Apakah Perlu Merevolusi Mental Anak Bangsa? (Seri Tadabbur Al-Qur'an)

Oleh: Marzuki Ibn Tarmudzi

WACANAMARZUKI. Akhir-akhir ini saya sering mendengar istilah revolusi mental. Kemunculan istilah ini pastinya karena melihat moral masyarakat Indonesia yang rusak. Maka, perlunya para petinggi negeri ini membikin program pentingnya perbaikan moral bangsa ini. Membiarkan saja rusaknya moral masyarakat negeri ini sama hal merobohkan negeri ini. Kekuatan sebuah bangsa pastinya terletak dari kekokohan mental penduduknya. Pembangunan mental adalah membangun hal-hal yang bersifat non fisik, yang bukan bersifat badan atau tenaga, yakni bersangkutan dengan batin dan watak manusia.
Nabi Muhammad Saw, mempunyai mental yang kokoh pastinya karena Allah Swt sendiri membangunkan, mengokohkan mental utusan Nya itu. Diantaranya dengan, Allah menceritakan kembali kisah para Rasul-rasul yang terdahulu.
وكلا نقص عليك من أنبآء الرسل ما نثبت به فؤادك وجآءك في هذه الحق وموعظة وذكرى للمؤمنين
Dan semua kisah dari Rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman. (QS. Hud [11]: 120)
Di ayat yang lain, Allah menguatkan “fuad”, mental Nabi Nya itu dengan menurunkan Al-Qur’an secara berangsur-angsur selama 23 tahun. Berbeda dengan kitab-kitab terdahulu yang diturunkan sekaligus, seperti kitab Taurat, Injil, Zabur, dan kitab-kitab samawi lainnya.
وقال الذين كفروا لولا نزل عليه القرآن جملة واحدة كذالك لنثبت به فؤادك ورتلنه ترتيلا
Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar). (QS. Al-Furqon [25]: 32)
Pastinya, hal-hal itu juga berlaku bagi muslimin supaya fuadnya kokoh. Sangat dianjurkan bagi muslimin untuk membaca kisah para Nabi supaya timbul semangat dan keteguhan hati seperti para Nabi itu. Bagaimana kesabaran para Nabi dalam memperjuangkan agama Allah Swt, pastinya akan memberi inspirasi kepada muslimin jika mau membaca sejarah para Nabi.
Pembentukan mental yang kokoh, menurut penulis harus lebih dititik beratkan pada pembentukan pola pikir yang baik. Sebab pikiran merupakan penggerak utama dari tubuh manusia. Ketika pembentukan pola pikir itu bagus maka langkah manusiapun akan menuju pada perbuatan yang baik.
Allah Swt, memberitahukan kepada manusia melalui Al-Qur’an suroh Al-‘Alaq ayat 15-16, bahwa otak adalah penggerak tubuh manusia.
كلا لئن لم ينته لنسفعا بالناصية ناصية كذبة خاطئة
Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun-ubunnya, (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka. (QS. Al-‘Alaq [96]: 15-16).

MENELISIK ANAK BANGSA YANG RUSAK MORALNYA
Di media TV hampir setiap hari masyarakat disuguhi berita rusaknya moral anak bangsa; bolos sekolah, tawuran, narkoba, perampokan, dll. Mereka rata-rata pelakunya masih anak-anak berusia di bawah 20 tahun, atau berstatus pelajar. Usia remaja yang belum stabil berpikirnya memang besar godaan dalam pergaulannya. Hal itu membawa mereka terjerumus pada aktivitas minuman keras, konsumsi obat terlarang, yang tentu aktivitas berpengaruh pada kesehatan otak. Belum lagi pergaulan bebas membawa pada hamil di luar nikah, pastinya membawa dampak pada sekolahnya. Memprihatinkan, diusia yang seharusnya fokus pada pelajaran-pelajaran sekolah mereka malah membiarkan saja ilmu mampir pada diri mereka. Sekolah yang seharusnya bisa menjadi lingkungan yang menyenangkan bagi pecinta ilmu malah menjadi membosankan bagi mereka yang tidak fokus belajar.
