Jangan - Jangan kita Penentang Allah

                                      Oleh : Marzuki ibn Tarmujzi

Saya hanya bisa bersujud dan menangis ketika sebagian muslim dunia marah dengan ulah hina Sam Bacile, pembuat film “INNOCENCE OF MUSLIMS”, yang sangat menghina Nabi Muhammad SAW itu. Sebab kalau saya mau marah, saya mau marah sama siapa?? Ya kalau Sam Bacile berada di depan saya, mungkin saya dapat mengajaknya berbicara dengan bahasa manusia, dan entahlah kalau dia sama sekali tidak mengerti dengan bahasa manusia, bahasa etika, dengan hikmah. (lihat QS. An-Nahl [16]:125). Sebab ketika mereka menyuarakan kebebasan berekspresi, dilain sisi mereka tidak memberikan kebebasan bagi muslimah Prancis untuk menggunakan kerudung dan jilbab sebagai tata hukum Islam. (Lihat QS. An-Nur [24]:31 dan Al-Ahzab [33]:59). Ketika umat Islam lantang menyuarakan penetapan syariah Islam, sebagai realisasi dari QS. An-Nisa’ [4]:105, sebagai pengganti kapitalisme yang memang sudah bobrok, mereka menudingnya garis keras dan radikal. Mengapa?? Subyektif bukan?!

Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah kami terangkan kepadamu ayat-ayat (kami), jika kamu memahaminya (Lihat QS. Ali Imron [3]:118). Mereka ingin memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaha-Nya meskipun orang-orang kafir benci (QS. Ash-Shaff [61]:8). Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rosul-Nya, mereka termasuk orang-orang yang sangat hina (Lihat QS. Al-Mujadilah [58]:20)

Betapa beraninya mereka merendahkan Nabi Muhammad SAW penerima Al-Qur’an Al-Karim, penyampai risalah suci kepada semesta alam (Lihat QS. Al-Anbiya’ [21]:107). Dan saya yakin Allah tidak akan tinggal diam bila ada orang yang berani makar dengan menjatuhkan Islam. Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya (Qs. As-Shaff [61]:8). Sebab agama pada sisi Allah hanyalah Islam (QS. Ali-Imron [3]:19).

Namun sebenarnya yang harus kita waspadai adalah musuh kita yang didalam Islam itu sendiri, yakni mereka yang memahami Islam secara sepotong, dan disinilah pentingnya kita memperdalam Islam. Celakanya lagi, adalah mewaspadai diri kita, jangan-jangan kita adalah penentang Allah sesudah datang kebenaran pada diri kita. Sebab kalau kita sudah berani melanggar kebenaran dari Allah sementara kita sadar terhadap perbuatan itu, maka Allah akan membiarkan kita leluasa terhadap kesesatan yang telah menguasai kita lantas nantinya Jahannam menjadi tempat kembali. (Lihat QS. An-Nisa’ [4]:115). Ya, Allah aku berlindung pada-MU dari  godaan syaitan yang terkutuk.

Al-hasil, “dan sebutlah Tuhan-Mu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, diwaktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai. (QS. Al-A’rof [7]:205). Dan jangan sampai kita menjadi orang-orang yang lalai dari mengingat Allah. Karena sebenarnnya kita dilalaikan oleh syaitan, sebagaimana difirmankan Allah dalam Al-Qur’an  suroh Al-Mujadilah [58]:19;

“Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan syaitan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan syaitan itulah golongan yang merugi”.



Islam Bukan Sekedar Kesalehan Formal



Oleh: Marzuki ibn Tarmujzi

Awalnya kita semua adalah bodoh. Kemudian kalau kita mau membuka kesadaran diri kita maka kita akan menemukan sebuah kebenaran. Dan, kebenaran yang saya temukan adalah pada agama Islam. Betapa Islam mengajarkan keseimbangan  antara sisi vertikal seperti sholat, puasa serta sisi horizontal  seperti zakat, shodaqoh, peduli dengan sesama, orang miskin, anak yatim. Maka Al-Qur’an menyebut sebagai “pendusta agama”, bagi orang yang menjalankan sholat namun apatis pada kondisi anak yatim dan membiarkan saja orang-orang miskin kelaparan (QS. Al-Ma’un [107]:1-7).

 Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?   Itulah orang yang menghardik anak yatim,   dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.  Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya.  orang-orang yang berbuat riya dan enggan (menolong dengan) barang

Semua gerak merupakan perwujudan dari penghambaan kita pada tuhan Semesta alam. Sebab manusia beragama seharusnya memang harus berjalan diatas petunjuk dan dari petunjuk itulah manusia bisa berkomunikasi dengan Tuhan  melalui hatinya. Ketika kita membaca “bismillahirrohmanirrohim”, bahwa “arrohman” adalah kasih saying Allah pada seluruh makhluknya dan “Arrohim” adalah kasih saying Allah pada orang-orang mu’min di akhirot nanti. Maka ketika kita sudah faham akan “arrohman”, kasih sayang kita pada sesama makhluk Tuhan, sungguh indahnya, harmonisnya kehidupan ini.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an suroh Al-Baqoroh ayat 177; Bahwa, Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah Timur dan Barat itu suatu kebaktian, akan tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah beriman kepada Allah, Hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa”.

Disinilah, sesungguhnya kehidupan beragama adalah kehidupan yang saling menguatkan antara sisi yang satu dengan sisi yang lain. Dimana Allah memang menciptakan dualisme antara si kaya dan si miskin (QS. Az-Zuhruf [43]:32), 

Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Rabbmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Rabbmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan. 

Maka adalah tugas orang-orang kaya untuk menguatkan tatanan ekonomi marhaenisme. Sebab, islam benci pada kapitalisme (QS. Al-Hasyr [59]: 7). Islam sangat menjunjung kaum marhaen (QS. Al-Ma’un [107]:1-7). Islam sangat menghargai pluralisme (QS. Hujrot [49]:13). Islam sangat menjunjung persatuan dan perdamaian (QS. Ali Imron [3]:103). Islam menganjurkan kerakyatan dalam musyawarah (QS. Ali Imron [3]:159). Islam menyuruh pada keadilan sosial bagi seluruh lapisan rakyat (QS. An-Nahl [16]:90). Islam membenci segala bentuk penindasan pada kaum lemah (QS. An-Nisa’ [4]:75). Islam mengajarkan pemeluknya untuk menjadi perwira (QS. Al-Baqoroh [2]:273).

