Dunia Terbalik! Apa penyebabnya?

19 Nov 2017
Oleh: Marzuki Ibn Tarmudzi

Ngopi dan Ngaji : Berguru kepada Sang Nabi

WACANA MARZUKI. Judul tulisan saya ini memang terinspirasi dengan sinetron yang tayang di RCTI itu : DUNIA TERBALIK. Sebab saya sedari awal memang mengikuti sinetron itu, entah mengapa saja saya tiba-tiba ketagihan menonton sinetron produksi Mnc  Picture itu. Alasan pertama dan yang terakhir adalah sinetron yang punya pesan dan dibalut dengan komedi. Cocok!!

Lantas, apakah tulisan saya ini akan membahas tentang sinetron yang siaran perdana pada 5 Januari 2017 itu?

Oh, tidak. Saya tidak akan membahas tentang keseharian Aceng, Idoi, Akum, Dadang dan masyarakat kampung Ciraos itu. Mungkin, saya lebih terinpirasi dari dawuh-dawuh Ustadz Al- Kemed itu. Berbeda dengan sinetron dunia terbalik, yang lebih menyoroti kedudukan laki-laki dan wanita, antara tulang rusuk dan tulang punggung. Di tulisan ini, saya lebih tertarik menyoroti tingkah laku manusia yang terbalik dari ajaran Islam yang sesungguhnya.


Negara indonesia yang masyarakatnya mayoritas Islam, dengan jumlah penduduk lebih dari 262 juta jiwa dan muslimnya mencapai 207 juta orang.  Tapi, mengapa tingkah laku mereka kebanyakan berkebalikan dengan konsep ajaran Islam?

Rakyat kecil misalnya,  dimana mayoritas berprofesi sebagai petani seakan-akan sholat menjadi tidak prioritas lagi ketika sibuk di sawah. Bahkan, puasa ramadhan diabaikan ketika panen kecuali hanya sedikit sekali yang mau melakukannya. Di hari biasa, orang-orang di kampung saya juga hanya sedikit sekali yang mau meramaikan tempat-tempat Allah. Entahlah, mengapa di lingkungan saya terutama, seakan tenang-tenang saja ketika mendengar adzan. Mungkin, mereka lebih memilih berjama’ah dengan istrinya di rumah. Tapi ya, laki-laki kalau solatnya di rumah, memang disebut sholihah. Disebut soleh, kalau mau berjamaah di masjid atau mushola. (hehe). Itu baru potret dari segi sholat, sedangkan sholat adalah barometer terhadap amal-amal yang lain. Konon, sholatlah nanti yang pertama akan dimintai pertanggungjawaban.


Biasanya yang namanya wakil itu dipilih karena baik, tapi memang kita sebagai rakyat terbiasa dengan rasa humornya. Apalagi yang terbiasa hidup di desa rasa humor itu sangat melekat sebagai basa-basi antar sesama. Parahnya, sampai memilih pemimpinpun rasa humor itu tetap muncul. Perihal ini, saya diingatkan ketika masih bergumul dengan bangku sekolah dulu, dimana ketika pemilihan ketua kelas, teman-teman malah menunjuk teman yang dianggap lucu. Jadi, memilih bukan dengan pertimbangan kecakapannya. Saya rasa, guyonan ini juga kita bawa dalam memilih pemimpin negeri ini. Maksudnya, kita tidak memikirkan benar-benar kapasitas pemimpin yang kita pilih. Alasan lain, seperti si doi lebih cair uangnya terkadang lebih menjadi tendensi untuk mewakilkan aspirasi. Padahal, benarkah si doi itu mau benar-benar memperjuangkan aspirasi kita? Jangan malah-malah hanya melawak layaknya si idoi dalam sinetron dunia terbalik itu. Wah! Yahaba...Sudahlah. Saya rasa rakyat sudah faham tentang ulah sebagaian wakil rakyat yang nakal. Memang nggak kelihatan ulah nakalnya tapi dampaknya terasa.

