pihak ibu, K.H. Bisri Syansuri, adalah pengajar pesantren pertama yang mengajarkan kelas pada perempuan[2]. Ayah Gus Dur, K.H. Wahid Hasyim, terlibat dalam Gerakan Nasionalis dan menjadi Menteri Agama tahun 1949. Ibunya, Ny. Hj. Sholehah, adalah putri pendiri Pondok Pesantren Denanyar Jombang. (http://www.rakyatmerdeka.co.id)

Gus Dur, tampil ke tengah pergumulan politik Indonesia dan intelektual Indonesia pada awal 1970 an ketika kita, pesantren dan Nahdlatul Ulama berada dalam posisi sangat memprihatinkan: diremehkan baik oleh pejabat pemerintah maupun kaum Intelektual muslim perkotaan, disingkirkan dari politik secara sistematis, dan hanya dianggap sebagai beban atau penghambat modernisasi dan pembangunan.

KH. Abdurrohman WAhidlah yang menjembatani dunia keulamaan tradisional dan peikiran modern mendukung sintesis intelektual reformis dan agenda social yang membedakan antara doktrin-doktrin atau hokum-hukum agama yang baku akomodasi social.

Sastra Merupakan Pencerahan



By: Marzuki Bersemangat
Seberkas cahaya lampu menyorotiku yang sendiri. Ma’lum, malam Jum’at adalah malem minggu bagi santri. Kunikmati kesendirianku di kamar mendengarkan MP3.

kawan, apa jadinya bila dunia tiada musik? Jawabannya tentu, tetap jadi dunia, dan dunia sepanjang ada manusia akan tetap ada musik. Karena apapun bisa menjadi musik.

Keasyikanku terusik denan kedatangan Al-Banna. Temanku ini suka mendekati orang-orang yang sedang sendiri. Ia mungkin berpikir teman yang sendiri membutuhkan teman. Namun, selama niatnya baik itu menjadi catatan amal baik baginya.

Al-Banna tidak suka banyak omong, ia lebih suka membaca. Tapi sekali ia berbicara membuat audiens tepuk tangan. Aku pribadi suka teman kaya’ gini.

“Oo, Buku ini yang kucari”

Demikian ucapnya saat melihat sebuah buku” AKU” Chairil Anwar, Sjumanjaya. Iapun melahap buku itu layaknya kucing memangsa tikus. Mukanya bersinar menemukan pecah dalam kepenatan. Maka sesekali ia tersenyum lebar, bahkan sebaliknya.

Penikmat sastra memang seakan terhipnotis oleh karya-karya sastra. Tak pelak, ditengah rancunya hidup, sastra banyak penikmatnya.

“Kang, sastra itu pedang yang tidak mengeluarkan darah”

Aku tersentak “Uh…..!”

Kupandangi wajahnya dengan halus sebagai wujud responku atas statement. Metode ini lebih baik untuk memancing pebicaraan biar lebih seru, dan metode ini bisa menutupi kebodohan kita. Orang bijak mengatakan, diam itu mempunya seribu ari.

“Sebagai pedang, sastra bertugas menusuk-nusuk ketimpangan sosial, ketidakadilan dan kesewenang-wenangan dalam kehidupan ini”

Ia terlihat semakin serius dan mulai menata tempat duduknya yang kelihatan pantatnya mulai memanas. Tangannya meraba-raba saknya, mengeluarkan sebungkus rokok kreteknya.

“Udud, Kang”

“Wah…..aku ndak udud e”

“Yo. Saiki lha nanti”

Al-Banna semakin terkilat gagah dengan rokok ditangannya.

“Kang, sastra tidak pernah menjadi guru bagi orang lain, karena bahasa sastra adalah bahasa simbol, bahasa lambang”

“Dok….Dok…”

Tiba-tiba pintu kamar terdengar ketukan.

“Masuk” Jawabku

“Assalamu’alalikum”

“Wa’alaikumsalam, weh ….. Kang Muhtar, darimana?”

“Ngopi Kang, nang Makti ha……ha……”

Suasana kamarku menjadi lebih ramai dengan kedatangan Kang Muhtar. Ia lebih suka guyon yang kritis. Akupun senang karena sebentar lagi pembicaraan pasti lebih asyik

“Gimana tadi, katanya sastra itu mampu mengkritisi problem sosial, ah….. itu terlalu menyempitkan fungsi sastra”

Kang Muhtar berbicara dengan nada arogannya. Memang itu nada Kang Muhtar. Ia suka memancing lawannya untuk naik pitam.

“Lho.. Kang Muhtar kok tahu pembicaraan sebelumnya” Tanyaku

“He…… aku tadi nguping didepan pintu, sory kang”

“Tadi belum selesai Kang Muhtar” sergah Al-Banna dengan senyuman yang manis dan ia pun menmbah.

“secara umum fungsi sastra dapat dibedakan menjadi lima: fungsi rekreatif, fungsi deduktif, fungsi estetis, fungsi moralitas, fungsi relegius”

Adhan Isya’ terdengar aku pun keluar dan mereka juga keluar.

Gambar diambil dari website http: //www.andreyuris.wordpress.com

Keyakinanmu eksistensimu





By: Marzuki Bersemangat

Oh, kepada umat kristiani ku ucapkan, “Selamat Hari Natal”. Ucapan ini sebagai bentuk saling menghormati dalam kehidupan bermasyarakat. Bukan aku mempercayai Isa sebagai Tuhan. Tetap aku percaya Isa AS sebagai Nabi. Itulah jawabanku ketika salah temanku bertanya.

“Mas, gimana hukumnya mengucapkanj selamat hari natal kepada umat kristiani”

Siang ini udara pengap. Pepohonan diam. Terlebih otak terasa 0,1 % bereaksi. Enaknya, menyimak nasehat Bung Karno puluhan tahun silam.

Yang terpenting bagi seseorang
Adalah terus dan selalu
Mengerjakan
Sebaik mungkin segala sesuatu
Yang ia anggap benar

Apa dan bagaimana hasil akhir
Dari pekerjaan itu
Serahkan pada Tuhan!

Mungkin tercapai 100%
Mungkin setengah tercapai,
Mungkin pula tidak tercapai
Sama sekali menurut
Keinginanmu……….
Itu tidak penting!
Engkau harus yakin
Telah mengerjakan
Dengan sebaik-baiknya

Dengan demikian
Engkau tidak menyesal
Dan percayalah………….
Bahwa keputusan Tuhan adalah
Terbaik untukmu

(Ir. Soekarno)

25 Desember 2009
Bumi damai Robber River
Ngawi

Wedding apa Wedang ????




Awal Desember ini hujan mulai mengguyur Jombang beriman. Petang ba’da Isya’ ada undangan yang harus aku penuhi, Walimah. Aku meluncur. Jarak 400 M dari lokasi pernikahan itu berjajar rapi mobil-mobil berkelas.

“pruit…. Pruiiit…..”

Terdengar jelas suara JUKIR sedang mengatur kendaraan tamu yang semakin padat. Polisi lalu lalang menertibkan pengguna jalan. Acara resepsi pernikahan meriah itu memang berada digedung pinggir jalan yang menikung. Ditikungan itu terdapat lampu merah. Lokasi parkir yang tidak tersedia, sehingga parkir ditempatkan di pinggiran jalan. Akibatnya, jalan mengalami kemacetan 500 m dari tikungan itu.

Aku sempat ngobrol dengan para tamu yang belum masuk ke acara resepsi. Mereka terlihat manusia-manusia provider. Aku minder. Aku harus tenang. Kami berkumpul di tempat parkir pinggiran jalan salah satu dari mereka terlihat serius membicarakan suatu tema. Aku pura-pura memainkan HP mendekati orang itu. Kini aku jelas mendengarkan pembicaraan itu.

“Kasihan mereka dipermainkan oleh oknum yang tidak bertanggungjawab”

Aku berlalu dari mereka. Aku masuk ruangan resepsi pernikahan. Beberapa penerima tamu menyalami sembari memberikan kotak. Kupilih tempat duduk tengah karena indah. Tengah itu identik dengan netral. Apalagi drumernya netral oke full

Aku diam mataku melihat kemana-mana, dan otak selalu memberikan komentar. Saat kulihat kwade yang mewah otakku berfikir “uang kok dihambur-hamburkan. Apa ini yang dinamakan sakral? Bukankah sakralnya sebuah pernikahan itu terletak pada rentannya perceraian? Bagaimana kalau resepsi pernikahannya mewah tapi keluarganya tidak bisa menciptakan kerukunan. Ah….

Lamunanku buyar saat tuan rumah menyapaku

“Mas, dari mana?”

“Jogja”

“Lho……..jauh ya?”

“Jogja, Jombang Saja”

“ha……..ha…….bisa saja.”