Akhirnya, janganlah kita berhenti berproses dalam meningkatkan ketaqwaan kita pada Allah Swt. Awalnya kita belum melakukan sholat mari kita dirikan sholat dengan tepat waktu. Lalu kita terus berproses sehingga kita bisa menemukan keseimbangan dalam kehidupan ini, keseimbangan antara hubungan dengan Allah pemlik semesta raya ini juga keseimbangan hidup dengan makhluknya.





ISLAM ADALAH DAMAI


                                                   Oleh : Marzuki ibn Tarmujzi


Manusia telah dilahirkan cerdas sesuai fitrahnya. Sebab manusia bukan dilahirkan dari selembar buku. Manusia tidak dilahirkan dari seorang guru. Namun manusia diciptakan oleh Dzat yang menciptakan seluruh galaksi dan yang menghamparkan bumi yang didalamnya ada jutaan bunga yang berwarna-warni, dan Dia lah yang mengajarkan manusia dari yang tidak tahu menjadi tahu (lihat QS. 71:15-16, 2:29, 23:18, 96:5).
Namun sayangnya manusia itu egois dan sombong dari tanda-tanda kebesaran-Nya. Mayoritas manusia menutup hatinya dari ayat-ayat suci Nya (QS.21:24). Bahkan manusia telah melepaskan ikatan tali sesama manusia itu dan lupa bahwa manusia itu pada mulanya adalah berasal dari umat yang satu dan sebab hatinya pula lantaran kedengkian, manusia saling bercerai berai (QS. 2:213). Yuk, kita tundukkan hati kita dengan membuka lembaran-lembaran suci Nya dan meninggalkan kefasikan (QS. 57:16). Dan, mari bersama-sama berpegang teguh pada tali Allah sekuat-kuatnya dengan hati yang fitrah (QS. 3:103).
Bagaimana mungkin kalau kita sesama manusia itu di ikat oleh tali Allah akan melakukan tindakan teroris dan anarkis? Bagaimana mungkin kalau kita sadar bahwa ayat pertama yang diturunkan oleh Allah kepada Muhammad adalah, “Bacalah”(QS.96:1), perintah membaca segala sesuatu, lalu kita bisa merasa paling benar dengan satu buku, padahal ada ribuan buku ditoko buku?
Al-Qur’an sebagai petunjuk agama Islam (QS. 3:138), memang memerintahkan pemeluknya untuk mengajak manusia lainnya di muka bumi untuk berjalan pada agama Allah yakni Islam (QS. 41:33). Sebab, agama pada Allah hanyalah Islam (QS. 3:19). Namun Al-Qur’an menegaskan bahwa ajakan itu harus dengan ilmu pengetahuan dan tutur kata yang baik serta berdiskusilah dengan argumentasi yang lebih baik (QS. 16:125), bahkan Al-Qur’an memberikan kelonggaran kepada orang-orang kafir itu untuk masuk agama islam atas kesadaran mereka. Bukan dengan jalan paksaan (QS. 2:256). Al-Hasil, “untukmulah agamamu  dan untukkulah agamaku”(QS. 109:6)

BEKERJA KERAS


                                                       Oleh: Marzuki ibn Tarmujzi
Hidup adalah sebuah proses maka jalanilah proses-proses itu dengan sebenar-benarnya (QS. 18:84-85). Berproses menuju perubahan yang lebih baik (QS. 13:11). Lalu, kemanakah arah halatuju proses perubahan itu? Disinilah, awal dari intisari penciptaan manusia. Betapa kita harus membuka kesadaran jiwa kita seluas-luasnya. Mari kita instal jiwa kita dengan memasukkan pemahaman bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan Semesta alam, sang pencipta seluruh bintang-bintang  yang di dalamnya ada planet-planet juga bulan-bulan beserta isinya dengan orbit-orbitnya yang tersusun rapi (QS. 71:15-16 , 21:31), adalah manusia dan jin diciptakan semata untuk mengabdi pada-Nya tak lebih dari itu (QS. 51:56). Dimana, dalam kehidupan itu sendiri  Tuhan Semesta alam menciptakan ujian bagi manusia untuk mengetahui kebaikan amal perbuatannya (QS. 67:2). Dan materi dari ujian itu sendiri adalah sebuah ketetapan yang  telah diturunkan kepada Nabi-Nabi Nya (QS. 2:213), kepada kita umat Muhammad  adalah Al-Qur’an, yakni wahyu yang sama sebagai mana juga diturunkan kepada Nuh dan Nabi-Nabi yang kemudiannya, juga wahyu kepada Ibrohim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya, ‘Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman dan Zabur kepada Daud (QS. 4:163). Sebab Al-Qur’an adalah peringatan yang bukan hanya sekedar diingat namun juga harus dipikirkan bagi umat Muhammad dan umat sebelumnya (QS. 21:24).
Kawan, mungkin selama ini hati kita terlalu dibutakan dengan bekerja, bekerja dan bekerja. Uang, uang sekali lagi uang. Okelah bekerja!! Okelah Uang. Namun Yuk!! Kita mulai menata hati dengan membuka kembali lembaran hidup kita dengan berjalan diatas tuntunan yang tegak “shirotol mustaqim” (Lihat QS. 4:68-69).
Saya sendiripun adalah juga manusia yang tentu juga tiap hari beraktifitas sebagaimana manusia lainnya. Hidup sebagai perantau di negeri orang jauh dari kerabat. Hidup dengan berbagai teman dan permasalahan yang plural. Sayapun juga bekerja, jangan bayangkan kerja saya adalah kerja kantoran duduk di depan computer dengan bertelekan AC. Bukan itu kerja saya sekarang ini. Kerja saya sekarang ini begitu menantang adrenalin dan mental. Dan dituntut selalu untuk memupuk keimanan supaya saya dapat tetap tabah dalam menjalankan kerja saya ini. Pembaca yang saya hormati, saya menulis catatan ini adalah hasil resapan dari apa yang saya telah dan sedang saya kerjakan dalam merenungi kehidupan bersama Al-Qur’an. Hidup dengan berlandaskan Al-Qur’an seprti ditarik oleh nur untuk sadar bahwa ada kehidupan setelah mati (QS. 2:185). Dan tiadalah kehidupan di dunia ini hanya kesenangan yang menipu (QS. 3:185). “seperti hujan yang  menyuburkan tanam-tanaman yang mengagumkan para petani kemudian tanaman itu kering dan kamu lihat warnanya menguning kemudian menjadi hancur” (QS. 57:20). Dan kehidupan akhirot adalah lebih baik dan lebih abadi (QS. 87:17).
Saya menanamkan dalam diri saya bahwa bekerja adalah wujud mencari fadhol Allah “kelimpahan dari Allah” yang itu dicari manakala kita selesai menunaikan sholat (QS. 62:10). Maka sholat dan mencari kelimpahan dari Allah adalah laksana dua sisi mata uang yang tak bisa  terpisah . kalau kita sudah sadar bahwa bekerja adalah bentuk penghambaan kepada-Nya, maka hidup akan terasa ringan meski ada tekanan –tekanan dalam pekerjaan itu (QS. 2:112). Wakilkan segala permasalahan hidupmu pada Allah! Dan cukupkan Allah sebagai wakil dalam menata  permasalahan kita (QS. 4:81).
Mari kira renungkan ayat Al-Qur’an suroh Al-Baqoroh [2]:155-157 dibawah ini;
“Sungguh akan kami berikan ujian kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang  yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan,”sesungguhnya kami adalah milik Allah dan hanya kepada Nya lah kami dikembalikan”. Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”.

