Kang Kipli sulit memejamkan
matanya. Dia terus teringat dengan pengajian yang diikuti tadi siang di majlis Kyai Haris. Petuah dan diskusi bersama beliau membuatnya merenung,
karena pertanyaan yang selama ini ia pendam akhirnya terjawab memuaskan oleh Sang Kyai. Dia semakin
kagum dengan sosok
kyai itu, kekaguman tentang luasnya keilmuan
agama
dan karakternya yang misterius.
Dawuh-dawuhnya yang sangat menusuk, serta pemberian motivasi membuat desire
Kang Kipli bergelora kembali.
Teringat ketika Kang Kipli sedang jatuh cinta dengan
seorang gadis cantik,
bernama Allison dari negeri antah berantah, ternyata sang Kyai mengetahui endemic
itu, lantas di suatu waktu Sang Kyai menyindir Kang Kipli dengan
dawuh-dawuh yang pedas,
betapa
seseorang yang mempunyai mimpi untuk memperjuangkan masa depannya, sedangkan
tiap detiknya ia habiskan waktunya, untuk melamun gadis pujaan hatinya, maka ia pantas disebut
orang o’on bin bahlul. Sang kyai pun berpesan, lelaki tidak pantas mengejar
perempuan, justru yang lebih pantas perempuan yang mengejar laki-laki. Ketika Sang Kyai
mengucapkan dawuhnya inipun, sempat pula ada protes dari santri perempuan.
Kemudian beliau menjelaskan, bahwa lelaki yang layak untuk dikejar perempuan bukanlah sembarang lelaki,
tetapi lelaki yang benar-benar cakap dan memang pantas untuk dikejar.
Bukankah Al-Qur’an juga mendidik manusia, jika impian
seorang santri untuk menjadi sukses dalam mempelajari ilmu-ilmu pesantren bukan
hanya sekedar bermimpi dan berjalan sesuai rutinitas saja, namun pelajar itu
harus tekun belajar dan fokus, bukan malah belajar tanpa ada niat untuk bisa.
Al-Qur’an menyebutkan,”inna Allaha la yughoyiru maa bi
qoumin hatta yughoyiru maa bi anfusihim”. “Allah tidak akan merubah nasib
suatu kaum, sehingga kaum itu sendirilah yang merubahnya”.
(Arra’d, 11)
Ayat inilah yang sudah lama
dipendam Kang Kipli, apa maksudnya??? Dia bingung, karena ada dua Kyai besar NU
memberi penafsiran yang berbeda terhadap ayat ini;
“Maju atau mundurnya sebuah
bangsa sangat ditentukan oleh bangsa itu sendiri, manakala bangsa itu mau
berjuang untuk terus berkembang dan meningkatkan kualitas pendidikannya maka
bangsa itu akan maju, sebaliknya jika system pendidikan suatu bangsa itu roboh
maka bangsa itu akan hancur”. Dawuh salah satu Kyai NU, Pengasuh Pesantren
Besar Jombang, dengan mengutip Surat Arro’d ayat 11.
Kang Kipli masih ingat
pidato itu disampaikan disebuah Pondok Al-Jombangi, dalam sebuah acara
perpisahan akhirusanah. Pidato Kyai besar NU dari Jombang itu memang masih
teringat jelas di otak Kang Kipli, sehingga membuat kesimpulan, yang dimaksud
surat Arro’d ayat 11 tersebut adalah bahwa semua tergantung dari usaha manusia
itu sendiri, walaupun kadang bertanya pada diri sendiri “ saya As’ariyah atau
Mu’tazilah?
Pernah Kang Kipli
mendengarkan pengajian tasawuf, disebuah Radio FM terkenal di Jombang.
Pembicara dengan jelas menerangkan tafsir dari surat Arro’d ayat 11 dengan
membuat ilustrasi; yaitu Sebuah rumah tangga. Suami istri yang hidup harmonis
dalam magligai keluarga. Suami terkadang meminta tolong kepada istrinya untuk
dibuatkan kopi, Istri dalam posisi seperti ini bagaikan pembantu. Lain waktu
istri juga meminta tolong kepada suaminya untuk diantarkan ke Pasar dan bahkan
membawakan barang belanjaan. Suami dalam posisi seperti ini bagaikan pembantu
dan istri bagaikan majikan, yang pada hakikatnya suami tetap suami bukan
majikan atau pembantu, begitu pula kedudukan istri tetaplah istri bukan sebagai
pembantu ataupun majikan. Pada intinya yang dimaksud surat Arro’d ayat 11
tersebut. Walaupun manusia itu berusaha kemudian berhasil pada hakikatnya semua
dari Allah.
Kang Kipli tetap bingung
harus memilih yang mana menenai penafsiran sutar Arro’d ayat 11, ikut yang Kyai
di Radio FM itu atau pilih saja yang kelihatan Mu’tazilah, Kyai Pengasuh
Pesantren besar Jombang itu, kebingungannya di lepaskan siang tadi, ketika
pengajian Sang Kyai, saat dibuka Tanya jawab.
“Banyaknya khazanah, referensi adalah
untuk memperkaya keilmuan, bukan untuk dibingungkan. Setiap pendapat mempunyai
kelemahan dan kelebihan masing-masing, atau bahkan bisa dipadukan. Ingat!!
Bahwa adanya surat arro’d ayat 11, juga ada ayat yang menerangkan bahwa Allah
mencipatkan sesuatu yang tidak diketahui kamu semua ketahui. Segala usaha
manusia pada akhirnya Allah pulalah yang menentukan”. Dawuh Sang Kyai, dengan
menjembatani dua pendapat itu.
TAG; WACANA CERPEN
CINTA, CERPEN SANTRI CERPEN BERMAKNA, CONTOH CERPEN BERMAKNA, TAFSIR AL-QUR'AN
SUROH AR-RO`DU AYAT 11, CINTA SEJATI, CINTA DUNIA AKHIROT, CATATAN SANTRI, CARA
MENULIS CERPEN, SHORT STORY, CERPEN SARAT MAKNA, CINTA DI SEKOLAH, CINTA DI
PESANTREN, TAQDIR ADALAH, BAHLUL, MARZUKI, MAWH.