WASPADA! SIKAP-SIKAP MENGHADAPI BERBAGAI GODAAN DALAM KEMISKINAN : TADABBUR AL-QUR’AN


WacanaMarzuki. Memang iyya!! Kemiskinan itu tidak serta merta membuat manusia menjadi tertekan apalagi jika miskin berjama`ah. Konon, mbah-mbah saya bercerita betapa sawah di daerah kami hanya mengeluarkan pangan sekali dalam setahun berbeda dengan sekarang bisa tiga kali panen padi dalam setahun. Bahkan, panen yang sekali itupun harganya tidak seberapa. Dulu, untuk bisa makan beras saja itu serasa makanan istimewa. Sehari-harinya makan gaplek. Namun itu semua dirasakan oleh mbah-mbah saya dengan fine-fine aja. 

 

Kemiskinan yang tengah melanda Indonesia ini konon disebut kemiskinan yang struktural. Kemiskinan struktural menurut Prof. Dr. Mahfud M.D. bukan hanya disebabkan oleh masyarakat yang malas. Lebih dari itu kemiskinan struktural disebabkan oleh sistem ekonomi yang salah, atau kesempatan orang untuk bekerja telah dicabut kesempatannya. oleh karena itu dalam hal ini pemimpin biasanya disalahkan sebab tidak bisa mengelola sistem ekonominya. Coba kita tengok, betapa banyak ibu-ibu yang tiap hari bekerja memecah batu di lereng-lereng gunung namun dalam sehari ia hanya mendapatkan 600 rupiah bukan 600 ribu, tidak sampai seribu rupiah lho. Dalam kasus ini memang sistem ekonomi patut dipersalahkan. Bukan hanya berkhutbah penuh wibawa sembari menunjuk-nunjuk mengutuk umat untuk bekerja keras.

Lantas, apakah saya harus mengkampanyekan kembali ide-ide kaum sosialis itu? Yakni, bermimpi sebuah struktur masyarakat tanpa kelas. Semua harus sama. Kalau miskin harus miskin semuanya atau sebaliknya, kaya satu kaya semua. Sebenarnya iyya. Saya sebetulnya mendukung ide itu. Enak ya kalau semua kaya. Tidak ada yang makan hamburger didepan orang yang makan singkong. Tidak ada lagi orang-orang di rumah reyot dipinggiran sungai metropolitan yang memikirkan kelangsungan hidupnya, sementara di seberang jalan kita menyaksikan gedung bertingkat milik orang-orang bermodal. Wuih! Asyik mungkin. Yang ada, kita berjama`ah ngobrol di warung tertawa-tawa bersama. Namun, mimpi tentang kesetaraan ekonomi yang tanpa kelas dalam suatu negara, menurut saya tidak seindah bayangan saya. Bagaimana kalau saya melihat korea utara mungkin, bayangan keindahan itu pudar. Sebab semua gerak-gerik rakyatnya diatur dalam undang-undang yang ketat. Anda bisa lihat lah itu. Sementara kita hidup di Indonesia sangat menikmati kebebasan. Oke! saya tidak berpanjang tentang wacana sistem perekonomian ini.

Yang jelas, keruntuhan Uni Soviet yang sosialis marxis itu adalah pertanda bahwa kesetaraan ekonomi yang diimpikan oleh kaum sosialis itu adalah mustahil. Wal-hasil, memang harus ada orang kaya dan orang miskin. Sebab dalam QS. Al-Zukhruf [43]: 32, Allah berfirman;

“Ahum yaqsimuuna rohmata robbika nahnu qosamna bainahum ma`isyatahum fi al-hayati al-dunya rofa`na ba`dluhum fauqo ba`dlin darojatin liyattahidza ba`dluhum ba`dlon sukhriyan wa rohmatu robbika khoirun mimma yajma`un”,

”Apakah mereka yang membagi-bagi rohmat Tuhanmu? Kamilah yang menentukan penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat memanfaatkan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”

Terpenting, Al-Qur’an memberikan petunjuk kepada kita. Di mana Al-Qur`an juga memberikan petunjuk terkait sikap-sikap yang harus selalu dijaga dalam menghadapi kemiskinan. Sebab kita sebagai orang Islam, kemewahan ekonomi bukanlah yang tujuan utama namun bagaimana kita tetap setia terhadap ajaran Nabi Muhammad Saw. Berikut ini sikap yang harus dijaga oleh orang yang kekurangan finansial;

(Baca: Jas Merah)

1.     Tetap sabar dan sholat

Saya yakin finansial adalah masalah tiap orang. Namun, kalau orang kaya tentu saja masalah finansialnya bukan terletak pada problem untuk pemenuhan primernya. Berbeda dengan orang-orang yang berpenghasilan rendah, ia bingung dalam pengelolaan kebutuhan primernya; sandang, pangan, papan, pendidikan anaknya. Bagi orang yang beriman Sabar dan sholat adalah senjata ampuh dalam meminta kepada Allah dalam berbagai kondisi.

“Yaa aiyuha al-ladzina amanu sta`inu bi al-sobri wa al-sholati inna llaha ma`a al-shobirina”,

”Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqoroh [2]: 153).

Sabar itu bukan diartikan menerima keadaan tanpa berusaha. Sabar itu artinya tangguh. Menjadi mu`min itu harus tangguh dalam menghadapi segala problematika. Dan senantiasa memperbanyak sholat selain sholat fardhu. Tentu saja, sebagai memperbanyak sholat sunnah misalnya; dhuha, qobliyah, ba`diyah, tahajud dan lain sebagainya. Dengan itu lebih mendekatkan kepada Allah Swt. Dan tentu dibarengi dengan do`a. Dengan sering menyapa Allah tiap waktu cepat atau lambat Allah pasti akan memberikan jalan untuk hamba-Nya.