AL-QUR'AN BUKANLAH PERKATAAN PENYAIR


Oleh : Marzuki ibn Tarmujzi    
                                       
                                                      “Al-Qur’an bukanlah Perkataan Penyair dan sedikit sekali kamu beriman kepadanya”(QS. 69:41)


Hidup beragama sesama muslim di lingkup masyarakat luas terutama di Negara Indonesia memang begitu terasa beragamnya. Begitu beragamnya golongan intern dalam tubuh Islam itu sendiri sampai-sampai  hari semakin hari yang kurasakan bukanlah rasa persatuan namun malah semakin bermunculan aliran-aliran pemahaman lain yang malah semakin memperkeruh umat islam itu sendiri. Memang sih perpecahan dalam tubuh Islam itu sendiri sudah diprediksikan oleh Sang Nabi kurang lebih 1500 Abad yang lampau. Namun bukan berarti kita sebagai pribadi mu’min lantas diam tanpa berpikir dan pasrah saja dengan perpecahan ini. Maksudnya kita sebagai pribadi muslim harus mengarahkan diri kita untuk benar-benar sebagai pribadi mu’min yang kristis tidak hanya taklid buta sebagaimana yang diterangkan Allah dalam  8 sifat-sifat hamba Allah  Al-Qur’an Suroh 25 : 63-74 itu.

Saya di sini tidak membicarakan mereka yang bergolong-golongan  lantas saling membanggakan diri itu. Sebab itu urusan mereka dengan Allah (QS. 6:159). Dan jelas, Al-Qur’an sudah menyebutkan perpecahan itu disebabkan kedengkian diantara mereka “bagyan bainahum”(QS.2 : 213).

Kawan, Al-Qur’an menganjurkan kita untuk memasuki Islam secara totalitas (QS. 2:208). Sebab, kalau kita hanya setengah-setengah akibatnya kita dalam memahami petunjukpun (Al-Qur’an) juga tidak menyeluruh dan gampang terpengaruh dengan keterangan-keterangan tanpa kita cek dengan Laboratorium kita, yakni Al-Furqon, pembeda mana yang benar dan mana yang salah. Maka, saya mengajak kepada teman-teman sesama umat islam, mari kita bersama-sama belajar Al-Qur’an. Sudahkah kita meluangkan waktu kita untuk memahami Al-Qur'an ditengah-tengah kesibukan yang tiada henti ini? dua hari sekali, seminggu sekali, sebulan sekali, atau setahun sekali namun hanya mendengarkan. Sebab Al-Qu’an adalah petunjuk bagi orang yang bertakwa (QS. 3:138-139). Kalau kita merasa sebagai orang yang bertakwa tentu kita harus memahami petunjuk itu. Ibaratnya kalau kita akan pergi ke Jakarta namun tidak mempunyai petunjuk jalan dan alamat yang jelas, bagaimana mungkin kita akan sampai kepada tujuan, malah-malah kita nanti tersesat jalan. Bukannya begitu?

Kawan, Al-Qur’an sebagai petunjuk tentu saja tidak hanya cukup untuk dibaca saja sampai khatam tanpa merenungi kandungan-kandungannya. Bukankah kita pernah mendengar bahwa membaca saja satu huruf  dalam ayat Al-Qur'an mendapat pahala 10. Lantas bagaimana coba kalau kita tidak hanya membaca namun menganalisa ayat per ayat ?? kemudian kita terapkan dalam kehidupan kita baik pada Allah dan sesama manusia?? Bukankah kita mengharapkan surga. Lalu apa kita tidak malu kepada Allah kalau kita ternyata perbuatan kita jauh dari nilai-nilai Al-Qur'an, yang mana Al-Qur'an adalah petunjuk untuk menggapai kehidupan yang abadi menuju pertamanan muttaqin, lihat QS. 56 : 17 - 40.  Bukankah Aisyah mengatakan bahwa Akhlaknya Nabi Muhammad adalah Al-Qur’an. Kawan, marilah kita buka kesadaran kita. Tidak ada yang bisa membuka kesadaran kita kalau tidak kita sendiri. Memang, “Allah akan memberi hidayah kepada siapa yang dikehendaki”(QS. 28:56). Namun kita harus sadar bahwa kehendak Allah berlaku hukum sebab akibat, silahkan lihat suroh Al-Kahfi [18]:84-85. 

