6 TIPU DAYA PALING BESAR DARI SYETAN YANG PERLU DIWASPADAI BAGI ORANG YANG BERIMAN



Wacana Marzuki. Tipu daya adalah berbagai daya upaya yang bergerak secara halus dan bisa berakibat buruk. Tentu sebuah tipu daya yang bergerak menyerang orang-orang yang beriman perlu diwaspadai. Kita sebagai hamba Allah, yang menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya sudah seharusnya memperhatikan hal-hal apa saja yang bisa menjadi tipu daya bagi orang yang beriman. Maka kita perlu kita mengenali apa saja tipu daya yang bisa menjadi virus ini.

Mengingat tipu daya adalah bergerak sedemikan halusnya, maka mengenalinya juga membutuhkan keteguhan iman yang baik. Dan sebagai mu`min kita sudah mengerti bahwa musuh kita adalah syetan, yang mana ia telah mendapat rekomendasi dari Tuhan. Karena kita sulit berkenalan dengan syetan seyogyanya kita mampu untuk mengenali sifat dan produk-produk perilakunya. Tujuannya, supaya kita bisa mengatasi tipu daya syetan dan mengalahkannya. 

(Baca: 5 tips berhenti merokok)

Di bawah ini adalah 6 Tipu Daya Yang Paling Besar, yang seyogyanya menjadi bahan perenungan bagi kita. 6 faktor ini saya nukil dari kitab Nashoihul `Ibad, Karya Syeikh Muhammad Nawawi Ibnu Umar Al-Jawi.

1.     Terus menerus berbuat dosa dengan mengharapkan ampunan tanpa disertai penyesalan.

Bagaimana Allah mengampuni pertobatan tanpa penyesalan, sementara Allah berfirman; ”Yaa ayyuhalladziina aamanuu tuubuu ila Allahi taubatan nashuha `asa robbukum an yukaffiro `ankum sayyiatikum wayudkhilkum jannaatin tajrii min tahtiha al anhaaru yauma laa yukhzii Allahu annabiyya walladziina aamanuu ma`ahu nuuruhum yas`a baina aidihim wabiamaanihim yaquuluuna robbana atmim lana nuuronaa wagfir lana innaka `ala kulli syai’in qodiirun”,”Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengan dia; sedang cahaya mereka memancar dihadapan dan disebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan,”Ya Tuhan kami cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. At-Tahrim[66]: 8).

Mengharapkan ampunan tanpa disertai penyesalan adalah sama hal kita berharap hasil tanpa ada sebuah usaha alias sia-sia. Sebab penyesalan merupakan bagian dari pertobatan itu sendiri. Dengan penyesalan berarti kita sudah siap meninggalkan perbuatan dosa yang telah kita lakukan. Penyesalan merupakan sebuah fase kedua dari pertobatan. Setelah kita sadar akan perbuatan dosa yang telah kita lakukan, selanjutnya adalah penyesalan lantas meninggalkannya. 

(Baca: 5 tips muda sehat dan tua bahagia)

Pertobatan seseorang tentu saja harus dibarengi dengan upaya pendekatan diri yang maksimal bukan malah kontinyu berbuat dosa. Apalah kata, sebuah permohonan ampun namun tetap melakukan perbuatan dosa, bisa jadi itu malah mengejek tuhan?

Tobat adalah sebuah aktivitas berhenti dari melakukan dosa dan berikhtiar untuk mengikuti petunjuk Allah Swt. Jika yang terjadi adalah “mengejek tuhan” itu bisa-bisa hati orang itu akan semakin keras dan sulit tunduk terhadap petunjuk Allah Swt.

Esensinya, permohonan ampun seseorang akan berhasil jika ia sungguh-sungguh dalam menjalankan pertobatannya itu. Mulai dari menyadari dosa, menyesalinya, memohon ampun, beramal saleh, lebih mendekatkan diri kepada Allah.

Al-hasil, ia akan mendapat ampunan dan hidayah.

“Wa innii lagoffaarun liman taaba wa aamana wa `amila sholihan tsumma ahdaa”,”Dan sesungguhnya aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar”. (QS. Toha[20]: 82).

2.     Menanti agar dekat kepada Allah tanpa melakukan taat

Bagaimana bisa mendekatkan diri kepada Allah tanpa sama sekali melakukan ketaatan kepada Allah? Bagaimana kita bisa mengambil hati seorang pimpinan kita jika kita selalu acuh dengan tugas-tugas yang ia berikan? Itu logika sederhana.

