Menghadap Kepada Allah dengan hati yang selamat (2)

Esai : 08

Kamis, 14 Desember 2017
Oleh : Marzuki Ibn Tarmudzi


Ngopi dan Ngaji : Berguru kepada Sang Nabi 

Tasawuf adalah ideologi dan tarekat itu institusi yang menaunginya.

Matahari semakin menampakkan sinarnya. Dan embun pagi mulai malu berada diatas dedaunan. Pakde Waringin dan Kang Riyadi juga mulai tidak betah dengan cahaya ultraviolet yang terus mengincarnya. Merekapun berjalan menuju gubuk yang berada di pematang sawah itu. Mereka tampak semakin asyik ngobrolnya. Hal itu mengingatkan tentang kisah Sunan Kalijaga yang diberi  wejangan oleh Sunan Bonang di perahu di tengah lautan. Bedanya Pakde Waringin dan Kang Riyadi berada di gubuk pinggiran sawah, dan mungkin saja ada cacing yang sedang mendengarkan obrolan mereka.

“Sam Soe, Pakde”

Kang Riyadi menawari rokok Dji Sam Soe kepada Pakde Waringin. Dan mereka berdua pun tampak menyalakan dan menikmati Sam Soe di gubuk itu. Dari sekian luasnya sawah yang ada di Kampung Kaligarung itu, hanya Pakde Waringin yang mendirikan gubug. Dulu, sekitar 15 tahun yang lalu, gubug-gubug begitu bertebaran. Entahlah, pemandangan itu sekarang sudah tidak ada. Padahal, penghasilan petani dulu dan sekarang  berbeda jauh. Petani zaman sekarang dalam setahun sudah bisa tanam padi sebanyak tiga kali, sedangkan dulu paling hanya dua kali. Yang menyebabkan petani di kampung kaligarung bisa lebih makmur karena hadirnya waduk Dero yang berada di pegunungan kendeng itu.

“Sebaiknya Kang Riyadi itu mencari guru yang bisa membimbing perjalanan kepada Allah Swt”, nasehat Pakde Waringin.

“Mengapa harus mencari guru, Pakde. Bukankah Nabi Muhammad sudah mewarisi kita Al-Qur’an dan Hadits. Bukankah hanya dengan mengamalkan keduanya, Nabi menjamin muslim tidak akan tersesat”, Kang Riyadi membantah.

Pakde Waringin menjelaskan : “Dulu, ketika zaman Nabi Muhammad Saw, gurunya ya Nabi itu. Beliau yang membimbing sahabat-sahabat untuk tunduk pada ajaran Islam. Guru itu fungsinya banyak, diantaranya ia yang akan mengingatkan kita ketika mbalelo, ndabeleg, nakal. Kan kita ini juga manusia to Kang, jadi ya sebaiknya mencari guru yang bisa menjadi panutan. Guru itu adalah orang yang lebih berpengalaman dalam suluk, berjalan kepada Allah”

Kang Riyadi tampak mengambil nafas dalam-dalam dan menghisap Sam Soenya lagi. Ia kelihatan sekali sedang memikirkan, mempertimbangkan apa yang telah disampaikan oleh Pakde Waringin itu. Ia mulai setuju dengan saran dari Pakde Waringin, hal itu tampak dengan ekspresi senyuman dan manggut-manggut. Fokusnya pikirannya itu berdampak pada latu rokok yang sedari tadi tidak ia buang. Tentu saja problem itu sangat menghawatirkan bagi yang melihatnya. Ya kalau jatuh di tanah, kalau jatuh di celana kan bisa bolong.

Baca Juga :

“Selain mendapatkan bimbingan dari guru, di jam’iyyah toriqoh itu biasanya Kang Ri, nantinya juga akan mendapatkan banyak teman yang bisa menjadi semangat dalam menjalankan suluk, atau perjalan kepada Allah, manfaat teman itu sangat luar biasa Kang, percayalah”

“Lalu, bagaimana kriteria mencari guru pembimbing itu Pakde?”

“Menurut Syeikh Fatkhurohman, kriteria mursyid yang harus diikuti adalah ketika kamu bertemu atau bertatap muka dengannya, hatimu lebih merasa cinta kepada Allah. Sedangkan menurut seorang Mursyid, Prof. Dr. H.S.S. Kadirun Yahya MA. M.Sc, dalam bukunya, Ibarat Sekumtum Bunga Dari Taman Firdaus mengatakan bahwa ada tujuh butir, pertama pilih guru kamu yang mursyid. Kedua, ia adalah kamil lagi mukamil (sempurna lagi menyempurnakan) karena karunia Allah. ketiga, yang memberi bekas pengajarannya, (kalau ia mengajar atau berdo’a, maka berbekas pada murid, si murid berubah menuju kebaikan). Keempat, masyhur kesana kemari. Kawan dan lawan mengatakan “ia seorang guru besar”. Kelima, tidak dapat dicela  oleh orang yang berakal akan pengajarannya, yakni tidak dicela oleh Al-Qur’an dan Al-Hadits serta ilmu pengetahuan. Keenam, yang tidak kuat mengerjakan yang harus, umpamanya membuat hal-hal yang tidak murni halalnya. Ketujuh, tidak setengah hati akan dunia, karena bulat hatinya. Ia kasih akan Allah, ia bergelora dalam dunia, bekerja keras untuk mengabdi kepada Allah Swt, bukan untuk mencintai dunia”