PENYEBAB DUNIA TERBALIK

Saudara-saudaraku sekalian, lantas apakah sebenarnya yang membikin mayoritas umat Islam menjadi “DUNIA TERBALIK”, yakni berkebalikan dengan sabda-sabda Sang Nabi?

Ada sebuah riwayat menyebutkan, bahwa cinta dunia itu merupakan pangkal dari segala kesalahan. Tentu, yang dimaksud kesalahan dalam konteks ini adalah kerusakan iman. Sang Nabi juga mengingatkan untuk menjauhi sifat al-wahn, apa itu? Yakni cinta dunia dan takut mati.

Ketika seorang muslim sudah terlalu mencintai dunia, maka yang terjadi adalah mengakhirkan perintah Allah, dan bisa jadi karena terlalu mengejar gelar duniawi larangan Allah pun ditabrak. Misal pergi ke dukun, yang itu berakibat pada lemahnya keyakinan muslim pada ayat-ayat Allah Swt. Trus, karena sedang asyik, ambisi, atau tekanan kerjaan bisa lupa sholat. Sebab, ambisi mengejar gelar duniawi. 


Lemahnya iman dan akal adalah penyebab dari cinta dunia dan takut mati. Pikirkan coba, hidup di dunia ini kan cuman sementara saja, paling banter sekarang  kurang lebih 100 tahun itupun cuman segelintir orang saja. biasanya orang berkelakar, nyari uang buat anak cucu. Padahal, faktanya juga anaknya malah kagak keurus. Halah banyak kok; yang g’ keurus pendidikannya, g keurus kesehatannya. Ada yang malah nyerahin sama baby siter. Jadi, cinta dunia ini sebenarnya hanya orang yang hanya hidup diangan-angannya sendiri. Banyak anak yang diduitin sekolahnya malah keluyuran sebaliknya banyak anak yang dari keluarga tidak mampu malah sungguhan belajarnya.

Lagi, mati kok ditakutin. Padahal, kita tahu semua manusia akan mati. Paling alasannya, belum siap karena merasa belum cukup amal. Justru kalo merasa cukup amal itu sombong. Sebab kalo kita sudah merasa punya amal berarti kita hanya gandhulan kepada amal. Padahal, kita bisa amal itu atas pertolongan Allah. Oke! Takut mati itu tanda lemahnya iman dan lemahnya akal. Pertama, kalau iman kita kokoh pasti malah berharap cepet bertemu dengan Allah, sebab pertemuan itu di akhirat. Kedua, bagaimana tidak disebut lemah akal orang yang takut mati, lha wong jelas-jelas semua orang akan mati dan akan dimintai pertanggung jawaban. Takut mati berarti ingin terus hidup, padahal orang berakal ngerti semua makhluk akan mati.

قل ءان كان أبآؤكم وأبنآؤكم وأخوانكم وأزواجكم وعشيرتكم وأموال اقترفتموها وتجارة تخشون كسادها ومساكن ترضونها أحب ءاليكم من الله ورسوله وجهاد فى سبيله فتربصوا حتى يأتى الله بأمره والله لايهدى القوم الفسقين

Katakanlah: "Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA". dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.   (QS. At-Taubah [9]: 24)

Nah, begitulah firman Allah dalam Al-Qur’an sehubungan dengan orang-orang yang lebih mencintai hal-hal ketimbang cintanya kepada Allah. Mencintai Allah Swt, adalah menerapkan ajaran yang dibawa Nabi Muhammad Saw, dan tidak setengah-tengah. Ketaqwaan yang dipilih-pilih berarti belum mencintai Allah, dan jika begitu, tunggulah keputusan Allah. Pastinya, ini adzab Allah. Yang pelajar hati-hati saja jika belajarnya bukan karena Allah. Petani yang lalai terhadap perintah dan larangan Allah, harus waspada. Pejabat yang terlena dengan ajaran dari sang Nabi, segera bertobat sebelum mumpung masih lampu kuning. Keputusan Allah pastinya tiada yang tahu bisa cepat, lambat, atau lebih cepat. Bagaimana, tobat bisa diterima? Adalah tobat yang sungguh-sungguh, jangan ditunda lagi. Kalau ditunda, berarti bukan taubatan nasuha.