“Tadi pagi acaranya apa, Pak?”

“Ooooo….. Akad nikah, adat Mas sebenarnya akad sudah dilaksanakan seminggu yang lalu”

Sesaat kemudia ia pergi. Aku merenung lagi. Merenung bagiku adalah seperti membuka internet yang penuh dengan ilmu.

Kehidupan orang jawa yang selalu mengadakan tajdidun nikah (memperbaharui nikah) pada acara walimah bagiku tak ubahnya menyulut rokok yang sudah berasap. Masalahnya, jarak antara akad dan walimah itu dekat, Cuma beberapa hari. Pertama, kesunahan tajdidun nikah adalah untuk mengantisipasi batalnnya nikah. Disengaja ataupun tidak sighot talak (cerai) itu sah. Kedua, adanya fasad (kerusakan) dalam akad maka wajib tajdidun nikah. Bila dua point itu tidak ada salah satunya lebih baik tidak perlu terjadi kembali tajdidun nikah.

6 desember 2009
Bumi kedamaian

Nostalgia / Nostalgila



By: Marzuki Bersemangat

"Homo Homini Lupus. Manusia tidak terkecuali santri, berubah menjadi serigala dalam belantara modernisasi. Silahkan berjuang mati-matian dengan mengatakan bahwa cirri khas kebudayaan Indonesia adalah gotong-royong.”

Aku masih ingat sekali statement itu ia tulis dipamphletnya. Kusimpan pamphlet itu sebagai kenangan darimu. Pamphlet itulah ku bisa mengakses perkembangan pemikiranmu. Hanya edisi itu yang tersimpan dan itu inspiarasi terindah bagiku.


Kawan, ku kenalkan sahabat lamaku namanya Mbah Men, lengkapnya Lukman Hakim. Perawakannya tinggi, rambutnya sigar tengah (edisi tahun 2008 kebawah sekarang entah). Panggilan Mbah bukan berarti tua, ia stil young he was born at 1986 same with me. Nama Mbah di Pesantren lebih identik pada penghormatan bukan pada umur.

Kutulis tentang Mbah Men karena ia adalah sahabat yang paling cerdas yang pernah ku kenal. Manusia cerdas sebayanya. Manusia yang dikagumi teman-temanya karena kecerdasan dan karakter yang meneladankan seorang pemimpin.

Dalam salah satu artikelnya beliau pernah menulis bahwa tidak seorang pun berhak menyandang predikat santri. Apalagi memonopoli maknanya dengan mengklaim bahwa “kamilah sebenar-benarnya santri. Kamilah yang pantas mewakili seluruh definisi atas nama santri”. Menurut beliau santri dulu dan sekarang sama. Tyada yang lebih unggul, Setiap era , zaman mempunyai karakteristik tersendri.

Beliau juga mempertanyakan “siapa yang pertama kali menggulirkan kesimpulan, santri sekarang tidak lebih baik daripada santri dulu?” dan “Benarkah telah terjadi kemunduran dalam berbagai aspek ditubuh generasi kita ini?”


Pertanyaan diatas membuat jantungku berdebar-debar. Aku sebagai santri harus mawas diri tentang statusku, “Terlalu muluk untuk aku disebut santri?”


Sebagai santri Mbah Men dan kita tentunya, perlu menyadari bahwa santri sekarang telah kehilangan ciri khas yang telah dianggap determinan (abadi) dan memang harus selalu ada. Ciri atau karakter yang telah hilang itu adalah persaudaraan dan semangat kekeluargaan.

Beliau beropini bahwa kita sedang dalam masa transisi dari tradisionalitas menuju modernitas. Masalahnya, manusia tidak bisa benar-benar berada ditengah atau netral. Sedikit atau banyak ia pasti memihak antara tradisionalitas atu modernitas. Manusia mempunyai sifat kecenderungan, saat itulah ia ikut ke medan laga turut bertarung mempertahankan keyakinannya.

Rayuan modernitas telah berhasil mengendalikan selera kita pada umumnya, terlebih santri. Santri lebih mementingkan belajar LKS daripada kitab pesantren. Ngaji wethon tidak lebih penting dari main game.

Pondasi pokok yang membentuk modernitas adalah proyek rasionalisasi yang kemudian berkembang menjadi mitos – untuk tidak menyebutnya mantra- dari modernitas menjadi ruhnya dan yang di pertuankan. Pada gilirannya, rasionalitas menciptakan pemilah-milahan dalam segenap cabang kehidupan. Wal hasil, komunalisme yang biasa terwujud dalam trend gotong-royong dan semangat persaudaraan sekarang dicabik-cabik oleh trend baru; egosime (cermin dari keangkuhan modernitas). Padahal yang petama tadi adalah ciri utama masyarakat santri.

Kembali pada statement diatas, "Homo Homini Lupus. Manusia tidak terkecuali santri, berubah menjadi serigala dalam belantara modernisasi. Silahkan berjuang mati-matian dengan mengatakan bahwa cirri khas kebudayaan Indonesia adalah gotong-royong.” Toh, itu sama saja halnya dengan menghembuskan lelucon yang tak lucu. Isapan jempol belaka. Harga mati yang harus dipilih hari ini adalah modernisasi dan segala konsekwensinya.


Bumi Kedamaian
5 desember 2009

Surat Kecil Untuk Ukhti di Jauh Sana



Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Jombang malam hari raya Idhul Adha ini ramai suara takbir dari Masjid-Masjid, surau-surau dan Jalan-jalan yang melakukan takbir keliling. Bagiku tak ubahnya motivator yang selalu memberikan stimulus untuk tetap sabar dalam mengarungi kehidupan yang penuh dengan kerikil dan batu.

Yaa Ukhti,memang setiap manusia mendambakan kehidupan cinta layaknya dalam novel layla majnun. Aku yakin setiap perempuan berharap kekasihnya setia sampai mati seperti Qois pada Layla. Pun sebaliknya, lelaki walaupun perampok juga seperti itu, ia mendambakan perempuan yang sholihah, perempuan yang mampu menjaga dirinya disaat suami berpergian, perempuan yang tetap setia walaupun suaminya sedang diuji rizqinya.

Namun dalam realitas kehidupan ini semuanya paradok. Banyak Suami akan menikah lagi saat ditinggal Istrinya. Juga tidak sedikit ditemui seorang Istri kawin lagi setelah Suaminya meninggal. Perselingkuhan merajalela, banyaknya terjadi kasus KDRT.

Ukhti, bukan aku mengingkari kisah-kasih Layla and Majnun. Benar dan tidaknya hanya pengarang dan Allah lah yang tahu.namun aku pribadi percaya kisah itu ada. Kepercayaan aku hanya sebatas adanya kisah cinta mereka. Tapi aku tidak percaya kisah cinta mereka sedramatis dalam novel itu. Karena itu hanya karya sastra yang diperindah oleh pengarang melalui mutiara keindahan huruf, kata dan kalimat.
Ukhti, aku yakin masih banyak lelaki yang baik, setia, perhatian, pengertian dan bertanggungjawab. Tapi aku pribadi tidak yakin ada lelaki seperti Qois dalam gambaran novel layla majnun.

Ukhti,

Ukhti, aku pribadi lebih suka membacanovel KCB karya Habiburrohman El-Syirozi,itu lebih realistis dan mendidik. Cinta yang dipaparkan disana sesuai dengan kehidupan nyata. Ana yang digambarkan dalam novel itu juga tidak terlalu idealis dalam amencari jodoh. Lain lagi novel tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, Dibawah Naungan Ka’bah, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya HAMKA (Haji Abdul Karim Amrullah) itu seperti kita dihanyutkan dalam permainan indahnya cinta yang tidak realistis. Dalam salah satu seminar Andrea Hirata pernah ditanya tentang A-ling, gadis pujaannya dalam Novelnya ia hanya menjawab dengan senyuman bahwa itu hanya imaginasi.

Ukhti, Majnun adalah tipikal seorang hamba yang diperbudak oleh cintanya. Sedangkan Layla adalah tipikal seorang kekasih yang mendamba untuk dicintai. Majnun adalah seorang pencari cinta, sedangkan Layla adalah penunggu cinta. Majnun adalah budak cinta yang menghamba untuk diizinkan mencintai, sedangkan Layla adalah majikan yang tak sabar untuk segera dicintai. Bukankah semua ini cukup menggambarkan hubungan antara seorang hamba dengan Tuhannya? Itu adalah metafora seorang Hamba yang mencintai Tuhan. Tuhan, seperti pernah dikatakannya dalam sebuah hadis Qudsi, adalah Khazanah Tersembunyi. Ia ingin dikenal, maka ia ciptakan semesta dan seisinya. Ia mencipta bukan karena Ia butuh kepada ciptaannya, tapi agar Ia kelak dikenal dan dirindu—serta dicumbu—oleh ciptaannya. Yang pernah dirasakan oleh al-Hallaj dan sufi-sufi sinting lainnya. Dalam kegilaannya, yang hanya sepersekian persen dari kegilaan Majnun. “Semoga Allah selalu merahmati Nizami dengan keluhuran karyanya…”.