(Baca: Cara Mengelola Waktu)

2.     Jangan melihat orang kaya terus

Latamudanna `ainaika ila ma matta`na bihi azwajan minhum wa la tahzan `alaihim wahfidh janahaka lilmu’minina.

Janganlah sekali-kali engkau tujukan pandanganmu kepada kenikmatan hidup yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka (orang kafir), dan engkau engkau bersedih hati terhadap mereka dan berendah hatilah engkau terhadap orang yang beriman. (QS. Al-Hijr [15]: 88).

Menjaga pandangan itu sangat penting lo. Di awal udah saya singgung, bahwa pada dasarnya kita makan singkong itu tidak terlalu menderita. Namun jika kita selalu melihat orang-orang yang makan humberger mungkin perasaan “menderita” itu ada. Mengendalikan pandangan itu dibutuhkan untuk selalu kita bisa bersyukur, tentunya jika kita mau melihat orang-orang yang levelnya di bawah kita. Jika rumah kita sangat sederhana jangan terus memandangi dan merenungi rumah sebelah yang lebih mewah. Merenungi ayat di atas tentunya menjadi penyejuk hati kita untuk senantiasa tangguh dalam segala kondisi dan senantiasa berendah hati terhadap saudara-saudara kita yang seiman. Pandangan yang kita umbar adalah penyebab rasa iri dan dengki terhadap orang lain. Dan sifat itu dilarang oleh Allah. Al-hasil, kita akan kembali kepada Allah dan semuanya akan kita tinggalkan.

(Baca: Rahasia Hidup Bahagia)

3.     Awas jangan sampai murtad

Bi’sama sytarau bihi anfusahum anyakfuru bima anzala llahu bagyan an yunazzila llahu min fadhlihi `ala man yasyaau bigodhobin `ala godhob wa lilkaafirina `adzabun muhinu.

Sangatlah buruk (perbuatan) mereka menjual dirinya, dengan mengingkari apa yang diturunkan Allah, karena dengki bahwa Allah menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Karena itulah mereka menanggung kemurkaan demi kemurkaan. Dan kepada orang-orang kafir (ditimpakan) azab yang menghinakan. (QS. Al-Baqoroh [2]: 90)

(Baca: Hikmah Putus Dari Pacar)

Godaan manusia untuk keluar dari Islam itu berwarnai-warni dalam kehidupan ini. Apalagi kini kita hidup dalam suatu alam yang memuja materi. Tidak sedikit orang Islam yang mudah tergoda dengan suatu keadaan tertentu dengan tanpa terasa menjual keimanan. Terlalu menyinggung jika di contohkan dalam kehidupan sehari-hari tentang hal-hal apa saja yang sering secara tak sengaja iman menjadi taruhan. Semua berawal dari menyimpang dari hukum-hukum Allah namun secara perlahan namun pasti keimanan menjadi taruhan. Kalau dipaksa mencohtohkan sering teman-teman yang malu jika menjadi pengangguran mereka lebih memilih bekerja di sebuah perusahaan yang memproduksi humberger misalnya. Mereka tahu kalau humberger itu barang haram karena prosesnya yang tidak syar`i. Namun mereka masih tetap saja menjalani sebagai kuli di perusahaan itu seakan telah melupakan atau apatis dengan hukum-hukum Allah Swt.

(Baca: Benarkah Candi Borobudur Peninggalan Nabi Sulaiman)

4.     Jangan mau dipaksa murtad

Man kafaro billahi min ba`dihi imanihi illa man ukriha waqolbahu muthmainun bil imani walakin man syaroha bilkufri sodron fa`alaihim godhobun mina llahi walahum `adzabun `azhim.

Barang siapa kafir kepada Allah setelah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa) tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan mereka akan mendapat azab yang besar. (QS. An-Nahl [16]: 106)

Jangan mau dipaksa murtad. Sebagai pemuda, kemiskinan lagi-lagi kemiskinan kerap mengganjal keberlangsungan pendidikan seseorang. Uang memang bukan segalanya, namun uang tetap dibutuhkan dalam keberlangsungan pendidikan. Terkadang niat dalam hati sudah bulat ingin meneruskan sekolah setinggi-tingginya namun terhambat uang. Kepala pusing, tidur kepala pening, kalau sudah tidur malas bangun karena takut kepeningan kepala nempel lagi.

Kepusingan itu semakin lama menjadi tertekan. Kondisi ini kerap dialami dan bisa saja menghalalkan segala cara. Lantas, ditengah kepeningannya ada seseorang yang menawarkan sekolah di Amerika Serikat dan ditentukan jurusannya. Pemuda itupun meng iyyakan dan berangkat. 4 tahun pemuda itu kuliah namun ijazahnya disita. Ia bisa mengambilnya jika bersedia masuk agama kristen. Nah, disinilah kemiskinan menjadi ujian bagi pemuda itu. 

(Baca : diakhirat mbah hasyim lebih populer dari kyai ahmad dahlan)

5.     Awas tipu daya kristenisasi, peringatan bagi orang miskin dan kaya

Latajidanna asyadda al-nasi `adawatan lilladzina amanu al yahuda wa al-ladzina asyroku walatajidanna aqrobahum mawaddatan lilladzina amanu al-ladzina qolu inna nashoro dzalika bianna minhum qissisina waruhbana wa annahum layastakbirun.

Pasti akan kamu dapati orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman, ialah orang-orang yahudi dan orang-orang musyrik. Dan pasti akan kamu dapati orang yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata,”Sesungguhnya kami adalah orang-orang nasrani.” Yang demikian itu karena di antara mereka terdapat para pendeta dan para rahib, (juga) karena mereka tidak menyombongkan diri. (QS. Al-Maidah [5]: 82).