Islam melarang keras mengkonsumsi benda yang membahayakan terhadap manusia. Islam menganjurkan kepada pemeluknya mengkonsumsi benda yang “halal” dan “toyyib”. Ketentuan halal pastinya sudah sesuai dengan petunjuk dari Nabi, sedangkan toyyib atau bagus itu menurut ketentuan kesehatan bagus, atau tidak membahayakan terhadap manusia. Allah Swt, menciptakan manusia supaya menjadi pengelola bumi dengan baik, maka Allah menghamparkan bumi ini supaya manusia berkreativitas sebaik-baiknya. Ketika manusia mengkonsumsi benda yang membahayakan otaknya, yang berdampak pada pola pikirnya, yang terjadi adalah manusia tidak bisa mengemban tugas kekholifahan dengan baik. Kekholifahan merupakan wujud penghambaan manusia terhadap Allah, yang tentu semua diminta pertanggungjawaban. Terlepas dari itu, Al-Qur’an tegas melarang orang yang lalai dari Allah.
Budaya hambur-hamburan juga menghinggapi remaja kita. Mereka lebih suka pergi ke tempat-tempat mewah ketimbang pergi ke tempat yang mempunyai nilai barokah. Sisi materialisme lebih ditonjolkan pemuda-pemudi ketimbang mengutamakan idealisme. Mereka lebih sibuk denganmain game di gadget, ketimbang sibuk menatap i book di gadget. Prestasi nomor belakangan, sedangkan media sosial selalu diutamakan. Mengikuti mode menjadi prioritas sedangkan mengaktualisasi pengetahuan cukup terbatas. Belum lagi soal merek harga harus bersaing, sedangkan membeli buku cukup harga yang tak asing. Mereka berargumentasi tentang kebebasan padahal itu ide kebablasan. Mereka berujar tentang modernisme padahal hedonisme. Tawuran mereka bilang itu kejantan padahal itu perbuatan setan. Bagi mereka, hidup itu yang penting seneng padahal itu mencerminkan sableng.
Lantas, kenapa berita-berita kriminalitas yang disiarkan TV mayoritas pelakunya adalah remaja? Sebab remaja jiwanya masih stabil yang bisa baik dan buruk tabiatnya. Pengaruh pertemanan faktor utama remaja membentuk tabiatnya. Nah, ketika remaja tidak bisa menempatkan dirinya dalam perteman yang terjadi adalah tabiat buruk. Ketika ia bergaul dengan teman yang suka minuman keras biasanya ia akan ikut-ikutan sebab belum stabil pikirnya. Apakah remaja harus menjauhi pertemanan dengan remaja lainnya, sebab mayoritas remaja memang punya kebiasaan yang buruk? Pada dasarnya, bergaul dengan siapapu tidak dilarang namun sebagai manusia kita harus bisa membawa diri. Caranya, kita harus bisa menolak ketika teman mengajak menuju perbuatan buruk. Nah, berani menolak ini membutuhkan mental yang bagus. Maka memiliki mental yang baik sangat diperlukan dalam kehidupan ini.
Akhir-akhir ini Indonesia tengah gempar dengan ulah Setya  Novanto, ketua DPR yang lolos dari jeratan KPK. Ia mengajukan pra peradilan dan Chepi, hakim yang mengadilinya membebaskan tuduhannya. Ini hanya satu kasus yang saya angkat potret dari bejatnya pejabat negeri ini. Memang tidak semua pejabat negeri ini mempunyai tabiat buruk namun tentunya orang laiknya Setnov, harus malu. Katanya mewakili rakyat nyatanya rakyat mana yang diwakilinya. Begitulah mereka yang berdasi, katanya untuk menyampaikan aspirasi tapi faktanya mencari proyek yang bisa dikorupsi.  Katanya blusukan itu bukti perhatian ke masyarakat kecil, tapi kok hanya orasi melihat rakyat yang mencicil. Katanya program kerjanya mengangkat sengsara rakyat jelata, tapi malah menguntungkan pebisnis kapitalis saja.