(Baca: 5 artis cantik di sinetron Abad Kejayaan)

Kiat-Kiat Meraih Cinta Allah Swt;

Sebab, meraih cinta Allah adalah dengan mengikuti petunjuk-Nya. Kalimat itu bisa kita temukan di Al-Qur’an suroh Ali Imron ayat 31, - qul in kuntum tukhibbunna allaha fattabi`uunii yuhbibkumu allahu wayagfir lakum dunuubakum wa allahu gofuurun rokhiimun”, - Katakanlah,”jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.“ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Mendekatkan diri kepada Allah adalah juga dengan senantiasa bersabar dalam menjalankan perintah Allah dan dalam  mengahadapi segala problematika (QS Ali Imron[3]: 146). Sabar juga diartikan tangguh. Sebagai mu`min harus tangguh bukan loyo. Itulah mengapa ayat kesabaran banyak diturunkan dalam peperangan. “kam min fi’atin qoliilatin golabat fiatan katsiirotan bi’idznillahi wa allahu ma`a al-shobirin”,”Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar”. (QS. Al-Baqoroh[2]: 249).

Sebagai mu`min dampak horisontalnya harus berbuat baik terhadap sesama. Suka menolong (QS. Al-Maidah[5]: 93). Jangan sampai terjadi suka berdzikir namun apatis terhadap lingkungan sekitar. Sebab dzikir hanya in put sedangkan out putnya adalah beramal saleh.

(Baca: 5 tips menulis artikel dalam bahasa Inggris)

Sebagai pemimpin, untuk meraih cinta Allah Swt, ia lebih berpotensi untuk berlaku adil terhadap yang dipimpinnya. Memang, semua orang adalah pemimpin. Namun pemimpin yang mempunyai akses lebih besar ia lebih besar kemanfaatannya, jika ia berlaku adil terhadap rakyatnya. “inna allaha yuhibbu al muqsitiin”,”Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil”. (QS. Al-Mumtahanah[60]: 8).

Terpenting, semua amal yang kita kerjakan diniatkan hanya mencari ridho Allah Swt. Sebab, bagaimana bisa kita mendapatkan cinta-Nya jika sholat kita dan amal-amal lainnya hanya diniatkan  untuk mencari perhatian manusia. Jika begitu, bisa-bisa kita bukan menyembah Allah namun menyembah makhluk. Ikhlas tidak gampang namun niat murni kepada Allah harus dilatih.

3.     Mengharap kesenangan surga dengan menyebarkan benih neraka

Tipu daya yang ketiga juga patut kita waspadai. Betapa kita sering berhayal kehidupan yang baik di akhirat namun perbuatan kita menjauh dari nilai-nilai ajaran Rosul Allah. Kita kerap menikmati dalam menebarkan benih-benih neraka. Maka, pengaharapan itu adalah sia-sia. Memang, memasuki surga Allah adalah ketentuan Allah, namun Allah tidak akan mengingkari janjinya. Bahwa surga diperuntukkan bagi mereka yang memohon ampunan-Nya kemudia bertakwa dan mereka yang menafkahkan hartanya di jalan Allah Swt.

Wa sari`uu ila magfirotin min robbikum wa jannatin `ardhuhaa al-samawati wal ardlu u`iddat lilmuttaqiin. Alladzina yunfiquna fii al-sarooi wal dhorooi wal kadhimiina al-ghoidho wal-`aafiina `ani al-naasi wa allahu yuhibbu al-muhsiniin

Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit  dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa, yaitu orang-orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan. (QS. Ali Imron[3]: 133-134).

Bagi mereka yang masih mengharap kesenangan surga dengan menyebarkan benih neraka, ayat ini membangunkan tidur mereka supaya lekas memohon ampunan kepada Allah Subhanahu wa Ta`ala. Allah menjanjikan surga yang lebarnya selebar langit dan bumi. Apalagi panjangnya!! Surga ini disediakan bagi mereka yang bertakwa. Semoga kita bisa masuk dalam surga itu.

(Baca: 5 tips karir sukses di masa depan)

Bagi mu`min, amalan terpenting adalah sholat. Sebab, sholatlah yang membedakan antara seorang kafir dan mu`min. Dengan sholat kita juga bisa menghindar dari perbutan kerusakan dan kemungkaran. Tentu, sholat itu harus dijalankan dengan sepenuh hati. Bukan hanya melakukan kewajiban saja. Maka, itulah kenapa dalam Al-Qur’an perintah mengerjakan sholat dengan “aqooma-yuqiimu”, yakni mendirikan. Bukan “fa`ala atau yap`alu”, mengerjakan. Sebab mendirikan sholat berarti bukan hanya sekedar fornalitas itu namun juga mendirikan nilai-nilai dalam sholat itu sendiri. Sholat mengajarkan kepada kita supaya tunduk dan tidak sombong. Sholat mengajarkan kepada kita untuk menengok ke kanan dan ke kiri. Yakni, sebuah sikap untuk peduli dengan sosial masyarakat.