Kasus pemuda di atas, adalah contoh kasus kristenisasi yang marak. Biasanya, kristenisasi lebih halus daripada yang saya contohkan diatas. Semisal, disebuah daerah minus yang masyarakatnya berpenghasilan rendah dibangunlah masjid besar oleh orang kristen. Bermula dari situ banyak acara-acara pengajian yang diadakan di Masjid itu, yang tentu didanai oleh non muslim itu. Memang, itu kelihatannya adalah islamisasi namun secara perlahan masyarakat telah dimasuki alam bawah sadarnya untuk mengakui bahwa ini semua bisa terlaksana karena ada orang kristen itu. Di lain sisi, orang kristen itu juga membawa misi lain untuk agamanya. Entah, membuka pendidikan yang telah disusupi ideologi kristen.

(Baca: Cerita lamunan di kelas)

6.     Jangan menurunkan anak yang lemah

Walyakhsya al-ladzina lau taroku min kholfihim dzurriyyatan dhi`afan khofu `alaihim falyattaqu llaha walyaqulu qoulan sadida.

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar. (QS. An-Nisa [4]: 9)

Ekonomi selalu diidentikkan dengan uang. Itu sah-sah saja namun sebagai manusia, kita adalah “hayawanun natiqun”, hewan yang berfikir, tentu uang bukan segalanya. Apalah arti uang buat hewan. Maka, menumbuhkan generasi penerus bukanlah harus berhenti jika berargumentasi karena uang. Bagaimanapun, orang Islam harus memikirkan masa depan umat Islam, dengan memperhatikan anak-anak kita. Mungkin, kita bisa dikatakan berhasil, namun keberhasilan itu adalah orang-orang tua kita selayaknya disebut orang yang berhasil. Kita diingatkan tentang sejarah Nabi Muhammad Saw, bahwa beliau senantiasa mendidik para sahabatnya, sehingga ketika beliau dipanggil Allah Swt, umat tidak kocar-kacir namun Nabi telah mempersiapkan generasi penerusnya. Ada Sahabat Abu Bakar, Umar bin Khottob, Utsman bin Affan, Ali bin Abu Tolib, dan sahabat-sahabat lainnya.

7.     Jangan takut menikah asalkan berusaha

Walyasta`fifi al-ladzina la yajiduna nikahan hatta yagniyahumu llahu min fadhlihi wa al-ladzina yabtaguna al-kitaba mimma malakat aimanukum fakatibu hum in `amittum fihim khiron wa atuhum min mali llahi al-ladzi atakum walatukrihu fatayatikum `ala al-bigoi in arodna tahasshunan latabtagu `arodho al-hayati al-dunya wa man yakrihhunna fa inna llaha min ba`di ikrohihinna gofurun rohimuu.

Dan orang-orang yang tidak mampu menikah hendaklah menjaga kesucian (dirinya), sampai Allah memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan jika hamba sahaya yang kamu miliki menginginkan perjanjian (kebebasan), henaklah kamu buat perjanjian kepada mereka, jika kamu mengetahui ada kebaikan pada mereka, dan berikanlah kepada mereka sebagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu. Dan janganlah kamu paksa hamba sahaya perempuanmu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri menginginkan kesucian, karena kamu hendak mencari keuntungan kehidupan duniawi. Barangsiapa memaksa mereka, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang (kepada mereka) setelah mereka dipaksa. (QS. An-Nur [24]: 33).

(Baca: Jejak Sang Ode)

8.     Nadzar adalah pancingan keberhasilan

Waminhum man `ahada llaha lain atana min fadhlihi lanasshodaqonna min al-sholihin. Falamma atahum min fadhlihi bakhilu bihi watawallau wahum mu`ridhuna.

Dan diantara mereka ada yang telah berjanji kepada Allah,”Sesungguhnya jika Allah memberikan sebagian dari karunia-Nya kepada kami, niscaya kami akan bersedekah dan niscaya kami termasuk orang-orang yang saleh.” Ketika Allah memberikan kepada mereka sebagian dari karunia-Nya, mereka menjadi kikir dan berpaling, dan selalu menentang (kebenaran). (QS. At-Taubah [9]: 75-76).

Itu adalah firman Allah, maka kita harus yakin betapa janji Allah itu benar. Nadzar itu adalah perjanjian seorang hamba kepada Allah Swt, untuk melakukan sesuatu jika Allah mengabulkan permintaan hamba itu. Dulu, ketika sekolah dasar saya sering bernadzar. Biasayan itu saya lakukan ketika akan ulangan dan saya ingat ketika menghadapi Ujian Akhir Sekolah. Dengan bernadzar biasanya saya lebih giat daripada tidak melakukan nadzar. Sebab, saya mengucapkan nadzar itu sendiri adalah merupakan ungkapan hati kecil saya untuk ingin meraihnya. Dan siap melunasi nadzar itu jika tercapai cita-cita. Nadzar itu ada aturannya, bahwa tidak boleh bernadzar dalam hal kejelekan. Anda bisa membaca di buku-buku hukum Islam mengenai topik nadzar ini.

(Baca : 5 tips memilih bisnis)

9.     Jangan cari dukun, pesugihan (musyrik)

Waminannasi man ya`budu llaha `ala harfin fain asobahu khoiru ithma’anna bihi wa in asobathu fitnatu inqolaba `ala wajhihi khosiro al-dunya wal al-khirota dzalika huwa al-khusronu al-mubinu. Yad`u min duni llahi mala yadhurruhu wamala yanfa`uhu dzalika al-dholalu al-ba`idu. Yad`u laman dhorruhu aqrobu min naf`ihi labi’sa al-maula walabi’sa al-`asyiru.