Tidak bisa dipungkiri kenakalan moral masyarakat terjadi di seluruh lapisan.  Parahnya, ketika hal itu terjadi pada profesi pedagang sebab mereka adalam pemain yang menggerakkan ekonomi di masyarakat. Persekongkolan para pedagang tentang harga misalnya berakibat pada daya beli, atau tentang penimbunan barang pastinya hal berujung geliat daya beli masyarakat. Kasus seperti ini pastinya sering terjadi, dimana saya yang hidup dipedesaan yang mayoritas petani, menemui harga padi yang tidak sama antara pembeli satu dengan pembeli lainnya. Menurut saya, hal ini disebabkan tidak adanya operasi pasar oleh pemerintah. Yakni, pembeli padi bisa saja memainkan harga. Pastinya hal itu tidak terjadi jika moral seluruh masyarakat berniat baik, bukan hanya egois mementingkan keuntungan pribadi.
Ya, kerusakan moral negeri ini terjadi di seluruh lapisan. Seorang kakek yang seharusnya bisa mengayomi keluarganya, malahan ada juga kasus kakek yang meniduri cucunya. Konglomerat yang seharusnya bisa membantu orang-orang yang berada digaris kemiskinan malah memeras. Pengusaha yang seharusnya bisa menyejahterakan karyawannya malah menggajinya dibawah upah minimum demi keberlangsungan produksinya. Koruptor yang seharusnya bisa insaf menyadari keringatnya malah menghadirkan pengacara piawai untuk menyelamatkan statusnya. Media sosial yang seharusnya bisa mempererat hubungan, justru menurut hasil riset angka perceraian naik disebabkan medsos. Tolong menolong yang seharusnya dalam hal kebaikan justru banyak hal itu dilakukan dalam hal kejahatan.  Mengapa hal itu terjadi? Dunia terbalik!
KERUSAKAN MORAL ITU DISEBABKAN TIDAK BISA MENGENDALIKAN PIKIRANNYA MENUJU KE JALAN ALLAH. YAKNI MENURUT AJARAN NABI MUHAMMAD SAW.
Kerusakan moral manusia sebab ia memperturutkan hawa nafsunya, padahal Allah Swt, memberikan manusia itu otak untuk berpikir supaya bisa menjadikan mana yang benar dan mana yang salah. Manusia diciptakan Allah berbeda dengan makhluk-makhluk lainnya, yakni manusia diberi anugrah otak. Kemampuan otak manusia itu luar biasa jika bisa mendayagunakannya dengan baik. Konon, Einstein saja baru memanfaatkan otaknya 10% untuk berpikir. Banyak sekali perintah dalam Al-Qur’an supaya manusia mau menggunakan otaknya. Yang menyebabkan manusia malas berpikir adalah? Terbiasa dengan hal-hal yang instan maka otaknya menjadi manja. Manusia yang hidup di daerah dingin pastinya dipaksa berpikir menemukan jaket yang tebal. Keadaan manusia yang nyaman juga penyebab manusia malas berpikir, maka biasanya anak pertama lebih cerdas dari anak nomor buncit, sebab anak pertama sering ditimpa tanggungjawab ketimbang anak buncit.
Manusia harus mengelola pikirannya jika mengehendaki kehidupan yang lebih baik. Baik moralnya, dan hal lainnya sebab ketika mendapatkan permasalahan ia bisa mendapatkan solusinya. Terpenting, manusia harus baik moralnya sebab begitulah tujuan manusia diciptakan oleh Allah Swt, yakni baik moralnya terhadap Allah dan baik moralnya dengan sesama. Ketika manusia tidak bisa mengendalikan pikirannya pastinya ia akan terombang-ambing oleh keadaan. Mudah terpengaruh sesuatu yang sebenarnya menjerumuskannya. Malahan, manusia tidak bisa menjadi apa-apa, yang hal ini dalam aliran filsafat ia masih dalam tataran estetika. Yakni hanya memperturutkan kesenangan saja. Nah, manusia yang bisa mengendalikan pikirannya ini telah masuk dalam tataran etika. Yang kedua ini dalam konsep agama belum dikategorikan relegius.