Ukhti, janganlah hidup diatas banyang-banyang. Namun hiduplah untuk terus berusaha san selalu berproses yang lebih baik menjadi kekasih yang kita idamkan.
Ukhti, maaf dengan kasarbya kalimatku. Karena aku buklan pujangga yang pandai merangkai kata.
Sahabatmu,
Di Bumi Kedamaian
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Aku Vs Guruku, Pak Huda



By: Marzuki Bersemangat
Di Jombang, setiap hari aku diracuni ilmu meski aku tak ubahnya pelayan Indomaret yang tertuntut ramah pada setiap konsumen. MAWH Tambakberas ini menawarkan padaku sebuah petualangan intelektualitas dengan kemungkinan-kemungkinan yang amat luas. Aku mengagumi guru-guru yang belum kutemui sebelumnya. Aku menemukan guru yang memberikan kesempatan besar bagi murid untuk berkreativitas. Bagiku itu sebuah batu granit yang mencerahkan walaupun aku hanya batu nisan yang diam diantara rumput ilalang yang bergoyang.
Siang itu Rabu 7 Oktober 2009 kepalaku seperti batu karang yang dihantam ombak. Argumentasi yang emosional dilontarkan guru yang bagiku ia adalah senior intepretor. Dengan santainya ia menyampaikan di depan kelas:
“Negara Indonesia miskin dikarenakan sistemnya yang bobrok”.
Aku diam. Kugerakkan otakku sedikit untuk memahami opini Sang Guru. Otakku yang tidak cerdas ini terasa cenut-cenut bila diajak berfikir berat. Namun aku harus memaksa dan otak memang harus dipaksa.
Aku sangat gandrung dengan ide-ide Pak Huda. Berulang kali kuamati setiap beliau mengajar. Melihat kumisnya saja aku bergetar-getar. Gaya bicaranya yang lantang nan merdu dalam mengajar jantung ini hampir copot. Syamsul Huda nama lengkap beliau, nama yang mengandung karakter keras dan itu termanifestasikan dalam opini-opini beliau.
“Yang tidak setuju dengan pendapatku acungkan tangan”
kata Pak Huda dengan mengacung tangan pada para siswa yang menahan kantuk.
Hening,gemetar, dan mencekam, itulah suasana kelas. Di MA-WH Tambakberas ini siswa memang dituntut aktif. Siswa bukanlah gelas yang bisa terus diisi. Guru bukanlah Tuhan yang mendikte sekehendaknya. Guru bagaikan penjual yang menawarkan berbagai menu dan siswa sebagai pembeli dituntut memilih dan memilah sesuai kadar kapasitas.
Sejak kecil darahku mengalir sebagai manusia yang tidak mudah untuk bisa menerima. Begitu pula saat Pak Huda memberikan kesempatan untuk berpendapat, tanganku tanpa terasa sudah mengacung secara reflek.
“kemiskinan di Indonesia disebabkan oleh pendidikannya bukan politik ataupun sistem”
“Lalu, mengapa banyak pelaku pendidikan yang hidup diawah garis kemiskinan” Sahut Pak Huda.
Aku seperti kena skak dalam permainan catur. Aku hanya bisa mereply ulang pendapatku dan memahami kembali. Aku membentuk diskusi kecil dalam otakku. Tubuhku seakan membelah menjadi dua: aku sebagai perwakilan dari egosentris dan Marzuki duta dari otak yang berisi bermacam data atas pertimbangan hati kecil. Maka peserta doiskusi kecil itu aku dan Marzuki.
“Hai Marzuki, kenapa banyak pelaku pendidikan yang hidup miskin.”
“Ooo..... itu karena pendidikan di Indonesia bobrok. Masak kamu lupa, Gus Dur pernah bilang bahwa pendidikan di Indonesia itu bobrok.”
“Oooo....gitu ya..”
“Bobrok. Bobrok!!! korupsi terjadi dalam semua lini" tegas Marzuki.”

Diskusi kecil itu tiba-tiba buyar. Pak Huda memandang aku degan tajam. Pandangan yang sinis dan pandangan sayang. Perlahan tapi pasti aku bermetamorfosis menjadi penganut pendapat Guru itu. Aku mulai memahami yang entah benat ataupun salah. System Indonesia yang bobrok menjadikan negara Indonesia miskin. Dr. Antonio dalam salah satu seminar pernah mengatakan bahwa untuk menjadikan negara Indonesia ini baik hanya cukup 3 menit, Yakni para isteri cukup bilang pada suaminya: “Sayang, jangan bawa uang haram kerumah ini.”
Http://www.wacanamarzuki.blogspot.com
E-mail: marzuqqi@yahoo.co.id

Pesona


By : Marzuki Bersemangat
Serempak sekali 22 Agustus 2009 umat Islam melaksanakan ibadah puasa. Makan sahur hari itu bagiku terasa hambar, ma’lum tidak terbiasa makan menjelang terbitnya fajar. Ba,da ashar ku meluncur menuju Jombang tercinta. Aktivitasku menonton selama 16 hari di Jombang: sekolah-diskusi-bowsing.

Senin 7 September aku dan temanku, Mahmud meluncur kerumahnya, Desa Tempuran Kecamatan Tanjung Kabupaten Lamongan. Desa yang bagiku unik. Kami harus memasuki jalan selebar 2 M sepanjang 3 Km. Sekarang akses desa itu halus. “Baru mei kemarin jalan ini dicor “ kata salah satu pemuda di desa itu yang kutanya, kapan jalan ini direnovasi. Aku dulu pernah masuk desa ini namun jalan masih berupa sirtu (pasir dan batu). Bahkan karena tidak enaknya lewat jalan ini dulu aku bernyanyi setelah sampai dirumah temanku”Perjalanan ini sungguh sangat menyedihkan”.

Tanah diwilayah Kecamatan ini berstatus tanah gerak. Jalanan akses Desa Tempuran dulunya diaspal namun sering terjadi keretakan yang berakibat tanah keluar dan menutup aspal. Cor yang sekarang pun (September 2009) mulai tampak retak. Nanti bila keretakan banyak terjadi akan ditambal dengan aspal. Cor jalan ini bertebalan kurang lebih 30 cm. Jalan ini juga menghubungkan Pasar Sukorame. Sebelum sampai Desa Tempuran jalan ini sepi bila malam hari karena termasuk wilayah persawahan dan hutan. Menakutkan, dimana-mana pohon dan tidak ada lampu.

Kamipun seperti computer yang baru di Instal. Fikiran kami cerah 2 hari didesa tempuran. Setelah selama 16 hari di Jombang, aku seperti burung kutilang yang dikurung tuannya. Tunduk patuh. Aku ingin menyelami labirin liku-liku yang ujungnya tak dapat disangka. Aku mendamba kehidupan dengan kemungkinan-kemungkinan yang bereaksi satu sama lain seperti benturan molekul uranium.(Andrea Hirata).

Selasa ba’da ashar aku dan mahmud minta izin pulang. Kami menuju Desa Kandangan Kecamatan Sambeng Lamongan. Bermacam rute sudah kami kantongi namun kami tetap kebingungan sesampai di kecamatan Sambeng. Kami tidak tahu secara pasti untuk akses desa kandangan. Rute kami ingat di otak: “Masuk jalan bercor selebar 2 m.”. Setelah melalui berbagai proses akhirnya kami menemukan jalan itu. Jalan bercor sepanjang 1 km. kendaraan kami melaju dengan cepat dan hati-hati. Ternyata cor itu hanya kurang lebih 1 km. setelah itu jalan berupa batu terjal yang kami khawatir kendaraan kami bocor. Kekhawatiran kami karena tidak ada tambal ban. Kami berada di tengah hutan. Pohon, pohon dan pohon sekali. Perlahan namun pasti. Kami mengejar waktu. Sebentar lagi berbuka puasa. Perjalanan 2 km sampai di Desa Cane. Kami bertemu teman safari Ramadhan yang berada Kantor secretariat kami langsung menuju post 2 Desa Kandangan. Rute kami sekarang jelas sesudah teman-teman memberi gambar peta untuk tujuan kami. Jarak post 1 dengan tujuan kami kurang lebih 3,5 km. namun bagi kami serasa 10 km. jalan itu parah rusaknya. Kalau siang panas. Dari Cane ke Kandangan kanan kiri jalan berupa sawah.
Jam 17.33 suara bedug terngiang. Kami berbuka di Madrasah Ibtida’iyah depan Masjid Kandangan selepas Masjid kami menemui teman, Ubaid. Sebenarnya Aku dan Mahmud hanya ingin bermain. Namun, Ubaid mengharap kami gabung dengan mereka untuk ikut safari Ramadhan (mirip sama dengan KKN atau Bhakti Sosial).