Al-hasil, ketika sholat tidak bisa memberikan dampak sosial yang baik, Al-Qur’an menyebutnya sebagai pendusta agama, lihat QS. Al-Ma`un[107]: 1-7.

(Baca: 5 tips diterima digoogle adsnse)

4.     Mencari tempat orang yang taat dengan melakukan berbagai maksiat,

Maksudnya, menginginkan masuk surga tanpa berusaha menelusuri jalan ke arah sana, bahkan berani melakukan perbuatan yang bertentangan dengan perintah Allah. Dalam hal ini tidak mungkin ia mampu mendapatinya, sebab imbalan yang diperoleh seseorang adalah sesuai dengan amal perbuatannya. “innamaa tujzauna maa kuntum ta`lamuun”,”Sungguh kamu akan dibalas sesuai dengan apa yang kamu perbuat”. (QS. Ath-Thur[52]: 16).

(Baca: 5 tips hidup lebih positif)

Poin ketiga ini gimana ya, seseorang menuju suatu tempat suci namun berbuat tidak suci. Misal, ia ke Masjid namun malah pacaran misalnya. Sebab, sekarang banyak masjid yang bagus-bagus nan megah layaknya tempat pariwisata, sehingga banyak muda mudi yang datang dan mereka bukan berniat untuk beribadah namun malah sebagai tempat ketemuan memadu kasih. Ya, ini banyak terjadi di Masjid-Masjid masa kini.

Lantas, bagaimana itu? Bukankah itu melanggar norma-norma agama. Tipu daya! Ya tipu daya syetan. Mereka sudah melupakan esensi Masjid. Mereka lupa Masjid adalah “rumah Allah”. 

(Baca: 5 tips memilih durian yang gurih)

Kasus lain apa ya? O, ya bagaimana tentang seseorang yang pergi ke Pesantren namun lupa tujuannya. Pesantren adalah tempat menuntut ilmu-ilmu agama Islam namun malah menekuni hal-hal yang tidak baik. Gimana?

Trus, kampus adalah tempat menekuni ilmu-ilmu yang lebih luas namun malah justru terjebak dalam hedonisme. Ayo pigimane?

(Baca: 5 tips menjadi orang kaya)

Ee, saya rasa banyak ya contohnya di zaman sekarang ini. Saya sendiri juga terjebak dalam tipu daya ini mungkin. Saya sendiri kadang merasa melakukan sesuatu yang saya pikir penting namun saya kurang berpikir panjang atau malah justru saya berpikir panjang dan mengindahkan berpikir pendek. Saya rasa ini juga tipu daya ya.

Banyak memang, saya sendiri kerap terjebak dalam tipu daya. Memang syetan itu musuh yang sangat lembut sehingga kita sering tertipu dengan bisikan-bisikannya. Gimana ya, tipu daya memang sulit dikenali. Mana prioritas dan mana sekunder. Apalagi pemuda, kita kerap merasa ini prioritas namun kita tidak bisa memilah mana yang sohih dan mana yang sholih?

Al-hasil, mari kita berekstrem ria dalam menghadapi tipu daya, meski harus anti mainstream… hehehe

5.     Mengharapkan pembalasan sesuatu yang mengakibatkan kesenangan, tanpa melakukan amal saleh.

Ini malah gimana ya. Mengaharap nikmat tanpa melalui usaha yang baik. Wah, ini kalau dalam ilmu gramatika arab, seingat saya disebut tamanni. Ini haya sebatas imaginasi yang tak rasional. Dan biasanya hal semacam ini kerap dilakukan orang gila saja. Maksudnya, gila cara berfikirnya. Siang-siang di musim kemarau yang panas berharap turun hujan. Ya, itu kan bisa dikatakan khayalan gila secara rasional. Meskipun semua akan bisa terjadi kalau Allah berkehendak. Namun jangan lupa kalau Allah menciptakan kausalitas. “wa atainaa hu min kulli syai’in sababaa fa atba`a sababa”,”dan Kami telah memberinya kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu maka diapun menempuh suatu jalan”. (QS. Al-Kahfi[18]: 84-85).

Tipu daya semacam ini bahaya. Sebab ini kerap menghampiri hampir semua orang-orang yang beriman, including me. Saya kerap membayangkan diberi nikmat Allah yang super namun saya sendiri sering lalai menjalankan perintah-Nya. Membayangkan, diberi balasan rizki berlipat-lipat oleh Allah. Namun kalau saya flashback, kapan saya melakukan amal saleh dengan usaha yang optimal? Yang sering, saya hanya membayangkan kapan datangnya rizki itu, namun saya tiada memperbaiki aktivitas kaselehan saya. Ya, inilah tipu daya yang berbahaya. Pastinya, saya harus merenungi dalam-dalam firman Allah yang berbunyi, “matsalu al-ladzina yunfiquna amwalahum fii sabilillahi kamatsali khabbatin ambatat sab`a sanabila fii kulli sumbulatin miatu khabbah wa allahu yudho`ifu liman yasyaa’u wa allahu waasi`un `aliimun”,”Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (Karunia-Nya) Lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqoroh[2]: 261).