Mengendalikan pikiran pastinya diarahkan pada suatu konsep yang telah diturunkan oleh Allah Swt. Ibarat kita bepergian ke Surabaya, jika belum tahu arahnya pastinya kita melihat petunjuk berupa peta. Nah, peta manusia dalam kehidupan ini adalah Al-Qur’an Al-Karim. Pikiran manusia haruslah digerakkan ke situ. Kenapa harus Al-Qur’an? Karena Al-Qur’an adalah benar-benar berisi ayat-ayat yang diturunkan oleh Dzat Yang Maha Kuasa, yakni Allah Swt. Al-Qur’an ini berisi petunjuk jalan halatuju manusia. Ada larangan, perintah, dan ilmu pengetahuan. Mengapa Al-Qur’an sulit difahami oleh orang awam? Karena tidak belajar. Maka sebagai manusia harus belajar memahami Al-Qur’an. Jangan sampai kehidupan ini hanya dihabiskan untuk mencari uang, uang dan menumpuk uang. Terkadang manusia tak ubahnya hewan, yang dipikirkan hanya kesenangan didunia saja.
Mengapa banyak pemikir mengatakan bahwa pikiran adalah satu-satunya penggerak tubuh manusia? sebab dalam otak ada syaraf motorik yang berfungsi menggerakkan manusia. Nah, syaraf motorik ini adakalanya juga dipengaruhi oleh hati juga, seperti ketika kita jatuh cinta dengan seseorang maka gerak tubuh kita juga dipengaruhi oleh hati. Banyak hal yang harus dilakukan oleh seseorang untuk menjaga kesehatan motorik itu, diantaranya dengan menulis, main catur dan hal lain yang membutuhkan pikiran. Saya sendiri yang hobi menulis tentunya juga sembari olaharaga otak. Selain olah otak menulis juga sebagai media berbagi pengetahuan. Lantas, mengapa saya tidak hobi bermain catur? Sebenarnya saya suka bermain catur tapi kalau lama-lama ya saya suka bosan sendiri. Berbeda dengan menulis, saya bisa berimajinasi kemanapun saya suka.
Lantas, benarkah hati adalah sumber keinginan? Menurut beberapa pendapat memang hati adalah sumber keinginan. Sedangkan pikiran itu hanya pusat berpikir dan penggerak. Bisakah dibayangkan layaknya DPR sebagai pembuat undang-undang dan Presiden sebagai pembuat keputusan. Keduanya bekerja, pikiran sebagai pengendali dari bolak-baliknya hati. Bagaimanakah kondisi tubuh tanpa hati? Mungkinkah manusia laiknya robot yang berpikir tanpa punya daya sensitifitas. Atau, seperti anak kecil yang cuma bisa berlogika namun belum bisa merasa. Tentu sulit kalau begitu mengamalkan dawuh yang berbunyi iso o rumongso ojo rumongso iso. Ada sebuah do’a yang berbunyi : ثبت قلبي على دينك, “tetapkanlah hatiku untuk taat kepadamu”. Ini suatu penggambaran betapa hati senantiasa berkelana kemana-mana. Nah, otak adalah itu suatu panel untuk mengontrol wara-wirinya hati.
Dalam Islam ada perintah terhadap hambanya untuk berdzikir.
االذين ءامنوا وتطمئن قلوبهم بذكر الله تطمئن القلوب
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS. 13/28).
Tujuannya, supaya orang yang beriman senantiasa ingat terhadap Allah Sang Pencipta Alam Semesta. Maka, manusia tidak mudah terombang-ambing hatinya, yang mudah tergoda dengan bisikan-bisikan glamaor dunia. Berdzikir adalah memfokuskan pikiran dan hati untuk Allah. Berdzikir menjadikan hamba menjadi tenang. Pastinya, berdzikir itu penting bagi semua manusia demi kesehatan lahir dan batin. Berdzikir lebih dahsyat dari sekedar meditasi sebab meditasi hanya meletakkan pikiran dan hati dari kebisingan, riuh rendahnya kehidupan. Berdzikir adalah memasrahkan semuanya kepada Dzat Yang Tinggi.
