Wacana Marzuki: Kumpulan tips, Religiositas Islam, Filsafat, Motivasi, Sejarah, Analisa Politik, dan Kegundahan
Tetesan Air Mataku
By: Marzuki Bersemangat
Aku bukanlah superman.
Aku juga bisa nangis.
Jika kekasih hatiku pergi meninggalkan aku.
Petikkan lirik lagu BUKAN SUPERMAN karya Ahmad Dhani diatas merupakan realitas kehidupan manusia ini. Siang itu 09.40/23/7/2009 udara dingin mulai melakukan proses perubahan panas.Angin yang sungguh mulai menampakkan tidak bersahabat membuatku ingin sekali membeli wedang kopi. Akupun meluncur dengan motorku menuju Bank Jatim yang hanya 400 M dari sekolahku untuk mengambil uang.
“Heh !!! ada apaini??
Tanyaku pada teman-temanku yang sedang bergerombol didepan pintu masuk menuju Masjid Induk Bahrul ‘Ulum.namun sebelum mereka menjawab. aku dengan cepat membaca tulisan di papan tulis yang dipasang disitu.
TELAH PULANG KE ROHMAT ALLAH IBU NYAI Hj. MUSYAROFAH BISRI.
Aku tertunduk seketika. Tetesan air mata itu membasahi sekali pipiku. Beliau adalah istri KH. Abdul Fatah Hasyim salah satu tiang pendiri Pondok Pesantren Bahrul ‘Ulum,Juga pendiri Madrasah Muallimin Muallimat Tambakberas Jombang. Kepulangan beliau belum keringnya air mataku atas meninggalnya putra beliau KH. Taufiqurrohman Fattah 19/7/2009 sepuluh hari sebelum meninggalnya beliau.
Pemakaman beliau jam 13.00. akupun kembali ke sekol;ah dan disanalah aku dan teman-teman membaca tahlil.hari itu sekolah pulang lebih awal.
Belum sampai jatuhnya air mataku di tanah, hatiku harus remuk.putra KH. Abdunnasir Abdul Fattah dipanggil Allah 19/8/09, Gus Najih. Semoga Allah memberi kekuatan kepada K. Nasir atas musibah yang bertubi-tubi. Hj. Musyarofah merupakan ibu beliau. K Taufiq adalah adik beliau. Sedang Gus Najih adalah Putra beliau.
KH. Abdunnasir Abdul Fattah lebih akrab dipanggil Gus Nasir.beliau pengasuh Pondok Pesantren Bahrul ‘UlumTambakberas Jombang, Pengasuh http://www.pesantrenvirtual.com, serta mengasuh beberapa pengajian rutin di Jombang.
Ngopi dan Ngaji : Berguru kepada Sang Nabi
- Esai 001 : Muslim Jaman Now, Bukan Meniru Setya Novanto
- Esai 002 : Hidung Pesek Dan Balancing
- Esai 003 : Menjaga Diri Bukan Membela Diri
- Esai 004 : Indonesia dan Khilafah
- Esai 005 : Fundamentalisme Badar
- Esai 006 : Havana, oh na..na..ah sit! Fuck you trump
- Esai 007 : Menghadap Allah dengan hati yang selamat (1)
- Esai 008 : Menghadap kepada Allah dengan hati yang selamat (2)
- Esai 009 : 10 Hal Tidak Pantas Melekat Pada Ulama’?
- Esai 010 : Menjauhi Hipokrit, Menjadi Manusia Kongktret
- Esai 011 : Mursyid Membimbing, untuk Jiwa terombang-ambing
- Esai 012 : Halaqoh Cinta Akhir Tahun
- Esai 013 : Menuntut Hak atas Kewajiban?
- Esai 014 : Memahami Posisi Hamba
- Esai 015 : Buta Mata Hati, Renungan di Kaki Bukit Kendeng
- Esai 016 : Munajat Si Satpam Ganteng, Do’a dan Ijabah.
- Esai 017 : Masyarakat Madani
- Esai 018 : Determinasi Memasuki Islam Kaffah
Marzuki Ibn Tarmudzi
Tentang penulis :
Marzuki Ibn Tarmudzi, pernah mencicipi sedikit segarnya lautan ilmu di Pondok Pesantren Bahrul ‘Ulum Tambakberas Jombang, Jawa Timur. Hobinya yang suka nyorat-nyoret kertas ini dimulai semenjak nyantri. Kini, hobinya itu dituangkan di berbagai media online, itung-itung sebagai aksi dari ; “بلغوا عني ولو أية “,” sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat ”.