Hatiku hancur waktu rapat malam itu 8 September ba’da tarawih di rumah Pak Lurah saat kulihat wajah mirip Taicha Naomi. Kami saling memperkenalkan diri didepan para tokoh desa kandangan. Kutahu namanya, Zakiyah. Perempuan yang meremukkan hatiku saat pandangan pertama. Wajahnya membuka file lamaku, Diana yang entah kemana. Rapat selesai dengan macam-macam program yang berkaiatan dengan orangtua, anak-anak dan meramaikan Mushola Kandangan. Mushola di Desa Kandangan ada lima. Kami diberi hanya 4 mushola.yakni mengisi Imam sholat tarowih, kultum. Kami siap !! sangat siap!!

Zakiyah, sungguh jelita. Pesonanya adalah akumulasi dari sipu malunya jika kugoda. Cahaya matanya jika terkejut. Kata-kata yang manja jika kuajak bicara, dan jilbabnya yang menambah daya pikat. Kenyataannya bahwa ia menyukai novel-no0vel cerdas kesukaanku. Zakiyah, simply irresistible. Apalagi design-nya secara eksplisit bilang”I am a single Marzuki”. Buka lowongan. Zakiyah, Zakiyah, Zaakiiaaaayah!!!!!

Energi Barokah Masjid Al-Karomah


By : Marzuki Bersemangat
Sore menjelang berbuka puasa di Masjid Al-Karomah Nglundo Jombang warga sekitar berkumpul di Masjid untuk buka bersama. Acara yang dikemas berbuka puasa tersebut dimulai jam 17.15, sambil diisi ceramah agama. Warga sangat antusias mengikuti program Ramadhan itu. Terlihat beberapa orangtua muda, anak-anak duduk rapi DI JERAMBAH masjid. Anak-anak sudah berkumpul di Masjid sejak ba’da sholat ashar mengaji iqro’ untuk pemula. Sedang untuk tahap lanjutan diteruskan juz ‘Amma, yang terdiri dari surat-surat pendek.
Antusias warga juga terlihat pada jama’ah lima waktu. Warga berduyun-duyun pergi ke Masjid saat adzan. Tua, muda, laki-laki, perempuan khusu’ sholat berjama’ah di Masjid. ”Sholat Berjama’ah Lebih Baik Dari Sholat Sendirian Dengan Paha 27 Derajat”. Hadits tersebut ternyata teraplikasi oleh warga sekitar Masjid Al-Karomah Nglundo Jombang. pahala 27 derajat tersebut belum ditambah dengan besarnya fadhilah bagi mereka yang sudah bersuami atau beristri.
Sholat tarawih 20 rokaat itu di jalani dengan semangat yang luar biasa di Masjid Al-Karomah. Mulai awal tarowih 22 agustus 2009 kemarin, Masjid dipenuhi warga sampai penulis menulis (29/8/09). Masyarakat Jombang yang mayoriras warga Nahdliyin melaksanakan tarawih dengan 20 rokaat dengan ditambah witir 3 rokaat. Bilal setiap Masjid atau Mushola berbeda biasa ditemui. Memang bilal tidak ada dalil yang mengsyariatkan, namun tidak ada salahnya karena isi dari bilal adalah sholawat. Perdebatan tentang tarowih yang 20 rokaat dan 8 rokaat, warga Nahdliyin menyikapinya dengan tenang. Kalau hanya 8 rokaat mengapa harus dilakukan di dalam bulan romadhan? Pensyariatan tarowih itu terjadi dalam masa Kholifah Sayidina umar (Fathul Wahab) Masa Nabi belum di kenal istilah tarowih. Nabi Muhammad SAW setiap malam baik diluar ramadhan ataupun didalam bulan Ramadhan melakukan sholat sunah 8 rokaat, dan itu dijadikan dalil bagi manusia-manusia yang mengatakan tarowih itu 8 rokaat.
Jama’ah sholat tarowih di Masjid Al-Karomah ini terlihat khusu’ mendengarkan siraman rohani setiap hari antara tarowih dan sholat witir. Penceramah biasanya Imam sholat tarowih yang dilakukan bergilir para tokoh warga Masjid. Tema yang diangkat penceramah tidak jauh dari materi bab keutamaan bulan romadhan. Ba’da sholat tarowih aktivitas Masjid Al-Karomah adalah tadarus Al-Qur’an sampai tengah malam. Banyak makanan ringan yang dikirim oleh warga untuk para tadarus. Faktor makanan menjadi penyemangat tersendiri bagi pemuda. Sistem “balas dendam”: siang hari tidak makan dan minum begitu adhan Maghrib terdengar saat itulah start untuk makan dan minum sampai imsak. Kapan kita sampai pada tingkat puasa khowas, apalagi khowasil khowas. Kita ini masih pada tingkat bawahnya puasanya orang awam sebagaimana Nabi menyebutkan banyak orang berpuasa namun tidak mendapat apapun kecuali lapar dan dahaga. Puasa orang awam, Yakni hanya mencegah perut dan farji dari syahwat. Puasa khowas atau puasanya orang khusus adalah puasanya orang-orang sholih. Yakni mencegah anggota badan dari perbuatan dosa, maka tidak sempurna puasa orang-orang sholeh kecuali, selalu dalam 5 perkara: pertama mencegah mata dari melihat sesuatu yang dibenci syariat kedua menjaga lisan dari menggosip, bohong, provokasi, sumpah palsu. Karena Anas meriwayatkan sebuah hadits bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda: ada lima perkara yang dapat melebur puasa, Yakni bohong, gossip, provokasi, sumpah palsu, memandang dengan syahwat.Ketiga mencegah telinga dari mendengar setiap perkara yang dibenci syara’. Keempat mencegah semua anggota badan dari perkara yang dibenci syariat dan mencegah perut dari makanan syubhat (perkara antara halal dan haram). Kelima hendaknya tidak memperbanyak makan dari makanan halal ketika berbuka. Sesuai hadits Nabi SAW bersabda tidak ada tempat yang lebih dibenci Allah daripada perut yang penuh dengan makakan halal.Adapun puasanya khowasil khowas adalah puasanya para Nabi dan orang Shodiqin. Yakni mencegah hati dari hal yang dapat melupakan Allah (Dhurrotu An-nasihin Fi Alwa’di wa Al-Irsyad)

Tetesan Air Mataku


By: Marzuki Bersemangat

Aku bukanlah superman.
Aku juga bisa nangis.
Jika kekasih hatiku pergi meninggalkan aku.

Petikkan lirik lagu BUKAN SUPERMAN karya Ahmad Dhani diatas merupakan realitas kehidupan manusia ini. Siang itu 09.40/23/7/2009 udara dingin mulai melakukan proses perubahan panas.Angin yang sungguh mulai menampakkan tidak bersahabat membuatku ingin sekali membeli wedang kopi. Akupun meluncur dengan motorku menuju Bank Jatim yang hanya  400 M dari sekolahku untuk mengambil uang.
“Heh !!! ada apaini??
Tanyaku pada teman-temanku yang sedang bergerombol didepan pintu masuk menuju Masjid Induk Bahrul ‘Ulum.namun sebelum mereka menjawab. aku dengan cepat membaca tulisan di papan tulis yang dipasang disitu.

TELAH PULANG KE ROHMAT ALLAH IBU NYAI Hj. MUSYAROFAH BISRI.

Aku tertunduk seketika. Tetesan air mata itu membasahi sekali pipiku. Beliau adalah istri KH. Abdul Fatah Hasyim salah satu tiang pendiri Pondok Pesantren Bahrul ‘Ulum,Juga pendiri Madrasah Muallimin Muallimat Tambakberas Jombang. Kepulangan beliau belum keringnya air mataku atas meninggalnya putra beliau KH. Taufiqurrohman Fattah 19/7/2009 sepuluh hari sebelum meninggalnya beliau.
Pemakaman beliau jam 13.00. akupun kembali ke sekol;ah dan disanalah aku dan teman-teman membaca tahlil.hari itu sekolah pulang lebih awal.

Belum sampai jatuhnya air mataku di tanah, hatiku harus remuk.putra KH. Abdunnasir Abdul Fattah dipanggil Allah 19/8/09, Gus Najih. Semoga Allah memberi kekuatan kepada K. Nasir atas musibah yang bertubi-tubi. Hj. Musyarofah merupakan ibu beliau. K Taufiq adalah adik beliau. Sedang Gus Najih adalah Putra beliau.