Begitu banyak dampak manusia yang tidak mau mengendalikan bisikan hatinya menuju kebaikan, sehingga mereka mengacau tatanan. Yang menjadi pejabat tidak bisa menegakkan aturan dan rakyatnya amburadul. Memang sudah hukum alam bahwa manusia ada yang patuh dan acuh. Namun, setiap manusia oleh Allah diberi pilihan menuju kebaikan atau kejahatan. Nanti, manusia tidak bisa berargumentasi pada Sang Pencipta, bahwa dirinya digariskan menjadi manusia pembelot. Manusia itu ibaratnya adalah seorang karyawan bekerja di kantor, yang oleh bosnya ia diberi mandat untuk mengerjakan tugas-tugas dikomputer. Dimana, dikomputer  itu sudah terinstal program. Tapi malah karyawan itu menggunakan aplikasi game. Nah, pastinya bosnya marah. Begitulah, manusia hidup dibumi ini manusia telah diberi Al-Qur’an supaya diamalkan tapi malah mengikuti kesenangan hatinya.
Seusai perang Badar, Nabi berkata kepada para sahabat,” kita baru saja pulang dari perang kecil dan menuju perang yang lebih besar”. Lantas, sahabat bertanya,”apa perang yang lebih besar dari perang badar itu ya Nabi?”, Nabi menjawab bahwa perang yang lebih besar dari perang Badar itu adalah perang melawan hawa nafsu. Betapa Nabi mengajarkan kepada umatnya untuk berperang melawan hawa nafsu. Mengendalikan hawa nafsu yang senantiasa mengajak pada kemaksiatan menuju jalan Allah. Sejatinya, pengabdian kepada Allah adalah mengendalikan kesenangan kita menuju jalan yang telah diajarkan oleh Allah. Ketika jam empat pagi, dimana begitu enak-enaknya tidur umat Islam diwajibkan untuk menjalankan sholat subuh. Ketika umat Islam diwajibkan bekerja karena kebutuhan dasar manusia butuh makan namun muslim juga dianjurkan bersedekah. Disinilah, letak pentingnya muslim menuntut ilmu supaya mengetahui perintah-perintah Allah dan menjalankan larangannya.
Mengendalikan hawa nafsu untuk meraih ridho Allah. Muslim harus senantiasa berjalan menuju ridhonya dalam setiap gerak-geriknya. Dalam Islam biasanya ada istilah shufi, dari kata shofa yang artinya bersih, mereka orang-orang shufi adalah orang-orang senantiasa membersihkan hatinya dari kotoran-kotoran duniawi. Apa itu kotoran duniawi? Yakni segala sesuatu yang mengotori hati untuk suluk “berjalan” menuju Allah. Maka, dalam Islam ada istilah syariat (aturan), toriqot (jalan), hakikat (kesejatian)  dan ma’rifat (mengetahui). Banyaknya istilah itu pada dasarnya adalah kesatuan, keempatnya adalah proses menuju Allah Swt.  lantas, apakah konsep para sufi dalam mengendalikan hawa nafsu itu juga dengan pikirnya? Ada banyak macam nafsu, diantaranya nafsu amarah, maka menurut saya ini perlu pikiran untuk mengendalikannya. Mungkin untuk hal ini perlu pembahasan tersendiri tentang macam-macam nafsu.
Seorang profil shufi yang saya angkat adalah K. Asyharun Nur, Tambakberas Jombang. Mengapa saya katakan beliau seorang shufi? Sekali lagi, shufi adalah orang senantiasa berupaya memperbaiki akhlaknya kepada Allah Swt, dan dengan sesama manusia. Mengapa saya angkat beliau? Sebab saya pernah  berguru kepadanya, yang tentu saya pernah menyaksikan aktivitas sehari-hari beliau. Beliau mengabdikan dirinya untuk umat, begitu yang saya renungkan. Pagi hari beliau sibuk di Madrasah, yang saya tahu beliau tidak semata-mata mencari uang. Ini hanya bisa difahami oleh guru-guru Madrasah di pesantren, yang akan rugi bila mengajar hanya mencari uang saja. Pak Harun, begitu sapaan akrabnya sangat aktif di organisasi Nahdlatul ‘Ulama, beliau rajin sekali menghidupkan aktivitas  keagamaan sebagai syi’ar Islam, melalui organisasi itu. Beliau disuatu waktu pernah menyampaikan kepadaku bahwa beliau bukan seorang penceramah namun seorang penggerak aktivitas keagamaan. Ya, begitulah sekelumit kisah shufi tentang beliau. Semoga menginspirasi.