Firman Allah ini begitu menjanjikan balasan yang berlipat-lipat bagi hamba-Nya yang mau menafkahkan hartanya di jalan Allah. Janji Allah itu pasti. Berbeda dengan janji teman, kerabat atau manusia lainnya. Al-hasil, imaginasi tentang pengharapan kenikmatan dari Allah Swt harus dibarengi dengan amal saleh yang murni karena Allah.

6.     Mengharapkan rahmat Allah, padahal perbuatannya melampuai batas,

Seorang penyair bersyair,”Dan mengharapkan keselamatan, namun dia tidak menempuh jalan keselamatan. Sungguh perahu pun tidak bisa berlayar di atas daratan.”

Rahmat Allah itu kasih sayang dari Allah Swt. Dan, bagaimana seseorang yang perbuatannya melampaui batas namun kesenangan kerap terlihat menghampiri orang itu?

Pertanyaan-pertanyaan serupa itu kerap saya dengar ketika saya masih di bangku madrasah. Misalnya juga, bagaimana ya orang-orang cina itu, yang kelihatannya tidak menjalankan sholat tapi ekonominya kelihatan melimpah? Dan, keterangan yang saya dengar dari guru saya dulu adalah bisa jadi itu adalah istidroj, atau panglulu dari Allah. Terserah Allah mau memperlakukan makhluknya seperti apa. Bisa jadi, orang yang sholatnya khusu` lantas berdo`a meminta emas tidak dikabulkan. Namun, orang yang tiap waktunya membangkang dari perintah Allah kemudian orang itu berdo`a kepada Allah, meminta perempuan-perempuan dari Sabang hingga Merauke. Dan, Allah mengabulkan permintaannya. Ya, itu hak Allah.

Bahkan, Malaikatpun dibikin bingung oleh Allah. Lantas malaikat bertanya tentang hal itu. Akhirnya, Malaikat baru mengerti maksud Allah setelah mendapat penjelasan. Bahwa, Allah ingin kenikmatan orang yang sholatnya khusu` itu utuh di surga tanpa terkurangi sedikitpun. Sementara Allah membiarkan orang yang selalu membangkang itu siksanya utuh di neraka.

Dunia ini kan bukan kelas final namun bisa jadi masih seperempat final. Jadi, orang yang kelihatannya sengsara di dunia ini belum tentu di akhirat sengsara. Memang, setiap orang mendamba kehidupan bahagia di dunia dan akhirat dan itu bagus jika Allah menganugerahi. Namun jika tidak tetaplah berbahagia sebab dunia ini belum final.

Ide saya, tetaplah sebagai manusia menyadari kehidupan dunia ini hanya sementara. Tiada lain visi dan misi kita adalah menjalankan ajaran Nabi Muhammad Saw. Ya, itu saja. Mari kita renungi ayat berikut;

I`lamuu annamaa alhayaatu al dunya la`ibun wa lahwun wa ziinatun wa tafaakhurun bainakum wa takaatsurun fii al anwali wa al aulaadi kamatsali goitsin a`jaba al kuffaaro nabaatuhu tsumma yahiiju fataroohu musfarroo tsumma yakuunu hutooman wa fii al-khiroti `adaabun syadiidun wa magfirotun min allahi wa ridlwaanun wamaa al-hayatu al-dunya illa mataa`u al-guruuri

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melailaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhoan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (QS. Al-Hadid[57]: 20)

PENUTUP

Sebelum tulisan ini saya tutup, penulis mengajak kepada diri sendiri dan pembaca, bahwa syetan tiada henti-hentinya membuat tipu daya kepada kita semua, maka sudah seharusnya kita juga harus tiada henti-hentinya untuk selalu meminta pertolongan kepada Allah Subhanau Wa Ta`ala dalam menghadapi tipu daya syetan. “innahu lakum `aduwwun mubiin”,”Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”. (Al-Baqoroh[2]: 208).

Kita  adalah makhluk terbaik yang diciptakan Tuhan (QS. Ali Imron[3]: 110). Maka tak layak jika tergelincir dalam perbuatan tipu daya syetan;

Alam ya’ni lilladziina amanuu an takhsa`a qulubuhum lidzikrillahi  maa anzala min al-khaqqi walaa yakuunuu kalladzina uutu al kitabi min qoblu fatoola `alaihim al amadu faqosat quluubuhum wakatsiirun minhum faasiquun

Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan diantara mereka adalah orang-orang yang fasiq. (QS. Al-Hadid[57]: 16).