Dalam pandangan Islam, apakah muslim dilarang mencintai dunia? jawabannya adalah, mengapa harus mencintai sesuatu yang semu dan fana. Al-Qur’an memberikan ilustrasi perihal duniawi, yakni di suroh Yunus ayat 24,

ءانما مثل الحيوة الدنيا كماء أنزلناه من السماء فاختلط به نبات الأرض مما يأكل الناس والأنعام حتى ءاذا أخذت الأرض زخرفها وازينت وظن أهلها أنهم قدرون عليها اتها امرنا ليلا او نهارا فجعلنها حصيدا كان لم تغن بالامس كذلك نفصل الايت لقوم يتفكرون

Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dan langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-permliknya mengira bahwa mereka pasti menguasasinya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang berfikir.

Meskipun begitu, Allah menyuruh manusia untuk bekerja sebab manusia adalah khalifah di muka bumi ini, yakni mengelola bumi ini dengan sebaik-baiknya. Allah mengutuk sikap bermegah-megahan dengan kesombongan dengan harta sebab esensi manusia dicinptakan adalah untuk mengabdi kepada-Nya. Adalah perintah Allah mencari nafkah untuk keluarga dan bila ada kelebihan rezki tidak melupakan kepada orang-orang yang berhak disantuni.

Islam mengajarkan kepada pemeluknya supaya mementingkan akhirat. Sekali lagi, jangan salah faham dengan kalimat itu, sebab nanti dikira Islam menganjurkan pemeluknya hanya sibuk ibadah tanpa memperdulikan urusan dunia. Dan memang iyya, Islam hanya menyuruh manusia untuk ibadah saja kepada Allah Swt, lihat QS. Adz-Dzariyat [51]: 56. Namun, bentuk ibadah itu tidak hanya yang murni  “mahdloh” saja. Namun Nabi juga mengajarkan ibadah selain mahdoh, termasuk bermasyarakat. Tentang pengertian mahdoh, goiru mahdoh, bisa mencari sendiri keterangannya di google. 

Oleh sebab bekerja adalah juga ibadah jika diniatkan ibadah, dan hasilnya untuk ibadah juga. Bukan lantas mencintai hasil pekerjaan, atau mencintai kerja. Lebih parah, ada yang belajar ilmu agama tapi niatnya untuk mencari uang. Wah! Parah. Nah, jika muslim mampu mengkondisikan hatinya selalu bersama Allah, itulah zuhud. Muslim tersebut telah menempuh jalan pembersihan hati. Dalam khazanah tasawuf ada istilah suluk, yakni muslim tersebut sedang menempuh perjalanan menuju Allah Swt. Yang pasti, hal itu adalah wujud takwa. Imam Al-Ghazali mendefinisikan taqwa “تقوي”, huruf ‘tak’ adalah tawadhuk yaitu sikap rendah hati. Huruf ‘qof’ adalah qonaah yaitu menerima kondisi dari pemberian Allah. Huruf ‘wawu’ dengan wira’, yakni sikap menjaga hal-hal yang diantara halal dan haram, atau subhat. Jadi, subhat saja dijauhi apalagi sampai terjerumus pada yang haram. Huruf ‘yak’ yaitu yakin, pastinya yakin pada janji Allah Swt.