Dan diantara manusia ada yang menyembah Allah hanya di tepi; maka jika dia memperoleh kebajikan, dia merasa puas, dan jika dia ditimpa suatu cobaan, dia berbalik kebelakang. Dia rugi di dunia dan di akhirat. Itulah kerugian yang nyata. Dia menyeru kepada selain Allah sesuatu yang tidak dapat mendatangkan bencana dan (tidak) pula memberi manfaat kepadanya. Itulah kesesatan yang nyata. Dia menyeru kepada sesuatu yang (sebenarnya) bencanya lebih dekat daripada manfaatnya. Sungguh, itu seburuk-buruk penolong dan sejahat-jahat kawan. (QS. Al-Haji [22]: 11-13).

Ngapain nyari dukun, emangnya dukun itu pemegang kunci keberhasilan. Menurut survey sih bukan. Daripada pergi ke dukun lalu memberikan amplop mendingan amplopnya dimasukin aja “kotak amal” Masjid. Lantas, kita berdo`a kepada Allah dengan seoptimalnya, yakinlah Allah akan mengabulkan do`a kita. Kemusyrikan itu mengotori keimanan maka bersihkan hati kita dari kotor-kotor itu. Yakni, tiada tuhan selain Allah.

 

10.                        Jangan kamu bunuh anakmu karena takut miskin

Wala taqtuluu auladakum khosyata imlaaqin nahnu narzuquhum wa iyyakum inna qotlahum kana khit’an kabiiron.

Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah yang memberi rezeki  kepada mereka dan kepadamu. Membunuh mereka itu sungguh suatu dosa yang besar. (QS. Al-Isro [17]: 33).

Akhir-akhir ini media Indonesia digegerkan kematian bocah 8 tahun bernama Angeline. Bocah yang dibunuh secara sadis dan di kubur di kandang ayam belakang rumah milik ibu angkatnya. Entahlah, siapa yang membunuh. Yang jelas, ada yang bersuara bahwa bocah ini tentu tidak akan demikian jika ia tidak lahir dalam kemiskinan. Memang, ibu kandungnya melepaskannya untuk diadopsi karena tidak bisa membayar biaya persalinan. Menurut saya, tidak semestinya anak itu dilepas hanya gara-gara uang. Apalagi, di media televisi tampak ibu dan bapaknya masih sangat muda yang tentu masih mampu mengusahakan biaya persalinan itu. Orang jawa itu kan pada dasarnya bisa nekat untuk mendapatkan segala sesuatu. Toh, masih banyak jalan menuju roma.

(Baca: madiun kota gadis)

11.                        Jangan putus asa

Qul ya`ibadiya al-ladzina asrofu `ala anfusihim lataqnatu min rohmatillahi inna llaha yagfiru al-dzunuba jami`an innahu huwa al-gofuru al-rohimu.

Katakanlah,”Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS. Az-Zumar [39]: 53).

Jangan putus asa. Ya jangan pernah berhenti untuk selalu di jalan Allah Swt. Apapun hambatannya harus sabar, bertahan, tangguh. Semua cita-cita seapapun tingginya tentunya harus dimulai niat karena Allah Swt. Maka insya Allah kita pun akan nyaman dalam cita-cita itu. Masalah tentang tercapai atau tidak itu adalah ketentuan Allah. Jadi seumpama Allah tidak memberikan apa yang kita impi-impikan itu yakinlah Allah akan memberi hal lain yang lebih baik. Terpenting, bukan apa yang kita impikan yang terkabul namun bagaimana kita tetap berada dalam jalan Allah Swt. Saya tidak setuju dengan orang yang mengatakan,”Gantungkan cita-citamu setinggi langit!.” Menurut saya, kita itu bekerja saja yang keras urusan hasil kita serahkan pada Allah.

12.                        Mohonlah keringanan ujian

Layukallifu llahu illa wus`aha laha makasabat wa`alaiha maktasabat robbana latuakhidzna in nasina au akhto’na robbana wala tahmil `alaina ishron kama hamaltahu `ala al-ladzina min qoblina robbana wala tuhammilna malathoqota lana bihi wa`fu `anna wagfirlana warhamna anta maulana fanshurna `ala al-qoumi al-kafirina.

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdo`a), “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunillah kami, dan rahmatillah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir. (QS. Al-Baqoroh [2]: 286.

13.                        Jangan meminta tolong orang kafir

Ya ayyuha al-ladzina amanu la tattakhidzu `aduwii wa`aduwwakum auliya’a tulquna ilaihim bilmawaddati waqod kafaru bima ja’akum mina al-haqqi yukhrijuna al-rosula waiyyakum an tu’minu billahi robbikum in kuntum khorojtum jihadan fi sabilii wagtigo’a mardhoti tusirruna ilaihim bi al-mawaddati wa ana a`lamu bima akhlaftum wama a`lantum waman yaf`alhu minkum faqod dholla sawa’a al-sabili. In yatsqofu kum yakunu lakum a`da’an wayabsutu ilaikum aidiyahum wa alsinatahum bi al-su’I wa waddu lautakfurun. Lan tanfa`akum arhamukum wa auladakum yaumal al-qiyamati yafshilu bainakum wa llahu bima ta`maluna bashirun.