KH. Abdunnasir Abdul Fattah lebih akrab dipanggil Gus Nasir.beliau pengasuh Pondok Pesantren Bahrul ‘UlumTambakberas Jombang, Pengasuh http://www.pesantrenvirtual.com, serta mengasuh beberapa pengajian rutin di Jombang.

Surau-surau didesaku



By: Marzuki Bersemangat

Tekuni satu ilmu sampai pada akarnya. Perdalami seluk beluk. Bahkan koridor yang terkecilpun. Dan sungguh Allah suka terhadap orang yang tidak putus asa.

Jangan pindah pada bab lain sebelum memahami satu ilmu. Niscaya akan lebih matang terhadap ilmu. Bukankah zaman sekarang profesionalisme lebih di tuntut. Fokus adalah hal yang dibutuhkan. Serius berarti mempelajari dengan responsibel.

Otak manusia yang terbatas membutuhkan; ketekunan, disiplin, istiqomah. Sekolah yang menekankan siswa terhadap ilmu tertentu lebih menjadikan siswa mudah mengusai ilmu, daripada siswa yang diceko’i beberapa fan ilmu.

Ketika sejak kelas satu SD sampai kelas lima. sulit aku belajar Al-qur’an, yang padahal sudah aku bisa menguasai iqro’. Pindah dari ustadz satu ke ustadz yang lain. Kusadari kurangntya konsentrasi; belajar pada guru, pengulangan pelajaran setelah sampai dirumah.

Akhir kelas V SD, kuputuskan temanku, Saji. Ia kujadikan Guru. Kupanggil Ustadz Saji. Beliau adalah alumnus UNMER Madiun, yang akhirnya menjadi Dosen disana. Sekolahnya dari kecil sekuler, namun ia adalah pribadi yang religi. Maka aku bangga karena Guru privatku membaca Al—qur’an adalah Dosen.

Setiap sore di Mushola Al-ikhlas, saya berusaha untuk aktif sholat jama’ah eko, temanku yang selalu bersama dimanapun dan terutama ngaji privat dengan ustadz Saji. Ngaji itu kami lakukan setiap ba’da Maghrib. Satu persatu kami membacakan maqro’ kepada Sang Ustadz, seperti sorogan dipesantren. Sampai menunggu isya’. Perhatian Guru, kenyamanan belajar, pengulangan pelajaran, istiqomah, kesabaran guru, dan tentunya dukungan serta anugrah Allah kami dapat menguasai iqro’ sehingga dengan mudah aku dan eko untuk naik sorogan Al-qur’an.

Selesai SD aku mondok di Tambakberas Jombang. kusudah enak dipesantren, karena Al-qur’an hanya tinggal melancarkan. Masuk MQ, Madrasah Al-qur’an, sistem pembelajarannya lebih menekankan pada Makhorijul huruf, bukan sorogan. MQ yang hanya dua tahun itu mempelajari 5 macam; tajwid, qiro’atul Qur’an, ghoroibul qur’an, hafalan surat-surat pendek, ”Attibyan” sopan santun membaca Al-qur’an.

Model sorogan seperti yang kulakukan saat privat pada Ustadz Saji, merupakan model belajar yang bagus. Siswa aktif dan guru hanya mendengarkan presentasi siswa dan menjawab pertanyaan siswa. Pembelajaran salaf namun dilisensi orang barat: inilah pembelajaran modern. Pesantren kuno atau salafi yang banyak ditemui di Kediri, ambil kewagean, Kyai tidak akan pindah kitab lain sebelum satu kitab itu khatam dan itu dibaca setiap habis sholat Maktubah.

Aktivitas ngaji privat itu, sudah 12 tahun lalu. Bagiku masih lekat dan terus teringat; Ustadzku, Eko temanku. Ustadz yang menancapkan erat pondasi untuk bisa membaca Al-qur’an, yang tetap kan terus dipakai sampai nanti. Kesabarannya mengajarkan “BA YA RO, TO RO KO, BU YA RO. Bukankah ini amal jariyah yang sesungguhnya? Eko, teman yang selalu bersama saat ngaji. Bukankah inilah ma’na sahabat yang sesungguhnya.

Guru kami yang di Aliyah, bisa lebih pandai dari guru ngajiku dulu di desa. Namun tanpa adanya guruku yang di desa dulu, mana mungkin aku dapat memahami pelajaran di Aliyah. Sungguh besar pahala bagi ustadz-ustadz (jama’: Asatidz) yang mengajarkan iqro’, Al-qur’an pada anak kecil-kecil. Keberadaan mereka termajinalkan dari mata orang-orang pengejar dunia. Keberadaan mereka mulia bagi Allah dan orang yang bertaqwa. Walaupun sekarang keberadaan mereka diperhatikan oleh pemerintah, itu tidaklah sepadan dengan pengabdian mereka.

Mushola Al-ikhlas di Kaligarung itu sekarang sudah berdiri megah. Berusaha menghilangkan sejarahku dulu. Ku ingat Mushola Al-ikhlas sangat sederhana sekali. Lantainya pun masih berupa ris, semen yang diaduk dengan pasir ditambah air, kemudian dihamparkan ke tanah, jadilah ris. Dinding kayu yang aku dapat mengintip dari luar, karena banyaknya celah, lubang. Pintu yang kalau ditutup sulit karena lantai dibawah pintu itu tinggi rendahnya tidak sama. Kalau dipaksa menutup bisa menimbulkan nada dering yang indah: “Graddhhakk!! Kreieeeek..Blaaak!!. lampu itupun kadang seperti lampu di diskotik, mati-nyala-mati-nyala-mati-mati-mati-mati, ganti saja dengan lampu pra kemerdekaan Republik Indonesia, Lampu Teplok. Tempat whudhu yang asyik, berupa genthong yang salah satu pojoknya dilubangi kecil sebesar bolpoin it name is Padasan . Atau kami biasanya memakai sumur yang manual biasa disebut oklek, yakni meng’oklek. Gantian satu dengan lainnya, ini yang menjadikan kehidupan kami gotong royong. Kamar mandinya pun sangat sederhana; berdinding ukiran tembus yang terbuat dari bambu atau ma’lum disebut gedhek, saluran air dari bak ke sumur hanya bambu, baknya terbuat dari seng yang sudah berlumut.

Sekarang keadaan Mushola itu, megah. Layaknya Mushola yang lain. Berkompetisi membangun “house” bukan “home” nya. Dalam bahasa inggris, rumah dibedakan menjadi 2, yaitu; house dan home. House lebih pada bangunannya, sedangkan home adalah rumah tangga, maka ada istilah ‘broken home’ artinya pecahnya rumah tangga. Kebudayaan pemuda lebih senang tidur di pos-pos pinggir jalan. Karena sudah tidak kuat lagi untuk pulang kerumah dalam keadaan mabuk.

Apakah Mushola sekarang yang megah lebih sakral daripada Mushola dulu yang reyot? Sehingga mereka enggan untuk mampir, dan lebih memilih warung kopi yang mereka harus mengeluarkan kocek. Al-qur’an yang tertata rapi seakan hanya sebagai ornamen Mushola, yang menyentuhnya dan bahkan mengamalkannya. Sedangkan Allah menurunkan Al-qur’an adalah sebagi petunnjuk bagi orang-orang yang bertaqwa. Al-qur’an bahkan tidak hanya untuk dibaca. RA Kartini dulu pernah mengkritik guru ngajinya, karena hanya diajari membaca Al-qur’an tanpa diajarkan artinya. Bagaimana orang islam bisa mengamalkan isinya kalau tidak tahu arti.

Aku dan Eko, sering menjelajah dari Ustadz Mushola satu ke Ustadz Mushola yang lain. Menjelajah dari dusun satu ke Dusun sebelah. Itupun kami lakukan setelah menguasai dasar-dasar membaca Al-qur’an. Kami hanya ingin merasakan belajar pada Ustadz yang lain. Merasakan luasnya pengetahuan, penjelajahan relegius. Aku teringat Gus Wahab berpesan “Dalam Guru syariat carilah Guru sebanyak-banyaknya dan carilah Guru hakikat satu saja”. Syariat hanyalah keilmuan yang bersifat pengetahuan, namun guru Hakikat adalah Guru yang bertanggungjawab pada kita, di dukia dan akhirot.