6 FAKTOR YANG MENYEBABKAN RUSAKNYA QOLBU

 
WACANAMARZUKI
. Qolbu biasanya didefinisikan gumpalan darah yang terletak di dalam dada “shudur”, yakni sebuah tempat yang akan memunculkan bintik hitam manakala berulah tak baik. Dan sebaliknya, qolbu akan memancarkan cahaya putih manakala berulah kebaikan. Dengan potensi itulah, qolbu mampu mengendalikan aktif dan menonaktifkannya bakat sam`a, faqih, abshor, fuad dan akal. Betapa besar kekuatan qolbu. Sebab disitulah semua kinerja sam`a, faqih, abshor, fuad dan akal yang bekerja saling connection. Dimana, sebuah transformasi ilmu harus memasuki proses fase demi fase di qolbu itu. Ilmu inilah yang akan digerakkan oleh nafsu sehingga berbentuk amal perbuatan (kejahatan atau kebajikan). Nah, qolbu out putnya adalah perbuatan itu. Jika perbuatannya buruk, maka perbuatan itulah yang menyebabkan kondisi qolbu menjadi gelap.

“Sesungguhnya dalam tubuh manusia terdapat segumpal darah, yang apabila baik, maka baik pula seluruh tubuhnya, dan apabila jelek, maka jelek pula seluruh tubuhnya. Itulah qolbu”

  (Tips menjadi sales online. Baca)

Banyak dampak bagi seseorang yang telah gelap qolbunya. Terpenting, bagi seseorang yang qolbunya telah tertutupi kegelapan ia akan sulit menerima kebenaran dari Allah. “Yang apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata: “Itu adalah dongengan orang-orang yang terdahulu” (QS. Al-Muthofifin[83]: 13). Penyebab mereka sulit menerima ayat-ayat Allah adalah dampak perbuatan mereka sendiri. “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka” (QS. Al-Muthofifin[83]: 14).

Sebelum saya mengurai tentang 6 FAKTOR YANG MENYEBABKAN RUSAKNYA QOLBU, saya akan menuliskan tarjamah indonesia (versi Depag) dari ayat-ayat Al-Qur’an yang menyebabkan Qolbu menjadi sakit. 

(Cara belajar bahasa Mandarin. Baca)

1.     Karena tabiat asli (watak).

Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh. (QS. Al-Ahzab[33]: 72).

2.     Karena keberhasilan, benar, kelebihan, kemenangan.

Allah berfirman: “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu aku menyuruhmu?” Menjawab iblis: “Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau cipatakan dari tanah”. (QS. Al-A`roof[7]: 12).

(Melahirkan Fatin Shidqia lagi. Baca)

3.     Karena kegagalan, salah, kekurangan, kekalahan.

Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qobil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempesembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qobil). Ia berkata (Qobil): “Aku pasti membunuhmu!”. Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa”. “Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam.” (QS. Al-Maidah[5]: 27-28)

4.     Tidak mempergunakan akalnya.

Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apa-apapun. (QS. Al-Anfal[8]: 22)

Setelah kita mengetahui timbulnya penyakit hati, saya akan memaparkan 6 FAKTOR YANG MENYEBABKAN RUSAKNYA QOLBU. 6 faktor ini saya adopsi dari kitab nashoihul `ibad, karya Syekh Muhammad Nawawi Ibnu Umar Al-Jawi. Dalam penjelasannya, saya berusaha menggunakan referensi AL-QUR`AN AL-KARIM. 

(Disiplin ilmu untuk karir. Baca)

1.     Sengaja berbuat dosa dengan harapan dapat tobat.

Ini mengingatkan sebuah cerita tentang Perjalanan Spiritual Kyai Barseso. Ia kagum dengan seseorang yang mengaku muridnya. Padahal murid itu adalah Iblis yang sengaja berwujud manusia dan menyusup di lingkungan kehidupan Kyai Barseso. Murid itu memperlihatkan perilakunya yang sangat tampak religius sehingga membuat decak kagum sang Kyai itu. Lantas, Kyai itu bertanya pada murid itu, tentang apa kiat-kiatnya sehingga bisa beribadah sedemikian dahsyatnya. Iblis yang menyamar menjadi iblis itupun memberikan tip. Yakni, sang Kyai harus melakukan kejahatan dulu baru bisa beribadah dengan fokus. Sebab taubat karena penyesalan yang dalam akan lebih bisa membuat seseorang menjadi lebih fokus dan sungguh-sungguh, begitulah iblis itu berargumentasi. Sang Kyai terperdaya dengan gombalan iblis itu. Dan di akhir cerita Kyai itu mati dalam melakukan kejahatannya.

Seseorang yang sengaja berbuat dosa dan dengan harapan dapat bertaubat; Pertama, apakah ia tidak menyadari bahwa kematian bisa datang kapapun dan dimanapun. Sebab kematian menjemput adalah tidak ada yang tahu.

Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Luqman[31]: 34)

(Tantangan Pendidikan dan Solusinya. Baca)

Kedua, taubat bukanlah rencana namun taubat harus benar-benar dilakukan. Sebab taubat yang diterima oleh Allah adalah Taubatan Nasuha.

Hai orang-orang yang beriman, bertaubatah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sunga-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang berima bersama dengan dia; sedang cahaya mereka memancar dihadapan dan disebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Tuhan kami, sambil mereka mengatakan: “Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunillah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. At-Tahriim[66]: 8).

(Cara Membuat resume. Baca)

2.     Menuntut ilmu namun tidak mengamalkannya.

Dulu ketika saya mengaji kitab ta`lim muata`allim, di tengah-tengah menahan rasa kantuk saya mendengar ustadz saya mengatakan,”tolabul ilmi faridhotun `ala kulli muslimin wa muslimatin”. Mencari ilmu itu wajib bagi bagi setiap orang islam laki-laki dan perempuan. Lantas, ustadz itu juga menjelaskan bahwa hanya ilmu yang berkaitan dengan peribadatan dengan Tuhan yang wajib dipelajari. Seperti sholat, puasa, zakat, haji. Sedangkan ilmu-ilmu yang diluar pembahasan itu adalah berhukum sunnah.

Lantas, mengapa menuntut ilmu jika tidak diamalkan?

Pertama, mencari ilmu sebab cari gengsi. Jadi seorang murid yang rajin  belajar siang dan malam namun tujuannya hanya karena cari gengsi. Dia sudah cukup puas dengan predikat atau gelar sebagai orang intelektual. Maka, pujian dari orang lain sudah cukup menjadi tujuan pencariannya. Kedua, mencari ilmu karena untuk karier. Siang malam belajar, melakukan penelitian kemudian mengerjakan tesis dan tujuannya adalah supaya menaikkan jenjang karier. Saya tidak akan membuat banyak jawaban untuk saya tulis. Namun intinya, ketika mencari ilmu namun tidak diamalkan berarti hatinya memang sudah kotor. Hatinya telah tertutupi noda hitam sehingga mata hatinya sudah tidak mampu melihat keindahan pengabdian kepada Allah Swt. Makanya, dalam Al-Qur’an 58:11, iman dan ilmu yang mendapat perhatian Allah untuk diangkat derajatnya. Menurutku, keduanya harus berdampingan. 

(5 hal yang membuat gigi berdarah. Baca)

Lantas, apa dampak orang berilmu namun tidak mengamalkan ilmunya?

Nah, ini juga mengingatkan saya pada kitab ta`lim muta`allim yang indah itu. Di sana disebutkan, bencana terbesar dalam ilmu adalah, orang alim yang berbuat kefasikan. Namun bencana yang lebih besar dari itu, orang bodoh yang beribadah.

Tidak mengurangi rasa hormat saya pada Mushonif kitab Ta`lim Muta`allim. Menurut saya, justru orang berilmu yang berbuat kefasikan akan mempunyai dampak yang lebih besar pada masyarakat luas. Sebab orang yang berilmu biasanya lebih banyak dikenal. Sehingga ketika orang itu melakukan perbuatan tercela justru orang akan mencatatnya dan bisa digunakan referensi. Sebaliknya, orang bodoh yang sudah dikenal karena kebodohannya, orang akan memaklumi dalam setiap gerak nadinya. Sekali lagi, pendapat saya tidak mengurangi rasa hormat saya pada pengarang kitab ta`lim muta`allim. Wa ila hadroti ila mushonif kitab ta`lim muta`allim, Alfatihah……..

3.     Beramal namun tidak ikhlas.

Apa sih ikhlas itu?

Jawabannya, lebih baik kita mentadabburi ayat-ayat ini,

“orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan tidak menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala disisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tida (pula) mereka bersedih mati”. (QS. Al-Baqoroh[2]: 262.

Tiada yang mereka nanti-nantikan melainkan datangnya Allah dan malaikat (pada hari kiamat) dalam naungan awan, dan diputuskanlah perkaranya. Dan hanya kepada Allah dikembalikan segala urusan. (QS. Al-Baqoroh[2]: 210)

Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu ni`mat yang banyak. Maka dirikanlah sholat karena Tuhanmu dan berkobanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus. (QS. Al- Kautsar[108]: 1-3)

Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya. Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa mushibah, mereka mengucapkan “Innaa lillahi wa innaa ilaihi rooji`uun”. (QS. Al-Baqoroh[2]: 154-156)

(Mengapa indonesia menerapkan hukuman mati? Baca)

Lantas, mengapa amal yang tidak ikhlas bisa merusak qobu?