MANUSIA HARUS MENGENDALIKAN PIKIRANNYA SUPAYA MENJADI MANUSIA YANG BERMORAL
Islam datang kepada manusia adalah sebagai perbaikan akhlaq. “ءانما بئثت لأتمما مكارم الأخلاق”, “tidaklah aku diutus melainkan untuk menyempurnakan akhlaq”, begitu Sabda Nabi. Lantas, akhlaq yang bagaimanakah yang dimaksud Sang Nabi? Ialah akhlaq yang telah beliau ajarkan. Nabi Muhammad Saw, adalah suri tauladan yang baik. Disinilah sekali lagi manusia harus belajar dan belajar. Belajar tentang apa yang telah Sang Nabi ajarkan; Al-Qur’an, Hadits, dan belajar kepada Ulama’. Toriqohnya adalah melaksanakan ajaran tersebut, sibukkan pikiran dan tindakan untuk mengabdi kepada Allah Swt. Prioritasnya, pikiran kita sibukkan dulu untuk memikirkan ilmu, dan pengabdian kepada Allah. Banyak hal disekitar kita yang jika mau memikirkannya akan bertambah kecintaan kita kepada Allah Swt. Insya Allah, dengan begitu kita akan semakin ringan dalam menjalankan ibadah kepada Allah Swt.
Bagaimanakah cara memahami Al-Qur’an? Caranya adalah belajar kepada yang mengerti tentang Al-Qur’an. Rajinlah menghadiri tempat-tempat yang membahas tentang ajaran Islam. sebagaimana hal mempelajari suatu disiplin ilmu pastinya butuh ketekunan. Artinya, seusai belajar dari guru seorang pelajar haruslah belajar di rumah. Profil saya dalam hal ini adalah KH. Abdun Natsir Abdul Fatah Tambakberas Jombang. Beliau patutlah ditiru semangatnya dalam belajar. Meskipun beliau sudah menjadi kyai yang disegani ilmunya, namun semangatnya dalam belajar sangat tinggi. Konon, beliau bisa semalaman tidak tidur ketika belajar dan dilain sisi beliau aktif memberikan kuliahnya pada jamaah baik di rumahnya atau di kampung-kampung. Setahuku beliau sangat mumpuni dalam bidang tafsir Al-Qur’an, Hadits dan fiqih, wawasan ilmu-ilmu Islam.
Berdzikir  itu perintah Allah. Dan dengan berdzikir itulah kita bisa mendekatkan diri kepadanya. Selain mendapatkan pahala dari Allah, berdzikir membikin emosi kita lebih tenang, tidak kemrungsung. Berbeda dengan meditasi yang dikenal dalam psikologi itu. Sangat besar manfaat meditasi dan manfaat itu bisa didapatkan oleh orang yang suka berdzikir. Meditasi biasanya hanya dikenal dalam duduk bersila dan fokus terhadap satu titik dengan merilekskan pikiran. Berdzikir adalah meditasi dalam semua gerak; berdiri, duduk, berbaring bahkan tidur. Muslim haruslah berlatih berdzikir sebab itulah esensi keagamaan, yakni membentuk manusia yang sholeh. Lantas, bolehkah muslim melakukan meditasi? Boleh yakni mengosongkan pikiran duniawi dan hanya fokus kepada Allah. Begitulah esensi meditasi atau yoga.