Ibarat sekolah, hidup ini adalah ujian (QS. 67 : 2). Dan, materinya adalah Al-Qur'an (QS. 4 : 105). Maka, mari kita bersama-sama meluangkan waktu kita untuk belajar Al-Qur'an. Lalu bagaimana kalau kita tidak tahu tentang Al-Qur'an? "Bertanyalah pada Ahli Dzikir jika kamu tidak mengetahui" (QS. 16 : 43). Siapa Ahli Dzikir? "ialah orang-orang yang beramal sholeh dan orang-orang yang saling menasehati dengan kebenaran"(QS. 103 : 3).

Al-hasil, kalau kita sudah berjalan dalam “shirotol mustaqim”, jalan yang lurus, yakni jalannya “orang-orang yang telah diberi ni’mat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan adam, dan dari orang-orang yang kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrohim dan Israil,  dan dari orang-orang yang telah kami beri petunjuk dan telah kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka , maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis” (QS. 19:58) Maka, kita akan bersatu menjadi mu’min yang bersaudara yang terikat dalam tali Allah yang tidak  bercerai berai, kalaupun masih bercerai berai berarti ikatan tali kurang kuat. Maka, “berpeganglah kamu semuanya kepada tali Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni’mat Allah kepadamu ketika dahulu bermusuh-musuhan, maka Allahmempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni’mat Allah orang-orang yang bersaudaraki dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”(QS. 3:103)
 i

Nostalgia dan Konsepsi Ramadhan di Kampungku



Oleh : Marjzuki Ibn Tarmujzi

Alhamdulillah saya dulu  terlahir dalam lingkungan yang sangat menjujung budaya dan tradisi yang katanya  islami dan saya hanya mengikutinya saja dengan taklid buta. Sebab setelah saya besar dimana pendidikan dan peradaban mulai ku telusuri  kini pola pikirku berubah. Betapa Al-Qur’an mengajarkan pada saya untuk kritis menyikapi apapun. Bahkan dengan ayat-ayat Al-Qur’an itu sendiri kita di ajarkan untuk kritis apalagi terhadap ayat-ayat selain Al-Qur’an (Q.S. Al-Furqon [25]:73). Sebab selama ini kita sebagai orang islam seakan dinina bobokkan dengan istilah pahala. Ngaji  ngantuk pun tidak apa-apa yang penting dapat pahala. Maka, orang islam pun masih menuduh itu suatu kebohongan saat pesawat luar angkasa yang  diawaki oleh Neil Armstrong, Edwin Aldrin, dan Michael Collins dengan Apollo 11 diluncurkan pada 16 Juli 1969 menggunakan roket Saturn V dan tiba di bulan pada 20 Juli pada tahun yang sama. Padahal Al-Qur’an sendiri sudah menginformasikan lebih dasyat dari itu, dimana nanti akan terjadi hubungan bisnis antar planet (Q.S. At-Talaq [65]:12) yang itu hanya bisa dilakukan manusia dengan IPTEK (Q.S. Al-Rahman [55]:33).Kawan, Al-Qur’an adalah penerangan bagi manusia dan petunjuk serta pelajaran bagi orang bertakwa. Jangan bersedih, jangan loyo. Betapa kamu adalah orang yang tinggi. (Q.S. Ali-Imran [3]:138-139) Tentu saja, tinggi ilmunya, tinggi pemikirannya, tinggi peradabannya, tinggi derajatnya dll.

Sholat tarowih dalam Al-Qur’an adalah realisasi dari ayat 79 suroh Al-Isra’ itu. Dimana pada awalnya Nabi Muhammad Saw , pada awal-awal ramadan mendirikan sholat sunat di Masjid kemudian ada beberapa saja sahabat yang mengikutinya. Peristiwa ini terjadi hanya sampai pada malam ketiga kemudian pada malam ke empat Rosul sholat sunah di rumah. Sebab Rosul khawatir shalat itu dianggap suatu kewajiban bagi umatnya. Sebenarnya kalau kita mengamati sejarah nabi itu sholatnya di lakukan pada malam hari bukan setelah Isya’. Kalaupun itu dilakukan ba’da isya’ tentu akan banyak sahabat yang ma’mum namun terbukti hanya beberapa saja yang ma’mum beliau. Dengan kesimpulan itu maka akan terjadi keselarasan dengan suroh Al-Isra’ : 79 itu. Dan inilah yang membuat saya senyum setuju saat saya kemarin melihat salah satu pengumuman yang mengadakan sholat tarowih pada jam 22.00 di Surakarta Jawa Tengah.

Pemuda-pemuda di kampung saya biasanya setelah sholat tarowih mereka satu persatu membaca Al-Qur’an. (Yang selama ini dipahami sebagai tadarrus itu, padahal tadarrus artinya mempelajari bukan hanya sekedar membaca). Dengan suara melalui spieker –spieker masjid. Maka pada malam-malam bulan Ramadan kampung saya serasa hidup  islamnya. Dan sebagian yang lain,  yang mereka sudah beristri, mereka setelah sholat tarowih langsung pulang kerumah untuk bercengkerama, bercanda dengan istrinya. Dan, inilah sebenarnya seruan Allah kepada kita semua untuk membahagiakan keluarga di malam-malam ramadan, setelah siangnya berpuasa, atau mungkin siangnya sedang i’tikaf di Masjid, lihat konsep ini di Suroh Al-Baqoroh: 187.

Hidupnya malam-malam bulan ramadan di kampung saya selain karena suara membaca Al-Qur’an itu, tapi juga sebab mudiknya teman-teman ke kampung halaman. Gejala mudik ini kalau kita telusuri dalam Al-Qur’an adalah sebuah fitroh manusia untuk kembali, maka nantinya pula manusia punya fitroh untuk kembali kepada Allah Swt. Lihat di Q.S. Ar-Rum [30]:30. Maka  gejala ini bukan hanya sekedar gejala antropologis semata. Dan, saya sangat kagum pada teman-teman, yang katanya tetap berpuasa waktu didalam kendaraan ketika mudik itu meskipun mereka tahu bahwa bolehnya qodlo’ puasa. Sebab memang,”berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”(Q.S. Al-Baqoroh [2]:184).