Ada orang yang jatuh bangun mencari dunia. Yang entah mencari harta, sibuk mencari info ngalor ngidul kata orang jawa, karena memang profesinya wartawan. Fokusnya sudah bukan idealisme jurnalistik tapi idealismenya uang dan uang. Mana yang menghasilkan sikat saja, jadi fokus pada uang. Lagi-lagi, uang jika dicari karena untuk megah-megahan bukan sangune ibadah. Maka yang terjadi adalah pecinta dunia. Lho, tapi kan mencari uang untuk keluarga to? Iyya tolong direnungi lagi ayat 24 suroh nomer 9 itu. Lagi-lagi, hatimu mas bro. Tundukkan! Hatimu untuk mencintai Allah meskipun dirimu bergelut dengan kerja. Meskipun kamu sedang punya jabatan atau istri yang semlohai tapi tetap tundukkan hatimu kepada Allah Swt.

Bagaimana cara supaya terhindar dari cinta dunia dan takut mati? Saya sangat suka sebuah hadits yang tertulis di kitab bulughul maram. Yakni,

كفى الموت بالموعظة
Cukuplah mengingat kematian menjadi nasehat

Bagus!! Bahwa cukuplah memang dengan datang ke kuburan misalnya, lalu membayangkan nanti saya pun juga akan dikubur. Pasti akan membuka kesadaran kita, bahwa buat apa kita terlena dengan hiruk pikuk, riuh rendah dunia, toh juga akan meninggal dan pastinya kembali kepada Sang Pencipta untuk di LPJ.

Sedangkan, penyebab dari cinta dunia dan takut mati adalah kurangnya akal, maka Dari Nabi Dawud a.s., beliau berkata: “Telah diwahyukan dalam kitab Zabur sebagai berikut:

حق العاقل ان لايشتغل الا بثلاث تزود لمعاد ومؤنة لمعاش وطلب لذة بحلال

“Hak atas orang yang berakal adalah jangan sibuk, melainkan dengan tiga perkara: Menghimpun bekal untuk akhirat, mencari biaya hidup dan mencari kelezatan dengan cara halal.”  (Fi kitabi Nashoihul ‘Ibad)

Maka, menjadi muslim skala prioritasnya adalah akhirat bukan dunia.  Allah Swt, berfirman

وابتغ فيما ءاتاك الله الدار الأخرة ولا تنس نصيبك من الدنيا وءاحسن كما ءاحسن الله ءاليك ولا تبغ الفساد فى الأرض ءان الله لايحب المفسد ين

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. 28/77)

Ayat ini jelas, “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat”, yakni akhirat menempati urutan yang terpenting, sedangkan mencari “duniawi” levelnya hanya, “janganlah kamu melupakan”.

Dunia terbalik, bahwa tingkah laku manusia terbalik dari ajaran Islam, maka kembali ke Al-Qur’an adalah solusinya, berarti gerakan menuju Al-Qur’an adalah gerakan menuju dunia yang normal, dunia yang jahiliyah adalah dunia terbalik. (19.58/19/11/2017)

Ya Allah, saya sudah menyampaikan ayat-ayat Mu. Saksikanlah!

Judul terkait;
CINTA DUNIA TAKUT MATI, TAKUT MATI KARENA CINTA DUNIA, DUNIA TERBALIK, SINETRON DUNIA TERBALIK, MENUJU HIDUP YANG HAKIKI, PINTU-PINTU MENUJU KETAQWAAN YANG SEMPURNA, HABIS GELAP TERBITLAH TERANG, ZAMAN ONTA MENUJU ZAMAN TOYOTA, MENJADI KID JAMAN NOW, KID JAMAN NOW, CINTA DUNIA TAKUT MATI, TAKUT MATI KARENA CINTA DUNIA, DUNIA TERBALIK, WACANA




Tentang penulis :

Marzuki Ibn Tarmudzi, pernah mencicipi sedikit segarnya lautan ilmu di Pondok Pesantren Bahrul ‘Ulum Tambakberas Jombang, Jawa Timur. Hobinya yang suka nyorat-nyoret kertas ini dimulai semenjak nyantri. Kini, hobinya itu dituangkan di berbagai media online, itung-itung sebagai aksi dari ; “بلغوا عني ولو أية “,” sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat ”.