Sekali lagi, berdzikir adalah upaya kita mendekatkan diri kepadanya. Kita tahu nafsu lebih cenderung menjerumuskan manusia. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman di dalam Al-Qur’an,
وما أبرئ نفسى ءان النفس لأمارة بالسوء ءالا ما رحم ربي ءان ربى غفور رحيم

Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang. (QS. Yusuf [12]: 53)
Lantas, bagaimanakah nafsu menjerumuskan manusia menuju kehancuran? Kita mulai saja nafsu manusia yang sering marah, apa dampaknya terhadap lingkungan? Pasti orang disekelilingnya tidak betah dan menjauh. Dampak terhadap dirinya sendiri adalah darahnya naik dan sangat tidak baik terhadap kesehatan. Orang-orang yang mudah marah disebabkan ketidakbisaan mengontrol dirinya. Akibatnya, hidupnya mudah tertekan dengan problema kehidupan yang berujung kehancuran. Sebaliknya, orang yang berusaha mengontrol dirinya sendiri, menyelesaikan keruwetan bukan dengan amarah namun dengan kepala dingin pastlah hasilnya akan lebih bagus. Dan orang yang tenang biasanya lebih sehat karena pikirannya sehat. Men sana in corpore sano, di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat.
Wal hasil, di akhir tulisan saya di singa hari ini, saya mengajak diri saya dan pembaca yang budiman, untuk selalu menjaga pikiran dan hati supaya bersih dari kotoran. Caranya, lihatlah yang baik-baik saja, dengarlah yang baik-baik saja, melangkahlah menuju arah yang baik. Arah penunjuknya adalah ajaran yang dibawa nabi Muhammad Saw. Nantinya, semoga kita semua bisa kembali kepada Allah Swt, dengan hati yang selamat. Amien.
يوم لا ينفع مال ولا بنون [ ] ءالا من أتى الله بقلب سليم [ ]
(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih, (QS. Asy-Syuara [26]: 88-89).

Judul terkait;
CARA MENGENDALIKAN PIKIRAN, AL-QUR’AN SEBAGAI PETUNJUK MANUSIA, NABI MENERANGI KEGELAPAN MENUJU TERANG BENDERANG, HABISLAH GELAP TERBITLAH TERANG, SUARA HATI MEMBUAT GALAU, SUMBER KEGALAUAN, TIPS DAN TRIK MENGHILANGKAN GALAU, JANGAN GALAU, REVOLUSI MENTAL, MANAGEMEN PIKIRAN, MANAJEMEN QOLBU, MANAJEMEN HATI, CARA MENGENDALIKAN PIKIRAN, AL-QUR’AN SEBAGAI PETUNJUK MANUSIA, NABI MENERANGI KEGELAPAN MENUJU TERANG BENDERANG, HABISLAH GELAP TERBITLAH TERANG, SUARA HATI MEMBUAT GALAU, SUMBER KEGALAUAN, TIPS DAN TRIK MENGHILANGKAN GALAU, JANGAN GALAU, REVOLUSI MENTAL, MANAGEMEN PIKIRAN, MANAJEMEN QOLBU, MANAJEMEN HATI, CARA MENGENDALIKAN PIKIRAN, AL-QUR’AN SEBAGAI PETUNJUK MANUSIA, NABI MENERANGI KEGELAPAN MENUJU TERANG BENDERANG, HABISLAH GELAP TERBITLAH TERANG, SUARA HATI MEMBUAT GALAU, SUMBER KEGALAUAN, TIPS DAN TRIK MENGHILANGKAN GALAU, JANGAN GALAU, REVOLUSI MENTAL, MANAGEMEN PIKIRAN, MANAJEMEN QOLBU, MANAJEMEN HATI, CARA MENGENDALIKAN PIKIRAN, AL-QUR’AN SEBAGAI PETUNJUK MANUSIA, NABI MENERANGI KEGELAPAN MENUJU TERANG BENDERANG, HABISLAH GELAP TERBITLAH TERANG, SUARA HATI MEMBUAT GALAU, SUMBER KEGALAUAN, TIPS DAN TRIK MENGHILANGKAN GALAU, JANGAN GALAU, REVOLUSI MENTAL, MANAGEMEN PIKIRAN, MANAJEMEN QOLBU, MANAJEMEN HATI,



Tentang penulis :

Marzuki Ibn Tarmudzi, pernah mencicipi sedikit segarnya lautan ilmu di Pondok Pesantren Bahrul ‘Ulum Tambakberas Jombang, Jawa Timur. Hobinya yang suka nyorat-nyoret kertas ini dimulai semenjak nyantri. Kini, hobinya itu dituangkan di berbagai media online, itung-itung sebagai aksi dari ; “بلغوا عني ولو أية “,” sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat ”.