Wahai orang-orang yang beriman! janganlah kamu menjadikan musuh-Ku dan musuhmu sebagai teman-teman setia sehingga kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal mereka telah ingkar kepada kebenaran yang yang disampaikan kepadamu. Mereka mengusir rasul dan kamu sendiri karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu. Jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad pada jalan-Ku dan mencari keridhoan-Ku (janganlah kamu berbuat demikian). Kamu memberitahukan secara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada mereka, karena rasa kasih sayang, dan aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Dan barangsiapa di antara kamu yang melakukannya, maka sungguh, dia telah tersesat dari jalan yang lurus. Jika mereka menangkapmu, niscaya mereka bertindak sebagai musuh bagimu lalu melepaskan tangan dan lidahnya kepadamu untuk menyakiti dan mereka ingin agar kamu(kembali) kafir. Kaum kerabatmu dan anak-anakmu tidak akan bermanfaat bagimu pada hari kiamat. Dia akan memisahkan antara kamu. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Mumtahanah [60]: 1-3).

 

Tags; SIKAP-SIKAP YANG HARUSDIJAGA OLEH ORANG MISKIN, MEWASPADAIGODAAN IMAN,

 

 

6 GEJALA DITERIMANYA TOBAT SEORANG HAMBA KETIKA BERTOBAT


Taubatan Nasuha

Wacana Marzuki. Taubat merupakan cuatan dari tiga unsur. Pertama, seseorang mengetahui dengan sadar perbuatan yang telah ia lakukan. Sadar bahwa apa yang ia lakukan adalah perbuatan dosa. Unsur ini biasa disebut dengal ilmu. Kedua, keadaan. Setelah ia mengetahui bahwa perbuatan yang telah ia lakukan adalah dosa lantas ia menyesalinya. Ketiga, perbuatan. Berangkat dari kedua unsur diatas lantas timbullah niat yang sungguh-sungguh untuk tidak mengulanginya perbuatan dosa itu dan lebih mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta`ala.

(Baca: Cara Menulis buku harian)

Manusia memang bukan malaikat, yang selalu ta`at kepada Allah Swt. Malaikat senantiasa terprogram untuk ta`at menjalankan perintah Allah. Ketika malaikat diprogram untuk sujud ia akan senantiasa bersujud. Ketika malaikat diprogram untuk bertasbih ia akan senantiasa bertasbih. Berbeda dengan manusia yang diberi nafsu. Nafsu inilah yang menjadi pendorong manusia menuju kebaikan bahkan sebaliknya. Manusia bisa baik melebihi malaikat namun manusia juga bisa menjadi buruk melebihi syetan. Karena itulah, Allah menyukai hamba-hamba-Nya yang bertaubat. “Inna Allaha yuhibbu al-tawwabiina”,”Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat”. (QS. Al-Baqoroh[2]: 222).

Kecintaan Allah pada hamba-hamba-Nya yang niat sungguh-sungguh bertaubat diwujudkan Allah Swt dengan menerima taubat hamba-Nya dan mengampuni dosa-dosa hamba-Nya itu. “wahuwa alladzi yaqbalu al-taubata `an `ibadihi waya`fuw `ani al-sayyiati waya`lamu ma taf`aluuna”,”Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan mema`afkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Asy-Syura[42]: 25). Bukankah ini adalah pintu lebar bagi hamba-hamba Allah untuk menuju surga-Nya?

(Baca: Cara menulis essay)

Taubat itu bukanlah menyadari kesalahan, menyesalinya dan meninggalkan pebuatan dosa itu, lantas beberapa waktu lagi mengulangi perbuatan dosanya. Bukan! Bukan itu yang disebut taubat. Al-qur’an menyebut taubat yang sungguh-sungguh ini dengan sebutan “taubatan nasuha”. Dan Allah hanya menerima taubat yang nasuha ini bukan model taubat sambal, hari ini mengeluh besoknya malah mencari lagi. “Yaa ayyuhaa al-ladzina  aamanuu tuubuu ‘ila Allahi taubatan nasuuhan `asaa robbukum ‘an yukaffiro ‘ankum sayyiatikum wayudkhilkum jannaatin tajrii min tahtiha al-anhaaru”,”Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus segala kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai”. (QS. At-Tahrim[66]: 8)

(Baca: Cara menulis cerpen)

Yang terpenting, taubat bukanlah aktivitas yang bisa dikerjakan dengan rencana. “Ah, saya akan bertaubat entar-entar aja”, pernyataan ini tidak boleh. Taubat dilakukan harus segera setelah ia sadar, menyesali, dan meninggalkannya. “Innama al-taubatu `ala Allahi lilladzina ya`maluuna al-suu’a bijahalatin tsumma yatuubuuna min qoriitin fa’ulaaika yatuubu Allahi `alaihim wakaana Allahu `aliiman hakiiman”,”Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (QS. An-Nisa`[4]: 17)

Menurut sementara Ahli hikmah, gejala diterima tobat ada 6:

1.     Beranggapan, bahwa dirinya tidak dilindungi dari berbuat dosa

Kita memang harus sadar, bahwa kita bukan terjaga dari dosa “ma`sum”. Sebab kita memang bukan Nabi Muhammad Saw, yang selalu dijaga Allah dari mengerjakan perbuatan dosa. Kita ini manusia biasa yang bisa kapan saja melakukan pembangkangan. Kesadaran ini penting karena ini bisa menjadi penumbuhan kewaspadaan kita dari kelalaian. Selain itu, kesadaran kita terhadap musuh manusia yang selalu menggoda manusia untuk membangkang dari ajaran Rosul Allah itu juga penting. Sekali lagi, kesadaran bahwa kita bukan ma`sum itu adalah benteng bagi kita untuk tidak melakukan perbuatan dosa. Jika anda adalah pejabat tinggi di pemerintahan, kesadaran anda ini semoga bisa membantu anda tidak tercebur dalam samudra sistem yang rusak itu. Konon, di lingkungan itu uang mengalir wira-wiri di depan mata. Wal-hasil,”wala ta’kulu amwalakum bainakum bi al-batil wa tudlu biha ila al hukkami li ta’kulu fariqon min amwali al-nasi bil itsmi wa antum ta`lamun.” (QS. Al-Baqoroh[2]: 188).