Budaya religi yang sangat mengesankan lagi bagi saya di kampung  adalah menunggu turunnya lailatul Qodr . Betapa kami sangat sekali meyakini bahwa malam itu adalah malam yang lebih baik daripada seribu bulan sekalipun (Q.S. Al-Qodr [87] : 3). Yakni; Mereka pun di malam-malam yang diyakini bakal menurunkan keberkahan beri’tikaf di Masjid yakni; malam 21,23,25,27,29, sesuai isyarat dari hadits itu. kemudian di kampung saya menghasilkan tradisi-tradisi, misalnya saja melakukan kenduri di Masjid ataupun mushola-mushola, yaitu mereka membawa makanan. Maksudnya untuk memberi makanan pada orang miskin atau kepada orang-orang yang beribadah di Masjid. Kembali pada i’tikaf, yakni berdiam diri di Masjid untuk tadabbur, dalam Al-Qur’an suroh Al-Muhammad [47]:24, adalah kita diperintahkan untuk tadabbur Al-Qur’an, yakni merenungi ayat-ayat suci Al-Qur’an. Misalnya dengan menanyakan pada diri kita sendiri, “Apakah saya  sudah benar-benar beriman?”. Bagaimanakah berimanitu didalam islam ini? Mari kita telongok ayat  136 suroh An-Nisa’. Dalam ayat tersebut orang beriman pun masih ditekankan untuk tetap beriman. Tentu saja ini sentilan bagi kita untuk tetap teguh pada ketentuan-ketentuan Allah itu. Bahwa, jangan sampai kita selaku orang beriman mencari ketentuan-ketentuan selain agama Allah, lihat Suroh Ali Imron [3] : 85. karena, sesungguhnya agama pada Allah hanyalah Islam (Q.S. Ali Imron [3]:19). Manusia adalah harga mati untuk  tetap hanya berserah diri kepada Allah semata (Q.S. Ali-Imron [3] : 83). Disinilah letaknya, bahwa manusia yang berimanpun harus senantiasa kembali pada Allah “taubat” (Q.S. Az-Zumar [39] : 54). Dalam konsep islam mengucapkan, “saya beriman” saja sama sekali belum cukup, sebab Allah akan menguji kadar keimanannya, lihat suroh Al-Ankabut : 2-3. Makanya Allah memberi ciri-ciri konsep beriman  dalam Al-Qur’an pada suroh Al-Anfal ayat ke 2 itu. “sesunggguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, gemetarlah hatinya, dan apabila dianalisakan ayat-ayat Allah bertambahlah imannya, dan hanya kepada Allahlah mereka bertawakal”. Sudahkah selama ini kita begitu? Atau jangan-jangan kita malah seperti dalam Suroh Al-Ankabut [29] : 49 itu!!


Setelah nanti sebulan kami menjalani puasa Ramadan, kamipun ba’da maghrib itu, mengagungkan nama Allah (Q.S. Al-Baqoroh [2] : 185), dengan membaca takbir. (Namun, alangkah lebih baiknya kita pada malam itu adalah dengan memperdalam pengetahuan agama kita, sesuai dengan petunjuk Allah,”Wa litukabbiru Allah ‘ala ma hadakum”, yakni,” hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjukn-Nya yang diberikan kepadamu”). Maka gembiralah kami  berharap dalam hati benar-benar mendapatkan “pembebasan dari api neraka”, sebagaimana hadits yang terkenal itu. Pun, dalam Al-Qur’an suroh An-Naziat  [79]:40-41 itu Allah berfirman;

“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya)”

Maka, kami pagi-pagi sebelum jam 06.00 berkumpul di Balai desa untuk berhari raya. Kami berduyun-duyun membawa tikar ataupun koran-koran bekas sebagai alas tikar untuk sholat. Memang, panitia juga menyediakan tikar namun itupun terbatas pada  balai desa saja. Padahal, jama’ah idul fitri bisa membludak kebelakang 200 M. Sungguh saat seperti ini kami serasa termanifestasikan dari do’a nabi Isa putera Maryam itu

“Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu bagi orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesuda kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rezkilah kami, dan Engkaulah pemberi rezki Yang Paling Utama” (Q.S. Al-Maidah [5] :114).

Dan, kira-kira jam 06.15 kami bersama-sama melakukan sholat sunat dua rokaat sebagai realisasi dari Al-Qur’an  ayat 114 suroh Hud [11] itu. Kemudian dilaksanakan khutbah, yakni sebagai evalusi setelah sebulan kami melakukan puasa ramadan. Tentu, khatib akan menganalisakan ayat-ayat Al-Qur’an sebagai bahan  renungan, instropeksi “tadabbur”, atau dalam bahasa arab “dubur” artinya belakang, ma’nanya mengambil pelajaran dari masa yang telah lampau. Dan Al-Qur’an diturunkan kepada manusia sebagai petunjuk bagi orang-orang yang beriman. “Maka apakah mereka tidak mentadabburi Al-Qur’an?..(Q.S. An-Nisa’ [4] : 82).

Demikianlah kami menutup serangkaian ibadah pada bulan ramadan. Semoga kai termasuk pada golongan orang yang beruntung, sebagaimana dalam Al-Qur’an suroh Al-A’la [87]: 14-19 ;

“sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman). Dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang. Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirot adalah lebih baik dan lebih kekal. Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu (yaitu) kitab-kitab Ibrohim dan Musa.






BE THE SUCCESS ENTEPRENEUR! SO WHAT

 Oleh: Marzuki Bersemangat
Saat kuliah terbuka itu saya berada di deretan paling depan. Bagi saya kelas itu adalah kelas paling bergengsi yang pernah ku ikuti. Selain karena tempatnya ,tapi juga sebab dosennya yang istimewa,  tentu saja istimewa di hati saya tapi juga istimewa bagi masyarakat Indonesia, dulunya CEO Jawa Pos Group namun sekarang menteri BUMN. Dan, beliau sering menndapat julukan komandan koboi.  Siapakah beliau??