Ikhlas atau tanpa pamrih, bisa menjernihkan hati sebab ia hanya bertauhid kepada Allah Swt. Sebaliknya, beramal dengan pamrih berarti ia masih belum bisa mengaplikasikan dalam dirinya,”laa ilaha illa Allah”. Orang ini harus banyak belajar tentang tauhid. Kembalikan segala problematika kepada Allah saja.

Tiada yang mereka nanti-nantikan melainkan datangnya Allah dan malaikat (pada hari kiamat) dalam naungan awan, dan diputuskanlah perkaranya. Dan hanya kepada Allah dikembalikan segala urusan. (QS. Al-Baqoroh[2]: 210)

Kelebihan orang yang ikhlas dalam beramal adalah orang itu tidak bisa diganggu syetan. Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma`siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis diantara mereka”. (QS. Al-Hijr[15]: 39-40).

4.     Makan rezeki dari Allah Swt, namun tidak bersyukur.

Bersyukur itu penting. Sebegitu pentingnya, karena dalam pergaulan manusia ucapan terima kasih itu menandakan anda menghargai sesama. Iyya, Allah itu berbeda dengan makhluk “mukholafatul lil hawadits”. Namun, wujud syukur anda dengan Allah adalah pertanda adalah hamba yang benar-benar mengabdi kepada Allah Swt. “ fakuluu mimmaa rozaqokum Allahu halaalan toyyiban wasykuruu ni`matallahi inkuntum iyyahu ta`buduun”,”Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah ni`mat Allah jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah”. (QS. An-Nahl[16]: 114).  Seorang hamba yang tidak bisa mengendalikan dirinya untuk bersyukur kepada Allah adalah karena ia masih merasa kurang terhadap apa-apa yang telah Allah berikan kepada hamba itu. Padahal, mampukah kita menghitung ni`mat-ni`mat Allah Subhanahu wa Ta`ala?

 

Wujud syukur seorang hamba pada Roob-Nya tak lain adalah untuk kebaikan dirinya. waman syakaro fainnama yasykuru linafsihi waman kafaro fainna robbi goniyyun kariim”,”Dan barangsiapa yang besyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia  (QS. An-Naml[27]: 40). Namun, sebaliknya ketika manusia tidak sudi bersyukur pada Robb-Nya, justru merugikan nasibnya sendiri.

“Wa idz ta adzanna robbukum lain syakartum la aziidannakum wa lainkafartum inna `adzabi lasyadiid”,”Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mema`lumkan: “sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni`mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS. Ibrohim[14]: 7).

Allah menambah rezeki bagi manusia yang mau bersyukur kepada Allah. Namun sebaliknya Allah menghukum bagi manusia yang tak sudi bersyukur. Orang yang tidak mau bersyukur atas kenikmatan yang telah diberikannya adalah pangkal kesengsaraan dirinya. Ia akan semakin tersiksa sebab tidak bisa memandang cukup dengan apa yang ada. Ia merasa kurang dan kurang. Maka, rezeki yang banyak bisa jadi bukan nikmat malahan menjadi laknat.

Selain Allah menambah rezeki bagi manusia yang syakirun, yakni orang yang bersyukur. Allah Subhanahu wa Ta`ala juga tidak akan menyiksa orang yang bersyukur dan orang yang beriman. “ma yaf`alu allahu bikum in syakartum wa amantum wakaana allahu syakiraan `aliimaa,”Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui”. (QS. An-Nisaa[4]: 147).

5.     Tidak rela dengan bagian dari Allah.

Allah Swt telah menyediakan bumi seisinya kepada manusia. Di dalamnya Allah hamparkan sumber makanan. Sehingga hanya kemalasan yang membuat manusia tidak mendapatkan makan. “wa ja`ala fiiha rowaasiya min fauqihaa fiihaa waqoddaro fiihaa aqwaatahaa fii arba`ati ayyaam sawaan lissailinn”,”Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh diatasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. (QS. Fushshilat[41]: 10).

(5 tips memaksimalkan belajar untuk pelajar. Baca)

Manusia yang mengeluh dan mengeluh ditiap bagian yang telah ditetapkan Allah kepadanya, selain ia tidak bisa merasakan kebahagian yang sejati, pada dasarnya ia juga telah memulai sebuah perang gerilya untuk meruntuhkan pertahanan kekuatan hatinya.  Ia telah berupaya merusak potensi hatinya yang tak terbatas dalam melihat kebesaran nikmat Allah Swt ini. Jika ia membiarkan dirinya selalu protes dengan situasi dan kondisi yang dihadapi maka yang terjadi ia semakin lapuk dan menunggu kehancurannya.