(Baca: Cara menulis Discource)

Sebaliknya, merasa bahwa dirinya anti terjerumus dalam perbuatan dosa adalah sama saja ia sombong. Dan kesombongan itu sendiri adalah awal dari kehancuran. Dan Allah tidak memberi petunjuk orang yang sombong. “kadhalika yathba`u allahu `ala kulli qolbin mutakabbirin jabbaarin”,”Demikianlah Allah mengunci hati setiap orang yang sombong dan berlaku sewenang-wenang.” (QS. A-Mu`min[40]: 35).

Ayat ini begitu ngeri jika direnungi. Tentu ayat ini bisa mengikis kesombongan kita yang kerap jalan-jalan di hati ini. Kesombongan yang merasuki hati ini bisa berakibat fatal sebab bila dipelihara ia bisa menggerogoti keimanan. Sombong terhadap peringatan Allah, kan ini bisa berdampak kehancuran. “wa idza arodna an nuhlika qoryatan amarna mutrofiha fafasaqu fiha fahaqqo `alaiha alqoulu fadammarnaha tadmiro.” (QS. Al-isro’[17]: 16).

Contoh yang paling melegenda adalah cerita tentang kesombongan iblis yang tidak mau bersujud kepada Nabi Adam. Jika argumentasi iblis adalah tidak mau bersujud karena Adam tercipta dari tanah sementara iblis dari api tentu saja cuman alasan saja. Terpenting, dalam menjalankan perintah adalah bukan melihat apa perintahnya namun siapa yang memerintah. Al-hasil, penolakan iblis terhadap perintah Allah adalah  wujud kesombongan. “illa iblisa istakbaro wa kana mina al kafirin”,”Kecuali iblis, ia menyombongkan diri dan ia termasuk golongan yang kafir”. (QS. Sad[38]: 74).

(Baca: Cara memilih dan memutuskan sebuah bisnis)

2.     Hatinya jauh dari kegembiraan dan kesedihan selalu dekat di hatinya

Nomer dua ini bunyi teksnya begini, wa yaro fiqolbihi alfarokha goiban wa al khuznu syahidan (Nashoihu Al-Ibad, Karya Syeikh Muhammad Nawawi Ibnu Umar Al-Jawi). Bisa di bahasa Indonesiakan, “Dia mengetahui dalam hatinya tidak ada kegembiraan hanya ada kesedihan”. Inikan kita bisa menengok diri kita, betapa kegembiraan kerap melalaikan kekhusukan ibadah kita. Mengapa ya? Mungkin kegembiraan ini mengalihkan kefokusan kita terhadap mengingat Allah, atau dzikru Allah. Kita tahu dzikir ini vital dalam melembutkan hati, menenangkan hati seorang mu`min. “alaa bidzikrillahi tathmainnu al-qulubu.” (QS. Al-Ro`du[13]: 28). Wal-hasil, kegembiraan yang melalaikan mengingat Allah berpotensi mengeraskan hati orang yang beriman.

Lalu, pigimane dampak hati yang lalai dari Allah?

Mungkin saya terlalu mendramatisir tentang konsekuensi dari kegembiraan. Bahkan saya sampai pada kesimpulan lalai, yang dalam Al-Qur’an disebut Gofilin itu. Saya kira saya berlebih jika menuju pada kesimpulan Gofilin itu. Namun saya berpendapat bahwa membiarkan lalai sedikit itu secara terus menerus pada akhirnya juga bisa berujung pada kelalaian yang tercantum dalam Al-Qur’an Al-Al-Anbiya’ ayat 1-2 itu. “iqtaroba linnasi khisabuhum wahum fi goflatin mu`ridlun. Ma ya’tihim min dzikrin min robbihim mukhdatsin illastama`uhu wahum yal`abun”,”Telah semakin dekat kepada manusia perhitungan amal mereka, sedang mereka dalam keadaan lalai (dengan dunia), berpaling (dari akhirat). Setiap diturunkan kepada mereka ayat-ayat yang baru dari Tuhan, mereka mendengarkannya sambil bermain-main.”

(Baca: Bid`ah dalam Islam)

Bagaimana kita  bisa terjerumus dengan mempermainkan firman-firman Allah itu? Lho kan memang kelengahan diri atau Gofil penyebabnya. Tentu saja lalai itu bermacam-macam penyebabnya. Namun kegembiraan ini juga berpotensi arah lalai itu. Kegembiraan? Maksudnya kita sebagai mu`min dilarang bergembira begitu? Tentu saja, kegembiraan, kesenangan disini artinya lebih condong pada hati yang hedonis, nah itu kan bahaya. Dan kesedihan ini bukan maksudnya kesedihan yang berdampak tertekan itu, bukan itu. Namun kesedihan disini memang suatu sikap keluh kesah butuh terhadap Allah dan hanya berharap pada Allah. Wal-hasil, sikap yang takut dan berharap hanya kepada Allah ini sebenarnya adalah kebahagiaan yang sejati lho.

3.     Mendekati orang-orang yang baik dan menjauhi orang-orang yang jelek, karena takut jatuh ke dalam maksiat.

Teman yang baik itu memang sangat berpengaruh dalam membentuk pribadi kita menjadi lebih baik. Mungkin, kena radiasinya. Sama seperti jika teman sebangku sekolah kita dulu menguap ngantuk secara tak sadar kita pun juga tertular hawa ngantuk. Nyetrum! Saya sedari kecil lebih suka berteman dengan teman yang terlihat cerdas dan unik. Wal-hasil, saya kata orang juga seperti itu hee. 