"Beri kesempatan kepada anak muda, ia yang akan mengubah dunia, saya selalu mengatakan hal ini diberbagai kesempatan. Anda sekarang sebagai pemuda, adalah sebuah kesempatan besar untuk menjadi pengusaha; tubuhnya kuat dan berani nekat. Namun pemuda itu kurang pengalamannya. Sedangkan saya, pengalaman banyak tapi tenaganya loyo. Jadi, kita sama-sama punya kelemahan dan kelebihan. Tapi, bila nanti anda umur 30-35 tahun, anda punya tenaga yang kuat tapi juga pengalaman yang luas, satu lagi, nanti ekonomi Indonesia akan semakin kuat. Maka mulailah dari sekarang! Mulailah dari hal yang kecil! Jangan mulai  dengan bermimpi besar tapi memulainya nanti”.

Itulah cuplikan  sedikit pidato Bapak Dahlan Iskan yang diselenggarakan oleh Bank Mandiri di Surabaya, yang dihadiri para mahasiswa-mahasiswi dari berbagai penjuru jagad raya ini.

“kenapa kita harus memulai dari hal yang kecil?", tanya beliau kepada para peserta kuliah,”Ayo maju-maju kesini!”, Seru beliau. “kenapa kita harus memulai dari yang kecil, pertama, resiko kecil. Jadi untuk rugipun resikonya sangat kecil dan kemungkinan untuk bangkitanpun sangat besar kemungkinannya, Pak. Tapi semisal kita mulainya dari yang besar. Maka kalau bangkrut kemungkinan untuk bangkit sulit, Pak”, jawab Muh Agus dari Universitas Muhammadiyah Malang dengan Bersemangat.

“Oke! Jadi mulailah dari yang kecil dan mulailah dari sekarang. Dan, saya akan mendo’akan , semoga anda cepat  jatuh  .....", tentu pernyataan kalimat terakhir itupun  disambut gelak tawa para peserta. "Lho, iya, karena kalau belum jatuh itu belum sah. kalau sudah jatuh baru akan tau, bagaimana rasanya jatuh dan belajar apa yang harus dipelajari. kedua, kalau anda sudah mulai berusaha, saya akan mendo'akan anda cepat-cepat tertipu. semua pengusaha itu pernah tertipu. sebab, kalau anda tidak tertipu maka bisa-bisa andalah penipunya.he..he..he..he...".

Bapak Dahlan Iskan juga meminta beberapa peserta untuk maju,menyeritakan perihal usahanya yang pernah ditipu orang. salah satunya Fendy dari UPN Surabaya, yang membeli sapi jantan, lalu diternakkan (dipeliharakan) oleh saudaranya sendiri dan setelah dipelihara beberapa tahun lantas dijual pada hari raya Idhul Adha kok harganya malah turun, usut punya usut ternyata memang ditipu saudaranya itu. Dan, seketika itu juga disambut gelak tawa oleh peserta.


"saya meramalkan orang ini nanti akan menjadi entepreneur sukses, karena orangnya nekat. pengusaha besar itu orangnya nekat-nekat", tutur beliau.

Dalam penutupan kuliahnya Bapak Dahlan Iskan berpesan, "sesuatu yang sangat menggiurkan itu harus dicurigai. Sesuatu yang terlalu menarik itu harus dicurigai, sampai hari ini saya itu begitu. kalau ada orang yang menawari pada saya bisnis yang katanya  lancar atau dengan  iming-iming bunga yang besar itu patut saya curigai, apa maksudnya dari orang itu".


HAPPY BLOGING


 
Pada pertemuan kemarin (25/05/2012) di Akademi Berbagi Madiun, kami kedatangan tamu kehormatan yaitu Mas Karel Anderson. Beliau (cie...beliau) aslinya dari Madiun namun kini mukim di Jakarta karena bekerja di www.detik.com, sebuah media online terbesar di negeri ini. secara, beliau juga adalah penulis online juga; www.karelanderson.com. Berikut ini tips happy bloging dari beliau:

  1. Carilah tempat yang senyaman mungkin.
  2. Kalau bingung mau nulis apa, tulislah apa yang ada di sekitarmu
  3. Jujur. maksudnya kita harus jujur dengan apa yang kita tulis.
  4. Berpikirlah dari sudut pandang berbeda. misalnya; ketika kita menyaksikan fenomena alay anak zaman sekarang, maka cobalah kita telusuri mereka dari sudut pandang yang berbeda, bahwa ternyata dinamika alay itu sangat banyak macamnya. Dan, itu bisa jadi ide tersendiri untuk kita tulis.
  5. Tulislah gagasan kita sendiri.
  6. Cobalah dalam menulis awali dengan keresahan. sebab biasa menulis dengan emosi itu intuisi mengalir deras.
  7. Buatlah tulisan sederhana namunn menarik
  8. Jadilah bloger yang kreatif, semisal  selenggarakanlah lomba menulis di blogmu. oke!!

                                                           Selamat Berjuang!!

ENIGMA KOTA GADIS

Oleh: Marzuki Bersemangat

Seperti konstelasi bintang penunjuk arah yang saya pahami, kini semua enigma tentang Madiun sebagai kota gadis tampak terang benderang bagiku. Enigma itu muncul saat saya membaca semboyan kota Madiun ini, yang tentu juga yang terpampang di dalam kota ini. Kenapa ada enigma dalam pikiran saya tentang semboyan Madiun kota Gadis? Sebab dulunya Madiun yang saya kenal lekat dalam pikiran saya adalah bersemboyan Madiun Bangkit, dan lama sekali saya jauh lantas tepatnya 2012 saya mulai mengakrabi kembali dengan kota Madiun kini telah bermetamorfosis menjadi bersemboyan Madiun  kota Gadis, yakni : Perdagangan dan Industri, tentu ini saya ma’lumi, sebab Pemerintah Kota Madiun kini tengah gencar mengembangkan sektor sekunder (Industri) dan sektor tersier (Perdagangan) ini. Terbukti selama periode 2003 s/d 2008, sektor sekunder mengalami kenaikan dari 40% menuju 59 %. Sektor tersier meningkat dari 57,32 menjadi 58,45%. (Baca: www.wikipedia.org/wiki/Kota_Madiun)

 