Bagi penduduk indonesia melihat keagungan Allah bukan hal yang sulit. “tongkat kayu jadi tanaman”, begitu nyanyian Koes Plus. Indonesia kaya akan sumber daya alam. Namun, akankah kita telah “amanuu wattaqou”,”beriman dan bertaqwa” (QS. Al-A`roof[7]: 96). Kalau tidak? Untuk mencapai “baldatun tayyibatun”,”gemah ripah loh jinawi”, saja kayaknya sulit apalagi sampai tahap “wa robbun gofuur”, yakni sebuah negeri yang Allah memberikan ampunan sehingga mereka bahagia di negeri sekarang dan negeri nanti.

Memelihara sikap keluh kesah terhadap ketentuan dari Allah hanyalah sia-sia. Solusinya dengan tetap berusaha dibarengi ilmu “uutiituhu `ala `ilmin `indii”,”aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku”, dan siap menerima hasil akhir. Sebab hasil akhir tetap berada di tangan Allah. “innama tuu`aduuna la ati wamaa antum bimu`jiziin”,”Sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu pasti datang, dan kamu sekali-kali tidak sanggup menolaknya”. (QS. Al-An`am[6]: 134).

Melawan sikap mengeluh terhadap bagian rezeki bisa anda lawan dengan menyisihkan sedikit dan menafkahkan rezeki anda di jalan Allah. Anda bisa berderma di Masjid, madrasah dll. Dengan latihan ini anda akan belajar ikhlas terhadap berapapun rezki anda. Terlebih penting, Allah akan melipatkan gandakan rezki anda.

(5 tips menjadi pemimpin perubahan. Baca)

6.     Mengebumikan orang mati namun tidak tidak mau mengambil pelajaran.

“cukuplah kematian menjadi nasehat”, al-hadits. Tentu saja kematian bisa menjadi nasehat yang baik bagi orang-orang yang mau merenungi, dan mengambil pelajaran. Betapa hidup ini hanya sementara saja. Hadits diatas bisa diamalkan dengan kita berziaroh ke kuburan atau kita mengebumikan orang mati. Al-hasil, orang yang tidak mau mengambil pelajaran terhadap orang-orang yang telah mati adalah pertanda keimanan kita telah trouble. Dan Komputer yang trouble paling gampang di instal ulang saja biar bisa normal kembali.

Manusia memang diharuskan membuka kesadarannya tentang hidup manusia yang tak kekal ini. “wama ja`alnaahum hasadan laya’ kuluna al to`aama wamaa kaanuu khoolidiin”,”Dan tidaklah Kami jadikan mereka tubuh-tubuh yang tiada memakan makanan, dan tidak (pula) mereka itu orang-orang yang kekal”. (QS. Al-Anbiya’[21]: 8).

Ada sebuah program yang diberikan Allah Subhanahu Wata`ala dalam setiap sel tubuh, dan program ini bertanggungjawab akan pertumbuhan dan pembelahan sel serta interaksinya dengan sel-sel lainnya, dan ketika para ilmuan mencoba untuk memperpanjang hidup, maka sel tersebut berubah menjadi sel kanker dan meledak.

Ahli biologi saat ini menjelaskan bahwa kematian adalah sama pentingnya dengan kehidupan. Setelah melakukan banyak percobaan dan penelitian para ilmuan akhirnya mengungkapkan bahwa dalam setiap sel yang ada dalam tubuh manusia terdapat waktu biologis yang khusus untuk sel ini. Maka, manusia seharusnya berpikir siapa sebenarnya pengatur kerja tubuh manusia hingga triliunan jam dan siapakah yang melindunginya dari segala kerusakan yang mungkin merusaknya. Lantas, adakah makhuk Allah yang mengacungkan dirinya merasa bertanggungjawab atas itu?

“alam yarou kam ahlakna min qoblihim min qornin makkannaahum fil ardli maalam numakkin lakum wa arsalna al samaa’a `alaihim midroro waja`alna alanharo tajri min tahtihim fa ahlaknaahum bidunubihim wa ‘ansya’na min ba`dihim qornan akhoriin”,”Apakah mereka tidak merperhatikan berapa banyaknya generasi-generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, padahal (generasi itu) telah Kami teguhkan yang belum pernah kami berikan kepadamu, dan Kami curahkan hujan yang lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir dibawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan Kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain.” (QS. Al-An`am[6]: 66).


Tags: 6 FAKTOR YANG MENYEBABKAN RUSAKNYA QOLBU, KEMATIAN, MENERIMA TAKDIR,


Tentang penulis :

Marzuki Ibn Tarmudzi, pernah mencicipi sedikit segarnya lautan ilmu di Pondok Pesantren Bahrul ‘Ulum Tambakberas Jombang, Jawa Timur. Hobinya yang suka nyorat-nyoret kertas ini dimulai semenjak nyantri. Kini, hobinya itu dituangkan di berbagai media online, itung-itung sebagai aksi dari ; “بلغوا عني ولو أية “,” sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat ”.