(Baca: Wacana Filsafat tentang pelacuran di masyarakat)

Ketika sekolah dulu teman-teman saya juga banyak yang menekuni dunia tulis menulis, jurnalistik dan saya secara tak sadar juga terpengaruh oleh mereka. Ya, begitulah teman. Hidup itu pilihan maka berusaha memilih teman yang baik adalah juga pilihan. Nomer 3 dari 5 lagu tombo ati itu kan,”berkumpul dengan orang soleh”. Sebab kalau teman kita soleh secara perlahan kita pasti tertular. Yang diakhawatirkan, orang salehnya yang tertular kejelekan anda.

Bukankah kita juga sering mendengar dari asatidz (Jamak Ustadz), bahwa jika kita berteman dengan penjual minyak wangi kita juga akan ketularan wanginya. Dan bila kita dekat-dekat dengan kobaran api kita juga punya potensi untuk terbakar.

Lantas, mengapa berkumpul dengan orang saleh itu bisa menjadi gejala diterimanya tobat?

 Jawabannya adalah? (sembari garuk-garuk kepala) “apa ya?”. Mungkin karena kita teman kita saleh lantas kita tertular saleh. Trus kalau kita sudah saleh, mengapa kita bertaubat? (Mikir lagi) Ya, karena kita adalah manusia biasa dan tidak bisa terpelihara dari perbuatan jahat. Jika kita berbuat salah maka kita ada yang mengingatkan, yaitu teman kita yang saleh itu. Berbeda kalau teman kita tidak saleh, malah-malah kita didukung untuk berbuat kejahilan itu. Wal-hasil, ketika kita melakukan pembangkangan terhadap Allah Swt, dengan cepat teman kita akan mengingatkan dan dengan segera kita harus meminta ampunan dari Allah Swt. “Wa sari`uu ila magfirotin min robbikum wa jannatin `ardluhaa al-samawati wa al-ardlu u`iddat lilmuttaqiina”,”Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali Imron[3]: 133).

4.     Dia memandang rezeki dari Allah banyak, dia mengambil sebagiannya sekedar memenuhi kebutuhannya. Dan beranggapan bahwa amal salehnya sedikit, sehingga ia berusaha menambahnya terus.

Coba dibaca lagi yang nomer empat ini. Artinya orang yang mengamalkan ini ia berarti telah benar-benar menyerahkan dirinya benar-benar dalam totalitas penghambaan kepada Allah SWt. Iyya to, lha wong ia tidak segan-segan lo menyedekahkan uang jerih payahnya sementara ia hanya mengambil sedikit saja untuk memenuhi kebutuhannya. Ini sulit lo kecuali orang yang telah menenggelamkan dirinya dalam kelemahan illahi. Wah! Ini kan benar-benar orang yang telah beriman. “Alladzina yu’minuna bi al goibi wa yuqimuna al sholata wa mimma rozaqnahum yunfiquna”,”(Yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, melaksanakan sholat, dan menginfaqkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka.” (QS. Al-Baqoroh[2]: 4).

Trus, ia selalu merasa dirinya rendah di hadapan Tuhannya, lantas ia tiada henti-hentinya mendekatkan dirinya pada Tuhan dengan senantiasa beramal saleh. Ini kan mengingatkan kita pada firman Allah Swt,”Fa amma alladzina amanu wa `amilu al-sholihati fa yudkhiluhum robbuhum fi rohmatihi dhalika huwa al fauzu al mubinu”,”Maka adapun orang-orang yang beriman dan beramal saleh, maka Tuhan memasukkan mereka ke dalam rahmat-Nya (surga). Demikian itulah kemenangan yang nyata. (QS. Al-Jasiyah[45]: 30).

Pertanyaanya, (biar ada korelasi dengan judul) Lha wong udah bagus begini kok harus dimasukkan kategori  “gejala diterima tobat”, kan udah bagus, ngapain juga bertobat?

Begini Boz, menyedekahkan rezki dan senantiasa menambah amal yang saleh ini adalah nasehat. Terlebih ini adalah nasehat bagi penulis sendiri yang masih berlumpuran dosa. Artinya, jika saya berkeinginan untuk tobat saya diterima adalah saya harus melatih diri saya ini untuk menyisakan uang untuk sedekah dan saya juga harus selalu berusaha untuk mengerjakan amal saleh. Dan kemudian mengevaluasinya lantas berusaha memperbaiki. 

(Baca: Menyambut Bulan Suci Ramadhan)

Tobat itu tidak harus identik dengan preman yang tidak mengenal Tuhan lantas bertobat dan menjadi ahli masjid seperti di film-film itu. Namun tobat itu sendiri juga harus diterapkan bagi orang-orang yang beriman. sebagaimana tulisan saya di atas, bahwa manusia diberi hawa nafsu, maka ia punya potensi berbuat maksiat. Al-hasil, ketika sadar ia terjerumus adalah harus dengan segera menunju pengampunan Allah Swt.

5.     Hatinya selalu sibuk dengan macam-macam kewajiban dari Allah, namun tidak ambil pusing menghadapi rezeki, karena sudah dijamin oleh Allah Swt.

Orang yang selalu sibuk dengan takwa pada Allah Swt ini memang di jamin rezkinya oleh Allah. Asyik ni orang seperti ini, kalau bahasa sekarang anti mainstream. Iyya to? Kebanyakan orang sekarang kan sibuk dengan aktivitas yang berorientasi duit-duit dan duit. Mainstreamnya kan, dari kecil udah didik pencari uang. Sekolah saja pandangannya, sekolah yang nantinya bisa mudah dalam karier. Mendidik ketrampilan pun arahnya yang bisa menghasilkan uang lo. Ada sebuah anti mainstream lain di negeri Yahudi mereka mendidik anak-anaknya dengan tujuan memperbesar yahudi, terserah memperbesar dalam aspek apapun.