Kawan, letak enigma saya adalah pada sebuah pertanyaan yang siang malam bergelayut di dalam batok kepala saya. Apakah pantas Madiun hanya disebut sebagai kota Gadis? Karena menurut analisa saya kota Madiun kini bukan hanya layak disebut sebagai kota Gadis, lebih dari itu ia juga berhak menyandang; Pertama kota bersejarah, dimana Madiun adalah kota yang secara historis ia mempunyai saksi sejarah besar dalam masa-masa kelam Negara Indonesia ini, yakni G30/S/PKI. Tentu pembaca yang budiman bisa menemukan adanya monumen  kresek, yang berlokasi 8 km  kearah timur dari kota Madiun. Peninggalan sejarah yang lain adalah Nglambangan. Merupakan peninggalan Majapahit berupa : Pura Lambangsari, Pesiraman. Lokasi ini digunakan upacara ritual pada saat bulan syuro. Disini juga terdapat beberapa tempat yang dikeramatkan; yakni rumah Eyang Kromo Diwiryo, Waktu Dakon yang dulu digunakan untuk menyimpan pusaka, Punden Lambing Kuning, Lambung Selayur, Sumur Kuno dan Sendang Jambangan. Kedua Madiun kota Pelajar, karena memiliki sejumlah perguruan tinggi ;IKIP PGRI Madiun, Universitas Negeri Madiun, Akademi Perkeretaapian Indonesia, Akademi Penerbangan Iswahyudi, dan Politeknik Negeri Madiun, juga ada Universitas Widya Mandala, Universitas Islam Indonesia, Universitas Merdeka Madiun, Universitas Muhammadiyah, STAN Madiun, STIKIP Widya Yuwana dan sebagainya. Sedangkan sekolah lanjutan atas, SMU (sekolah menengah atas) ada 6 Negeri dan 3 Swasta, SMK (sekolah menengah kejuruan ) ada 5 Negeri dan 14 swasta. Pelajar-pelajar di kota Madiun tidak hanya dari dalam kota namun juga banyak dari Kabupaten dan luar Kabupaten Madiun. Terbukti dengan membludaknya kost-kostan di sekitar Kampus maupun sekolah yang ditempati mukim para pelajar. Ketiga Madiun kota kuliner, bila pembaca yang budiman gemar terhadap rasa cipta makanan. Maka apa salahnya mampir ke kota Madiun untuk mencicipi aneka rasa makanan. Sebab di Kota Madiun ada 7 makanan khas yang siap santap dan mantap rasanya, yakni pecel Madiun, Brem, Madumongso, lempeng, kue satu, emping garut, Sego Jotos. Kawan, tentu dengan banyaknya makanan khas Madiun ini ia layak disebut sebagai kota kuliner. Bila malam silahkan mengunjungi Jln. Diponegoro ataupun bisa ke sekitaran alon-alon Madiun, saya yakin bila anda tidak siap mental akan dibuat menelan air liur memandangi aneka macam makanan itu. Keempat Madiun Kota Wisata, bagi pembaca yang gemar memacu adrenalin dengan pendakian, Gunung Liman di Kabupaten Madiun yang berada di puncak tertinggi pegunungan Wilis menjanjikan sensasi pendakian yang luar biasa. Sepanjang perjalanan banyak sekali ditemukan flora fauna dan arca di jalur pendakian dari Pulosari, Kecamatan Kare yang tentu ini menambah suasana wisata lebih greget. Tempat-tempat wisata yang lain ada: Waduk  Bening Widas, Wana Wisata Grape, Taman Rekreasi Umbul, Air terjun seweru/ Serondo, Waduk Notopuro, Waduk Kedungbrubus, Alon-alon Madiun, Dungus, THR, Waduk Dawuhan, Piranha Swimming Club, water zone Dumilah park Madiun. Belum lagi kini di Kota Madiun ada beberapa investor dari luar kota yang menanamkan modalnya di kota ini untuk wisata, salah satunya perusahaan yang bergerak di bidang bisnis properti PT Indraco menginvestasikan dananya sebesar Rp 200 miliar untuk pembangunan Suncity Festival di Kota Madiun, Jawa Timur. (baca : KOMPAS.com /28/11/2011). Begitu ragamnya tempat wisata di Kabupaten dan Kota Madiun yang tentu layak mendapat  julukan Kota Wisata. Kelima Madiun disebut kota Budaya sebab kota ini mewarisi budaya Pencak silat Setia Hati.

 

Pemerintah Kota Madiun tentu saja sangat lebih berhak untuk memberi nama semboyan pada kotanya. Saya yakin mereka punya alasan yang lebih signifikan dari pada guratan pena saya yang tak punya  taji ini. Namun minimal saya sudah menuangkan unek-unek saya pada sebuah tulisan tentang, Madiun bukan hanya kota yang tekstual maknanya sebagai perdagangan dan industri saja. Namun lebih dari itu Madiun mempunyai aneka kekayaan kultur, kuliner, seni, intertaint dan sebagainya. Selebihnya saya kembalikan pada kawan-kawan semua yang budiman. Wa Allahu A’lamu.a