Penjelajahan relegiusku dan Eko, kami lakukan dengan senang hati. Sepeda ongkel federallah yang selalu kemanapun aku tumpangi setiap ngaji, begitu juga eko. Sholat Maghrib kami tetap berada di Mushola Al-Ikhlas, baru setelah itu kami bereksplorasi; menjelajah surau yang belum kami kenal. Mengeruk informasi dimana ada TPA ba’da Maghrib disitu akan kami singgahi. Berbekal semangat dan Al-qur’an yang kami pinjam dari Mushola Al-Ikhlas. Bahwa penjelajahan kami itu membuncah setelah kami menguasai dasar-dasar membaca Al-qur’an yang kami dapatkan dari Ustadz Saji. Beliaulah yang menanamkan pada kami dasar-dasar Al-qur’an melalui iqro’. Maka setelah iqro’ kami mencari guru lain. Aku dan eko tidak belajar pada Ustadz saji sorogan Al-qur’an kecuali hanya sebentar.

Hampir setiap RT didesaku ada suraunya. Sepuluh surau, itu hitunganku tahun 1997. sekarang bertambah terus, menjamur sejalan membludaknya manusia dan SDM yang meningkat. Bukti kongkret perkembangan Islam di desaku meningkat secara kuantitas dalam teori MLM, Multi Level Marketing, bahwa untuk mencapai kualitas, pertama kuantitas. Sehingga terdengar sahut-sahutan adhan surau satu dengan lainnya ketika waktu sholat maktubah tiba.

Dalam penjelajahan akhirnya kami menemukan seorang Guru yang sangat perlu kami teladani, Ustadz Santoso. Beliau alumnus salah satu Pondok Pesantren Salaf di Kediri. Dan ternyata beliau Maha Guru kami, karena Ustadz Saji adalah muridnya. Beliau sudah lama menjadi guru ngaji. Muridnya sudah banyak di desaku baik laki-laki, perempuan. Karakter beliau yang sabar, tegas, suaranya yang menggelegar, dan kumisnya ngelawir menambah kewibawaannya tampak. Beliau mengajar di surau kecil, dipenuhi suara-suara santri beliau. Surau yang hanya berdiameter ±7x5m2. Tempatnyapun sedikit tersembunyi, yang padahal berada di pinggir jalan itu karena hampir tertutup sumur didepan surau kecilnya itu. namun siapa menyangka surau itu menelurkan santri-santri didesa kami.
Penjelajahan kami tidak terasa sangat membuahkan hasil. Aku dan eko sudah lumayan lancar untuk membaca Al-qur’an pada kelas enam SD pada catur wulan ketiga dua. Yang waktu itu hanya 3 orang yang terkenal untuk membaca Al-qur’an; Ali, Ana, Bambang. Maka ketika Guru Agamaku menyuruh membaca suroh Al-baqoroh awal akupun membacanya dengan lancar. Pun karena ayat 1-6 Suroh Al-Baqoroh aku sudah hafal. Aku dan ekopun sudah berani untuk tampil ketika acara khotmil Al-qur’an di desaku.

Penjelajahan untuk tetap berkelana terhadap ilmu Allah terus membuncah. Maka ketika lulus SD dengan DANEM 42 yang seyogyanya itu DANEM bergengsi waktu itu untuk masuk SMP 1 Ngawi, aku tetap ngotot pada orangtua ku untuk berkelana ke Jombang. sebuah kota yang penuh dengan harimau berkeliaran. Aku ingin berupa-rupa hawa harimau. Aku mau sekali-kali bisa menjadi pelayan harimau. Aku berkeinginan merasakan ganasnya hutan yang penuh dengan harimau.


BUMI DAMAI GROWLRIVER
CAMPURASRI NGAWI

Rasa Sejati

By : Marzuki Bersemangat
Ketika sebuah inspirasi terbit tak terkebiri

Tinta-tinta ingin menyembur, meluap tak terkendali

Kertas-kertas putih menjadi korban suci

Bila tak tersalurkan semua menjadi rasa benci

Membara dalam hati membakar perasaan diri

Suara memicu mencuat jati diri gundah sepi

Ketika waktu memaksa memisahkan kami

Antara pencerahan inspirasi dengan kontemplasi

Hidup menjadi tidak tenang serasa duri

Inginku sekali berarti sesudah itu mati

Inspirasi merupakan emas yang murni

Karya besar berjalan dari inspirasi mini

Maka janganlah bermimpi hai ….pemimpi

Jika kamu ingin sukses tanpa berdiri

Bangunlah pemalas kamu pencipta esensi

Bila kamu berdiri angkat senjata dan lari

Kehidupan tak terselesaikan dengan ideologi

Sebuah ideologi akan berarti dengan bukti

Dan kehidupan lebih berarti dengan mengabdi

Menjadi makhluk yang sholeh pada Illahi Robbi

BUKAN BASA-BASI

Sebuah cuplikan Marzuki yang lupa dari mana asalnya


Suatu ketika Josh Washington

Pada saat-saat genting

Semua masalah berkecamuk

Semua anak buahnya bingung

Mondar-mandir, diam, membisu

Tapi mereka faham

Bahwa masalah tak akan selesai

Dengan hanya diam

Dengan hanya mondar-mandir

Masalah harus didiskusikan

Karena ini negara

Karena masalah masyarakat

Bukan masalah pribadi

Bukan negara individualisme

Ini negara demokrasi

Negara yang menghargai pendapat

Tapi mengapa semua diam

Tapi tunggu, disaat semua tutup mulut

Walau hanya tiga kata

‘’Bagaimana ini, Pak’’

‘’Jangan minta pada Tuhan

Untuk diringankan masalah kita

Tapi mintalah pada Tuhan

Untuk diberi kekuatan

Menghadapi masalah’’.

Kata Josh Washington

Oportunis Yang Idealist


By : marzuki bersemangat
Aku bangga sebagai warga negara indonesia, apalagi dengan datang kepadaku, surat pemberitahuan waktu dan tempat pemungutan suara Pilpres 2009. “aku pertama sek dewe “. Teriakku didepan rumah. Ku tak menyebutkan pertama dalam hal apa, karena aku malu. Malu aku karena sudah besar. Sudah besar aku malu. Malu aku karena sudah besar.
8 juli 2009, ku akan centang diriku sendiri, itu kalau nanti dikertas suara ada fotoku tertulis nama: “MARZUKI DAN IN..”, calon pasangan presiden dan wakil presiden rumah tangga periode tahun 2009 s.d 4 ever. Daripada harus bingung menyaksikan percaturan politik yang saling menyekak. Sudahku tidak menemukan dalam kamus bahwa poilitik itu bersih. Aku hanya menemukan kesimpulan dalam otakku yang penuh emosi ini, bahwa ‘poli’ berarti banyak, ditambah ‘tik’ enaknya ditafsiri trik. Politik benar yang lirikkan iwan fals “dunia politik dunia yang penuh intrik. Kawan, kata trik tersembunyi; 60 trik tersembunyi visual basic. Sebuah buku mengulas pemograman computer melalui jalan tak sewajarnya. Jalan pintas dianggap pantas it’s politic.
Salah satu vigur yang ku gadhang-gadhang continue dalam kepimimpinannyapun perlahan namun belum pasti aku menjadi lebih pasti bukti politik it’s kotor. System trik tersembunyinya dalam menyingkirkan lawan politiknya. Politik kotor namanya, itulah oportunis, dan itu aku. Kang muhtar waktu di pondok kyai mojo pernah mengatakan padaku:
“kamu oportunis yang idealist!”
Tepat. Gus david, putra kh. Jalil tulungagung pernah bilang padaku” kowe ora nakal tapi ndablek”. Ndablek atau oportunis adalah sama. Dipandang dari titik kesamaan. Santri yang waktunya harus masuk kelas malah lebih mengutamakan membaca buku diperpustakaan. Atau ndablek yajuzu nyusamma dholimun: makhallus syai’ fighoiri makhallih.
Perbedaan nakal dan ndablek. John, anak penurut. Ia sekolah di sltp bintang karya. Rajin, sekolah aktif, pr selalu mengumpulkan atau diselesaikan. Hobinya minta uang temannya, mudah memukul temannya, kalau frustasi minum pil lexotan. It ‘s example anak nakal.
Simon, ia sebenarnya anak pandai namun. Namun nasehat baik untuknya hanya bagai angin saja.
“mon, belajar”. Gertak ibunya.
“bentar”
Ia menonton tv, tidak memperdulikan tugas primer. Lebih mengutamakan sesuatu yang sekunder yang ia anggap penting daripada harus mengerjakan sekolah.
Simon ku sebut manusia oportunis yang idealist. Idealistnya adalah perhatiannya terhadap sejarah bangsa. Tv yang ditontton simon itu adalah film documenter tentang perjuangan para pahlawan. Mereka sungguh berjuang dengan tinggi. “ merdeka!!!, pahlawan yang berjuang melepaskan negara indonesia dari cengkraman para penjajah. Sedang simon dalam pahitnya ia mendengarkan omelan ibunya hanya berkata lirih pada dunia “bangsa yang baik adalah bangsa yang menghargai sejarah dan itu aku”.

