AL-QUR'AN BUKANLAH PERKATAAN PENYAIR


Oleh : Marzuki ibn Tarmujzi    
                                       
                                                      “Al-Qur’an bukanlah Perkataan Penyair dan sedikit sekali kamu beriman kepadanya”(QS. 69:41)


Hidup beragama sesama muslim di lingkup masyarakat luas terutama di Negara Indonesia memang begitu terasa beragamnya. Begitu beragamnya golongan intern dalam tubuh Islam itu sendiri sampai-sampai  hari semakin hari yang kurasakan bukanlah rasa persatuan namun malah semakin bermunculan aliran-aliran pemahaman lain yang malah semakin memperkeruh umat islam itu sendiri. Memang sih perpecahan dalam tubuh Islam itu sendiri sudah diprediksikan oleh Sang Nabi kurang lebih 1500 Abad yang lampau. Namun bukan berarti kita sebagai pribadi mu’min lantas diam tanpa berpikir dan pasrah saja dengan perpecahan ini. Maksudnya kita sebagai pribadi muslim harus mengarahkan diri kita untuk benar-benar sebagai pribadi mu’min yang kristis tidak hanya taklid buta sebagaimana yang diterangkan Allah dalam  8 sifat-sifat hamba Allah  Al-Qur’an Suroh 25 : 63-74 itu.

Saya di sini tidak membicarakan mereka yang bergolong-golongan  lantas saling membanggakan diri itu. Sebab itu urusan mereka dengan Allah (QS. 6:159). Dan jelas, Al-Qur’an sudah menyebutkan perpecahan itu disebabkan kedengkian diantara mereka “bagyan bainahum”(QS.2 : 213).

Kawan, Al-Qur’an menganjurkan kita untuk memasuki Islam secara totalitas (QS. 2:208). Sebab, kalau kita hanya setengah-setengah akibatnya kita dalam memahami petunjukpun (Al-Qur’an) juga tidak menyeluruh dan gampang terpengaruh dengan keterangan-keterangan tanpa kita cek dengan Laboratorium kita, yakni Al-Furqon, pembeda mana yang benar dan mana yang salah. Maka, saya mengajak kepada teman-teman sesama umat islam, mari kita bersama-sama belajar Al-Qur’an. Sudahkah kita meluangkan waktu kita untuk memahami Al-Qur'an ditengah-tengah kesibukan yang tiada henti ini? dua hari sekali, seminggu sekali, sebulan sekali, atau setahun sekali namun hanya mendengarkan. Sebab Al-Qu’an adalah petunjuk bagi orang yang bertakwa (QS. 3:138-139). Kalau kita merasa sebagai orang yang bertakwa tentu kita harus memahami petunjuk itu. Ibaratnya kalau kita akan pergi ke Jakarta namun tidak mempunyai petunjuk jalan dan alamat yang jelas, bagaimana mungkin kita akan sampai kepada tujuan, malah-malah kita nanti tersesat jalan. Bukannya begitu?

Kawan, Al-Qur’an sebagai petunjuk tentu saja tidak hanya cukup untuk dibaca saja sampai khatam tanpa merenungi kandungan-kandungannya. Bukankah kita pernah mendengar bahwa membaca saja satu huruf  dalam ayat Al-Qur'an mendapat pahala 10. Lantas bagaimana coba kalau kita tidak hanya membaca namun menganalisa ayat per ayat ?? kemudian kita terapkan dalam kehidupan kita baik pada Allah dan sesama manusia?? Bukankah kita mengharapkan surga. Lalu apa kita tidak malu kepada Allah kalau kita ternyata perbuatan kita jauh dari nilai-nilai Al-Qur'an, yang mana Al-Qur'an adalah petunjuk untuk menggapai kehidupan yang abadi menuju pertamanan muttaqin, lihat QS. 56 : 17 - 40.  Bukankah Aisyah mengatakan bahwa Akhlaknya Nabi Muhammad adalah Al-Qur’an. Kawan, marilah kita buka kesadaran kita. Tidak ada yang bisa membuka kesadaran kita kalau tidak kita sendiri. Memang, “Allah akan memberi hidayah kepada siapa yang dikehendaki”(QS. 28:56). Namun kita harus sadar bahwa kehendak Allah berlaku hukum sebab akibat, silahkan lihat suroh Al-Kahfi [18]:84-85. 

Ibarat sekolah, hidup ini adalah ujian (QS. 67 : 2). Dan, materinya adalah Al-Qur'an (QS. 4 : 105). Maka, mari kita bersama-sama meluangkan waktu kita untuk belajar Al-Qur'an. Lalu bagaimana kalau kita tidak tahu tentang Al-Qur'an? "Bertanyalah pada Ahli Dzikir jika kamu tidak mengetahui" (QS. 16 : 43). Siapa Ahli Dzikir? "ialah orang-orang yang beramal sholeh dan orang-orang yang saling menasehati dengan kebenaran"(QS. 103 : 3).

Al-hasil, kalau kita sudah berjalan dalam “shirotol mustaqim”, jalan yang lurus, yakni jalannya “orang-orang yang telah diberi ni’mat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan adam, dan dari orang-orang yang kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrohim dan Israil,  dan dari orang-orang yang telah kami beri petunjuk dan telah kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka , maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis” (QS. 19:58) Maka, kita akan bersatu menjadi mu’min yang bersaudara yang terikat dalam tali Allah yang tidak  bercerai berai, kalaupun masih bercerai berai berarti ikatan tali kurang kuat. Maka, “berpeganglah kamu semuanya kepada tali Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni’mat Allah kepadamu ketika dahulu bermusuh-musuhan, maka Allahmempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni’mat Allah orang-orang yang bersaudaraki dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”(QS. 3:103)
 i

Tentang penulis :

Marzuki Ibn Tarmudzi, pernah mencicipi sedikit segarnya lautan ilmu di Pondok Pesantren Bahrul ‘Ulum Tambakberas Jombang, Jawa Timur. Hobinya yang suka nyorat-nyoret kertas ini dimulai semenjak nyantri. Kini, hobinya itu dituangkan di berbagai media online, itung-itung sebagai aksi dari ; “بلغوا عني ولو أية “,” sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat ”.