DIbalik Megahnya Pasar Madiun


OLEH: MARZUKI BERSEMANGAT
Saat aku memulai tulisan ini hatiku bergidik. Acakadut. Lantas hati ini serasa ditaburi irisan bawang-bawang yang masih basah. Perih. Sebab, kedua telingaku kusumpal dengan headphone yang membunyikan lagu milik adele, yakni some one lile you, jangankan aku, manusia sesongong pentholan band Dewa 19, Ahmad Dhani, iapun tertunduk meneteskan air mata waktu Regina menyanyikan lagu itu, di Indonesian Idol sesion eliminasi top 15. Dan entah, entah kenapa radio Dcs FM 100.50 MHz Madiun ini selalu sok tahu selera hatiku.
Jam tangan digitalku bergerak pada 13.15 WIB. Namun matahari sejak pagi tadi masih malu-malu menunjukkan dirinya di atas kota Madiun. Kulihat spidometer motorku telah berputar sekitar 27 Km sedari rumahku. Sekarang saya berada di Jl. Sulawesi. Kunikmati sejenak suasana lengang ini disebuah depot Lombok Idjoe tepi utara jalan dengan secangkir coffee. Aku senang mendengarkan obrolan-obrolan para karyawan-karyawan dari berbagai elemen itu. Aku serasa life observer. Bagiku, mengamati manusia itu lebih rumit daripada sekedar memahami rumus matematika itu. Secara dzatiyah, Manusia itu makro kosmos. Berdinamika. Dunia itu mikro kosmos. Berdasar itulah sampai kini aku tak mau menghakimi manusia. Dan aku apatis tentang perspektif orang padaku.
Setengan jam berlalu nge_ coffee break akupun menancap motor menuju Jl. Dr. Cipto. Diujung jalan ini sampailah aku didepan PBM (Pasar Besar Madiun). Pasar yang tampak megah nan mengkilat sebab balutan keramik pada dinding-dinding depan itu. Dari Jl. Dr. Cipto aku menyebrangi Jl. Panglima Sudirman untuk ke PBM. Aku masih didepan pasar mondar-mondir mencari tempat yang nyaman untuk nongkrong. Kulihat ada warung pecel, tentu ini tuntutan perut yang mulai berdemo. Secepat aku memarkir motor sekilat aku memesan pecel khas madiun ini. Kududuki kursi yang tingaal satu menunggu pembeli itu.
“Pekene penampungan teng Stadion Wilis ajeng pindah teng mriki to , Pak?” (Pasarnya penampungan dari stadion Wilis mau pindah ke sini ya, Pak?”) Tanyaku pada orang yang duduk disebelahku.
Memang, sejak 2008 lalu, PBM untuk sementara dialokasikan sebelah utara stadion wilis Madiun. Tempat itu dulunya tetumbuhan heterogen. Lantas Pemkot Madiun membangun beberapa bidak rapi dengan kayu dan berdinding triplek. Ini sebagai upaya penertiban pedagang pasar besar pasca kebakaran.
Dan, kini empat tahun sudah para pedagang PBM menempati pasar penampungan itu. Bukan waktu yang singkat. Pasalnya proyek pembangunan pasar itu sudah molor dari kontrakannya. Dan, berulang kali PT. Lince Romauli Raya itu berjanji dan berjanji. Kawan, awal januari 2012 kemarin adalah somasi terakhir untuk segera mengkhatamkan proyek tersebut. Ancaman putus kontrak bila membelot.
Aku pernah hampir setahun bergumul dengan riuh-rendah pasar penampungan stadion Wilis Madiun. Dan, tentu aku merasakan becek dan berantakannya air saat hujan mengguyur. Bila malam hari saat pedagang sepi maka tikus-tikus sebesar paha-paha akan mengacak-acak dagangan. Ngeri. Tak terbayang memang, sebuah kota Madiun mempunyai pasar layaknya perumahan kumuh, apalagi kini Madiun terkenal dengan julukan kota GADIS ,(Arti dari madiun kota gadis adalah madiun kota perdagangan dan industri. Dulunya sebelum memakai nama madiun kota gadis, madiun memakai nama madiun bangkit yang artinya adalah bersih, aman, indah dan tertib. Pemerintah kota madiun memberi nama madiun kota gadis dikarenakan pemerintah kota madiun akan mengembangkan kota madiun dalam sektor industri dan perdagangan. Sumber www.kotamadiun.com ). Belum lagi dari sisi pengunjung pasar, “sepi banget, Mas”, kata salah seorang pedagang saat diwawancarai oleh Wartawan perihal pengunjung di pasar penampungan stadion wilis itu.
“Njih, triyose tanggal pitu April 2012 niki, nanging njih dereng cetho kok, Mas”, (Iya, katanya tanggal 7 April 2012 ini, tapi ya belum jelas juga sih, Mas”,)
Begitulah jawaban bapak yang duduk disebelahku tadi. Sungguh jawaban yang tak meyakinkan. Pasar yang tampak mempesona dari depan itupun tidak bisa menipu mata bapak itu, betapa bangunan yang konon menelan anggaran Rp 76,5 M dari APBD Kota Madiun tahun 2010 dan 2011 (sumber : www.antarajatim.com), ternyata asal jadi belaka. Dan, kabar akan pindahnya pasar penampungan ke PBM sudah akrab terdengar namun tak pernah terwujud. Menurut hemat penulis ada 3 hal yang menyebabkan pedagang enggan kembali ke PBM; pertama, karena proyek pembangunan pasar besar itu sama sekali tidak benar-benar digarap secara serius. Terbukti dengan sering macetnya pembangunan. Sempat santer terdengar di Masyarakat, jika banyak kuli mengeluh lantaran sudah beberapa bulan mereka belum mendapatkan uang saku. Kedua, para pedagang trauma dengan kebakaran PBM yang sudah dua kali tahun 1999 dan 2008. Ketiga, para pedagang kecewa dengan stand-stand dan lapak-lapak pasar yang ukurannya kecil dibanding dulu, juga kebijakan sekarang yang mengharuskan satu orang mendapat satu stand. Padahal dulu ada yang punya stand lebih dari dua hingga 15 stand. Konon arsitek PBM itu sengaja didatangkan dari negeri orang. Berharap hight quality secara international class, possible. Namun, impossible. Native Madiun tak sebodoh mereka kira.
Harapanku untuk PBM, bisalah menjadi wadah bagi pedagang yang dulu pernah berjualan di PBM, yang sempat tercerai berai tempatnya. Kedua, Dinas PBM bisa lebih sensitif terhadap permasalahan warganya. Wa’allahu A’lamu.
Opst! Aku tak sadar pecel pesananku tadi sudah didepanku. Lapar sekali. Kawan, udah makan belum, makan nie he he….

Tentang penulis :

Marzuki Ibn Tarmudzi, pernah mencicipi sedikit segarnya lautan ilmu di Pondok Pesantren Bahrul ‘Ulum Tambakberas Jombang, Jawa Timur. Hobinya yang suka nyorat-nyoret kertas ini dimulai semenjak nyantri. Kini, hobinya itu dituangkan di berbagai media online, itung-itung sebagai aksi dari ; “بلغوا عني ولو أية “,” sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat ”.