Renungkan sang intelektual


By; Marzuki

Paradigma seakan hanya menjadi wacana

Padahal wacana diangkat dari realita

Lalu apa artinya paradigma

Bila tak mampu memecahkan

Problem-problem kehidupan

Lalu apa artinya wacana

Bila tak mampu mematahkan

Sendi-sendi kehidupan

Tuhan, Apakah dengan sujudku

Aku mampu memahami kehidupanku

Untuk Seniorku

Kegagahanmu memandang dunia

Merahnya matamu mencermati kehidupan

Bijaksananya karakter dalam menyikapi

Semua sistemmu

Langkahmu membawa ispirasi tersendiri

Dalam perjalanan hidupku, pun

Sampai bingung, siapa aku

Kau atau aku

Dimana aku

Sehingga kehilangan jatidiri

Mungkinkah kehilangan jati diri

Mungkinkah ini suatu transisi

Menyikapi………….

Kau menyinarkanku

Gerakan yang kecil tak ada

Selain mengubah cuatan-cuatan

Darah merah tenang kemudian naik

Burung Pipitku

By: Marzuki
Burung terbang mengepakkan sayapnya

Berjalan mencari cinta yang hilang

Setiap kepakan, ia mencari hikmah

Hikmah yang tersembunyi

Tapi ia terperosok dalam kesembunyiannya itu

Kesembunyian yang penuh dengan glamour……………. Westernisasi

Kesembunyian yang hitam, gelap dan memedihkan

Ia tak kuat dengan semua itu

Ia semakin lunglai, kala batu menamparnya

Emosi, pelampiasan, kegoncangan menghapirinya

Jatuh dan mencoba bangkit kembalikebangkitan mengeluarkan dari lorong itu

Mencoba mengepakkan sayapnya kembali

Diatas pasir yang putih nan lembut

Menuju sinar yang terang

Kang Badri Takut Ilmu Tidak Bermanfaat

Entah angin apa yang membawa Kang Badri, ia masuk kesekolah Majlisul Ilmi, didekat diskotik antaberantah yang penuh dengan desah nafas para frustaser dan foya-foyer. Walaupun sebenarnya Kang Badri ragu,”Apakah saya pantas masuk surga ke Majlis ini?”. Tanya Kang Badri pada dirinya. ia telah ,menghabiskan beberapa botol minuman didiskotik tadi, belum beberapa orang yang tadi di hajarnya. Kang Badri memang sebagai security didiskotik itu, yang menghajar para konsuen yang tidak bertanggungjawab; membuat kerusuhan , tidak mau membayar.
Pekerjaan itu yang menjadi penghasilan Kang Badri. Lumayan gaji yang diperolehnya dari pekerjaan itu. gaji itu ia gunakan untuk membantu faqir miskin. Urusan perut ataupun seperangkatnya, Kang Badri ikut teman-temannya masak seadanya dibelakang Supermaket terbesar dikota TARUH HARAPAN. Di tempat itulah Kang Badri tidur, membaca buku, diskusi dan aktivitas lainnya.
Para jama’ah di maljis ilmu itu memandangi Kang Badri dengan pandangan sinis, ma’lum Kang Badri hanya memakai kaos oblong yang sudah hampir 3 mingu belum dicuci dan celana yang dipokainya pun lusuh bak pembersih lantai. Sedangkan para jama’ah seaka seragan; bersarung, baju lengan panjang, bersongkok dan wango. Kang Badri tidak peduli dengan pandangan sinis itu, ia duduk diemperan sambil menyulut sebtang rokok untuk menenagkan hatinya. Ia pandangi para jamaah yang sudah tidak lagi memperdulkannya, mereka duduk tenang mendengarkan kyai Bersorban itu, dan terus pandangannya mencermati petuah suci. Bangunan kuno tapi megah ± 200 500 m2, milik salah satu anggota Hisbullah pada masa lalu.
Kang Badri tiba-tiba tidak berdaya mendengarkan petuah suci Kyai Bersorban itu, dawuhnya seakan membakar dirinya, rokok yang dipegangnya jatuh ketanah tanpa disadari yang ketika Kyai Bersorban itu dawuh:
“banyak orang alim di desa, eksistensinya dianggap oleh masyarakat sama dalil, wujuduhu ka’adamihi. Kenapa??, karena banyak orang laim yang tidak mengamalkan ilmunya dan salahsatunya niat dulu ketika mencari ilmu”.
Semakin dalam Kang Badri merenungi dirinya, bahkan hampir ia jatuh dari tempat duduknya. Dawuh itu sangat menusuk dirinya, banyaknya dosa yang telah dilakukan tapi Kang Badri tetap mencari ilmu kenapa sulit berhenti dari perbuatan dosa, yang padahal seoarang pencari ilmu harus membenahi niat-niat buruk karena keduniawian, seorang tholibharus konsisten terhadap ilmunya. Karena ilmu itu nantinya akan diminta pertanggungjawaban oleh Allah. Kang Badri tidak sadar bahwa para para jama’ah itu telah buyar dan hanya dirinya yang berada di tempat majlisul ilmi itu, sampai ia tertidur karena kelelahan

Kang Badri sakit hati

Kang Badri, termakan lagi emosinya. Terbakar oleh suara-suara yang berlawanan dengan nafsunya, yang ingin selalu sejalur dengan keinginannya. Intuisi-intuisi Kang Badri yang meledak, pada akhirnya muncul cuatan-cuatan suara yang bernada berontak diotaknya.
Kang Badri ternyata naksir Nur Aini anak satu komunitas di meja judinya, Nur Aini lumayan cantik dari segi behaviornya, maka tidak heran Kang Badri menaksirnya, dan ternyata Kang Badri kali ini sudah kapok dengan sakit hatinya, pada gadis-gadis terdahulunya. Dalam komunitas judinya ternyata Nur Aini naksir dengan Bos pemilik kasino itu. wah…… Kang Badri harus mundur, mumpung belum terlanjur.
Ditengah umurnya yang selalu bertambah tua ini, Kang Badri sering patah hati. Kang Badri, Kang Badri ada-ada saja kau ini. Sudah banyak cewek yang membuat Kang Badri kecewa; Sinta, Rita, Fani dari Jombang, Mikha, Vista, Win Xp dari Ngawi, Supra, Mio dari Milang dan Tiens dari Kediri. Kang Badri tak habis pikir begitu banyaknya cewek yang membuatnya sakit.
Kayaknya Kang Badri kali ini sudah berkomitment untuk tidak lagi menambatkan hatinya pada seseorang cewek sampai S2. semoga Kang Badri diberi kekuatan oleh Allah, supaya tidak tergoda oleh cewek.
Ingatlah Kang Badri, bahwa kekecewaan yang sebenar-benarnya kekeewaan adalah manakala engkau lalai berdhikir kepada Allah, yang disebabkan banyak ativitas dunia meliputimu, karena fisikmu kau gunakan untuk sibuk mencari, sedang hatimu hampa, kenapa, eh….. kenapa Kang Badri??
Bukankah Allah sudah menjadikan makhluknya berpasang-pasang, ada siang ada malam, ada pagi dengan sore, ada software ada juga hardware. Ah… Kang Badri Kau selalu berfikir sesuatu yang tidak masuk akal. Pakai Kang Badri, sesuatu yang paling mulia pemberiannya: Otak. Emangnya cinta harus memiliki? Bila ya, emangnya kamu memiliki hidupmu, raganu, jiwamu yang selama ini kamu merasa memiliki. Bukankah semua dari NYA dan akan kembali pada NYA??