(Baca: 5 JENJANG UNTUK MENGGAPAI KETAKWAAN YANG SEMPURNA)
Entah lah, jam-jam ini saya begitu semangat membahas anti maintream. Mungkin, kehidupan juga masuk dalam anti maintream. Istilah mainstream baru ku dengar ketika saya udah dewasa ini. Namun kehidupan yang anti mainstream saya kira sudah saya sukai semenjak kecil. Saya mondok dan sekolah berniat menguasai ilmu diantara teman-teman saya yang memuja-muja ijazah. Ah, lebay..

Entahlah, saya lebih menikmati hal-hal yang anti maistream. Ketika banyak teman-teman saya yang bingung karena tidak mempunyai pacar justru saya lebih menikmati kesendirian. Saya rasa saya terlalu melebar kemana-mana. Oke! Saya kembali pada orang-orang yang anti mainstream yang memilih hidupnya sibuk dengan pengabdian pada Allah Swt. Orang-orang yang sibuk dengan ketakwaan pada Allah Swt itu memang tidak hanya identik dengan orang-orang yang berdiam diri di Masjid saja. Lebih jelasnya mari kita renungi QS. Al-Baqoroh ayat 177 ini;

Laisa birro an tuwallu wujuhakum qibala al-masyriqi wa al-magribi wa lakinna al birro man amana billahi wa al-yaumi al-akhiri wa al-malaikati wa al-kitabi wa al-nabiyyina wa ata al-mala `ala khubbihi dzawi al-qurba wa al-yatama wa al-masakini wabna al-sabili wa al-sailina wa fi al-riqobi wa aqoma al-sholata wa ata al-zakata wal mufuna bi ahdihim idza `ahadu wa al-shobirina fi al-ba’sa’I wa al-dloro’I wa khina al-ba’si ulaika al-ladzina shodaqu ulaika humu al-muttaquna

Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin,orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan sholat dan menunaikan zakat, orang-orang yang menempati janji apabila berjanji, dan orang yang sabar dalam kemalaratan, penderitaan dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar, dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.

(Baca: 6 Modal Membeli Tiket Surga)

6.     Senantiasa memelihara lisan.

Lisan itu berbahaya lo. Banyak kasus terjadi gara-gara tidak bisa menjaga pembicaraan. Mungkin bermula menggunjing kemudian berakibat fitnah. Dan bisa saja terjadi provokasi dan aksi brutal. Makanya, mari kita bareng-bareng belajar menjaga lisan. Jika sulit, mari kita temukan apa kuncinya sehingga bisa menjadi mu`min yang bisa menjaga lisan. Bukankah ada hadits yang berbunyi,”min khusni islami al-mar’I tarkuhu ma la ya`nihi”,”sebagian dari bagusnya islamnya seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tak berguna.”. Menjaga lisan adalah salah satu dari perwujudan meninggalkan sesuatu yang tak berguna. Sebab, lisan itu alat menyebarkan informasi. Maka gunakanlah lisan sebagai corong untuk meyebarkan informasi yang berguna.

Di bawah ini saya akan memaparkan 4 manfaat orang yang menjaga lisannya. Pertama, ia telah mengamalkan sebuah hadits yang berbunyi,”Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia berkata yang baik atau diam”. (Bukhori Muslim). Kedua, orang yang menjaga lisannya akan mempunyai kedudukan tinggi dalam agama. Dan, orang lain akan terhindar dari kejahatan lisannya. Hadits berbunyi,”seorang muslim adalah yang orang lain selamat dari kejahatan lisan dan tangannya.” (Bukhori Muslim). Ketiga, ia mendapat jaminan mendapatkan surga. Hadits berbunyi,”Barang siapa menjamin untukku apa yang berada diantara dua rahangnya (mulut) dan apa yang ada diantara dua kakinya (kemaluan) maka aku akan menjamin baginya surga”. (HR. Al-Bukhori). Keempat, akan diangkat derajatnya dan diridhoi oleh Allah. Hadits berbunyi,”Apabila seorang hamba berbicara dengan satu kalimat yang diridhoi Allah, walaupun ia tidak menganggapnya bernilai, maka Allah mengangkat derajatnya”. HR. Al-Bukhori

Pertanyaannya, apa hubungannya dengan gejala diterima tobat?

Jawabannya ya mudah saja to, orang yang menjaga lisannya. Tentu saja ia akan terjaga dari perbuatan dosa. Ini kan mengingatkan kita dengan QS. Al-Furqon[25]: 63 itu to. Bahwa salah satu ciri hamba-hamba Allah yang mulia adalah mengucapkan perkataan yang baik-baik. Bahkan ketika ada orang-orang usil yang mencoba menghinanya ia tetap santun dan mengucapkan “salam”. “wa `ibadu al-rohmani alladzina yamsyuna `ala al-ardli haunan wa idza khotobahumu al-jahiluna qolu salama”,”Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan, “salam.”

Tags; KEISTIMEWAAN KHOUF DAN ROJA`, WASPADA LENGAH DARI AYAT-AYAT ALLAH, AKIBAT KESOMBONGAN ORANG YANGBERIMAN, MENJADI INSAN YANG SALEH, MENJADI MANUSIA DERMAWAN,

Tentang penulis :

Marzuki Ibn Tarmudzi, pernah mencicipi sedikit segarnya lautan ilmu di Pondok Pesantren Bahrul ‘Ulum Tambakberas Jombang, Jawa Timur. Hobinya yang suka nyorat-nyoret kertas ini dimulai semenjak nyantri. Kini, hobinya itu dituangkan di berbagai media online, itung-itung sebagai aksi dari ; “بلغوا عني ولو أية “,” sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat ”.