Majlis Dhikir Kang Badri

Kang Badri menghampiri forum khususiyah yang membaca Surah al-ikhlas, di Masjid Sariloyo Jombang. ia duduk paling belakang dari Jama’ah itu memandangi orang-orang yang khusu’ membaca ayat-ayat Allah. Kang Badri menemukan oase, kesejukan tersendiri ketika mengikuti parade religi ini, kesejukan yang tidak ditemukan didoskotik ataupun kasino.
Kang Badri teringat dengan obrolan meja kopi malam minggu kemarin. Obrolan yang antaberantah tidak diketahui tema. Ujung pangkalnya, ndak tahu juga tanpa ada yang menentukan tema pembicaraan, Kang Badri berpendapat; kesuksesan itu sebenarnya bukan ditentukan oleh banyaknya materi yang melingkarinya, tapi kepekaan hari kita terhadap Allah (Emosional dan spiritual question). Mumpung kita masih muda, mari belajar untuk selalu dhikir kepada Allah, karena disitulah sebenarnya sumber ilmu”.
Obrolan warung kopi itu tidak terasa sudah 3 jam terlewati. Eko, teman Kang Badri ngopi malam itu, pertemuan pertama itu langsung terjalin keakraban, dia bilang dengan Kang Badri bahwa dulu ia seorang aktivis HMI, pernah pula belajar pada aliran Jahula, aliran yang pada awalnya didirikan untuk melestarikan tradisi shohabat. Aliran ini banyak di tentang oleh masyarakat karena cara da’wahnya yang dor to dor tanpa melihat sikon dan watak masyarakat. Pusat jahula di Indonesia di Pesantren Al-Fattah Magetan.
Ekopun membenarkan Kang Badri, bahwa zaman sudah carut marut in, manakala seseorang tanpa membekali dirinya dengan spiritual akan lebih berbahaya ketika kesuksesan materi menghampirinya. Banyaknya angka bunuh diri, stres membuktikan rendahnya spiritual Question bangsa kita. Bangsa yang sudah 60 tahun merdeka, tapi justru terjajah secara intelektual, moral bukan kolonialisme seperti dulu. Banyak buruh indonesia yang diperlakukan seperti perbudakan; gaji dibawah UMR, jam kerja buruh yang menyimpang dari ukuran standar jam kerja.
Kekuatan spiritual yang paling mudah untuk dibangun adalah dengan dhikir, bukan bertanya kepada pemuja intelektual atau pemuja kitab tapi bertanyalah kepada pemuja Allah. Setipa detiknya, keluar masuknya nafas, tidak henti-hentinya selalu memuji, bersyukur, minta ampun kepada Allah SWT.
Nabi SAW bersabda; “sungguh berdhikir kepada Allah diwaktu pagi dan sore hari lebih utama daripada ketajaman mata pedang di jalan Allah dan daripada pemberian harta orang yang dermawan.”
Banyak hadits yang menerangkan tentang keutamaan berdhikir. Banyaknya kesibukan dunia dalam menari nafkah yang dilakukan dengan fisik, maka tidak bisa disat bersamamaan melakukan sholat, ketika dalam kaadaan seperti itulah berdhikir adalah ibadah yang bisa dilakukan.
Mengapa harus berdhikir?? Dhikir fungsi yang terutama adalah menambal ibadah; sholat, puasa dan shodaqoh dan lain-lain, karena banyaknya penyakit dalam ibadah itu; ujub; riya’ dan lain-lain. Sebagaimana Nabi menceritakan bahwa seseorang masuk surga bukan karena amalnya, tapi dengan karunia Allah (diliputi Allah), rahmat Allah dan fadholnya Alah

TAQDIR ?

Kang Kipli sulit memejamkan matanya. Dia terus teringat dengan pengajian yang diikuti tadi siang di majlis Kyai Haris. Petuah dan diskusi bersama beliau membuatnya merenung, karena pertanyaan yang selama ini ia pendam akhirnya terjawab memuaskan oleh Sang Kyai. Dia semakin kagum dengan sosok kyai itu, kekaguman tentang luasnya keilmuan agama dan karakternya yang misterius. Dawuh-dawuhnya yang sangat menusuk, serta pemberian motivasi membuat desire Kang Kipli bergelora kembali. 

Teringat ketika Kang Kipli sedang jatuh cinta dengan seorang gadis cantik, bernama Allison dari negeri antah berantah, ternyata sang Kyai mengetahui endemic itu, lantas di suatu waktu Sang Kyai menyindir Kang Kipli dengan dawuh-dawuh yang pedas, betapa seseorang yang mempunyai mimpi untuk memperjuangkan masa depannya, sedangkan tiap detiknya ia habiskan waktunya, untuk melamun gadis pujaan hatinya, maka ia pantas disebut orang o’on bin bahlul. Sang kyai pun berpesan, lelaki tidak pantas mengejar perempuan, justru yang lebih pantas perempuan yang mengejar laki-laki. Ketika Sang Kyai mengucapkan dawuhnya inipun, sempat pula ada protes dari santri perempuan. Kemudian beliau menjelaskan, bahwa lelaki yang layak untuk dikejar perempuan bukanlah sembarang lelaki, tetapi lelaki yang benar-benar cakap dan memang pantas untuk dikejar.

Bukankah Al-Qur’an juga mendidik manusia, jika impian seorang santri untuk menjadi sukses dalam mempelajari ilmu-ilmu pesantren bukan hanya sekedar bermimpi dan berjalan sesuai rutinitas saja, namun pelajar itu harus tekun belajar dan fokus, bukan malah belajar tanpa ada niat untuk bisa.

Al-Qur’an menyebutkan,”inna Allaha la yughoyiru maa bi qoumin hatta yughoyiru maa bi anfusihim”. “Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, sehingga kaum itu sendirilah yang merubahnya”. (Arra’d, 11)

Ayat inilah yang sudah lama dipendam Kang Kipli, apa maksudnya??? Dia bingung, karena ada dua Kyai besar NU memberi penafsiran yang berbeda terhadap ayat ini;

“Maju atau mundurnya sebuah bangsa sangat ditentukan oleh bangsa itu sendiri, manakala bangsa itu mau berjuang untuk terus berkembang dan meningkatkan kualitas pendidikannya maka bangsa itu akan maju, sebaliknya jika system pendidikan suatu bangsa itu roboh maka bangsa itu akan hancur”. Dawuh salah satu Kyai NU, Pengasuh Pesantren Besar Jombang, dengan mengutip Surat Arro’d ayat 11.

Kang Kipli masih ingat pidato itu disampaikan disebuah Pondok Al-Jombangi, dalam sebuah acara perpisahan akhirusanah. Pidato Kyai besar NU dari Jombang itu memang masih teringat jelas di otak Kang Kipli, sehingga membuat kesimpulan, yang dimaksud surat Arro’d ayat 11 tersebut adalah bahwa semua tergantung dari usaha manusia itu sendiri, walaupun kadang bertanya pada diri sendiri “ saya As’ariyah atau Mu’tazilah?

Pernah Kang Kipli mendengarkan pengajian tasawuf, disebuah Radio FM terkenal di Jombang. Pembicara dengan jelas menerangkan tafsir dari surat Arro’d ayat 11 dengan membuat ilustrasi; yaitu Sebuah rumah tangga. Suami istri yang hidup harmonis dalam magligai keluarga. Suami terkadang meminta tolong kepada istrinya untuk dibuatkan kopi, Istri dalam posisi seperti ini bagaikan pembantu. Lain waktu istri juga meminta tolong kepada suaminya untuk diantarkan ke Pasar dan bahkan membawakan barang belanjaan. Suami dalam posisi seperti ini bagaikan pembantu dan istri bagaikan majikan, yang pada hakikatnya suami tetap suami bukan majikan atau pembantu, begitu pula kedudukan istri tetaplah istri bukan sebagai pembantu ataupun majikan. Pada intinya yang dimaksud surat Arro’d ayat 11 tersebut. Walaupun manusia itu berusaha kemudian berhasil pada hakikatnya semua dari Allah.

Kang Kipli tetap bingung harus memilih yang mana menenai penafsiran sutar Arro’d ayat 11, ikut yang Kyai di Radio FM itu atau pilih saja yang kelihatan Mu’tazilah, Kyai Pengasuh Pesantren besar Jombang itu, kebingungannya di lepaskan siang tadi, ketika pengajian Sang Kyai, saat dibuka Tanya jawab.

Banyaknya khazanah, referensi adalah untuk memperkaya keilmuan, bukan untuk dibingungkan. Setiap pendapat mempunyai kelemahan dan kelebihan masing-masing, atau bahkan bisa dipadukan. Ingat!! Bahwa adanya surat arro’d ayat 11, juga ada ayat yang menerangkan bahwa Allah mencipatkan sesuatu yang tidak diketahui kamu semua ketahui. Segala usaha manusia pada akhirnya Allah pulalah yang menentukan”. Dawuh Sang Kyai, dengan menjembatani dua pendapat itu.

TAG; WACANA CERPEN CINTA, CERPEN SANTRI CERPEN BERMAKNA, CONTOH CERPEN BERMAKNA, TAFSIR AL-QUR'AN SUROH AR-RO`DU AYAT 11, CINTA SEJATI, CINTA DUNIA AKHIROT, CATATAN SANTRI, CARA MENULIS CERPEN, SHORT STORY, CERPEN SARAT MAKNA, CINTA DI SEKOLAH, CINTA DI PESANTREN, TAQDIR ADALAH, BAHLUL, MARZUKI, MAWH.

Tentang penulis :

Marzuki Ibn Tarmudzi, pernah mencicipi sedikit segarnya lautan ilmu di Pondok Pesantren Bahrul ‘Ulum Tambakberas Jombang, Jawa Timur. Hobinya yang suka nyorat-nyoret kertas ini dimulai semenjak nyantri. Kini, hobinya itu dituangkan di berbagai media online, itung-itung sebagai aksi dari ; “بلغوا عني ولو أية “,” sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat ”.