Pakde Waringin menjelaskan kepada kang Riyadi dengan pelan dan hati-hati. Hati-hati karena yang disampaikan adalah ilmu yang luhur. Hati-hati juga karena karena angin semilir mulai tampak berani menerobos gubuk itu. Hati-hati mengawasi gerak angin jangan sampai keras sebab bisa membahayakan kondisinya di gubug itu. Kenyataan gubug yang sudah lama tidak dipugar memang sangat mengkhawatirkan.

Pakde Waringin melanjutkan : “Syeikh Abu Hasan As-Syadili mengatakan bahwa siapa yang menunjukkan dirimu kepada dunia, maka ia akan menghancurkan dirimu. Siapa yang menunjukkan dirimu pada amal, ia akan memayahkan dirimu. Dan barangsiapa menunjukkan dirimu kepada Allah Swt. maka, ia pasti menjadi penasehatmu”.

Kang Riyadi tampak enjoy sekali mendengarkan wejangan Pakde Waringin. Kelihatannya ia sempat berpikir,”seumpama ada kopi yang legi nan kenthel, mesthi joss”, itu terindikasi dengan body languagenya yang noleh kanan kiri sembari menghisap sam soenya. Meski begitu, Kang Riyadi begitu antusias dengan kuliah gratis di gubug itu.

Pakde Waringin melanjutkan : Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam kitab Al-Hikam mengatakan,”Janganlah berguru pada seseorang yang tidak membangkitkan dirimu untuk menuju kepada Allah dan tidak pula menunjukkan wacananya kepadamu, jalan menuju Allah”.

“Berarti tasawuf itu suatu ideologi, sedangkan thoriqoh itu institusi yang menaunginya ya, Pakde”

“Tepat sekali!! Ayyo diminum kopinya”

Mereka tampak tertawa bersama. Lha wong di sawah kok nawarin kopi, emangnya warung. Tertawa yang lepas itu membikin suasana tampak lebih greng dan fresh. Dan, kedua orang itu pun dikejutkan dengan munculnya tikus di depan mereka, dengan cepatnya kedua orang itu ingin membunuhnya. Namun tikus itu juga cepat sekali larinya. Mereka berdua mencari kayu dan  memburu tikus itu hingga ke tengah sawah dan mereka berhasil membunuhnya.

Sebelum mereka pulang Pakde Waringin sempat juga menjawab pertanyaan Kang Riyadi,”Apakah jam’iyyah thoriqoh, atau organisasi tarekat itu hanya mengurusi akhirat saja?”. Pakde Waringin pun menjawab : Secara normalnya tarekat lebih fokus pada orientasi akhirat. Yakni, tidak mementingkan duniawi. Baru pada abad-19 muncul pendapat yang sinis terhadap tarekat. Mereka menuduh pengkikut tarekat itu jumud (terbelakang dan tak maju-maju). Kumpulan orang yang tidak revolusioner, tak berani berjuang, dan hanya sibuk mengejar surga untuk dirinya, kata mereka. Faktanya, di Indonesia tarekat adalah spirit perlawanan kolonial. Pengikut tarekat, dalam hal ini tarekat satariyah contohnya, justru merupakan mesin penggerak terhadap perlawanan terhadap kolonial. Perlawanan Diponegoro, Kyai Mojo tampil sebagai pemimpin spiritualnya melawan Belanda. Di Palembang, ada Syeikh Abdul Shomad dengan tarekat sammaniyahnya juga melakukan perlawanan melawan Belanda. Di Afrika utara pun, tarekat juga menjadi motor dalam perlawanan melawan penjajah Inggris dan Spanyol.

(Ya Allah, jadikanlah hambamu sebagai hamba yang saleh)

وَتَرَى الشَّمْسَ إِذَا طَلَعَت تَّزٰوَرُ عَن كَهْفِهِمْ ذَاتَ الْيَمِينِ وَإِذَا غَرَبَت تَّقْرِضُهُمْ ذَاتَ الشِّمَالِ وَهُمْ فِى فَجْوَةٍ مِّنْهُ ۚ ذٰلِكَ مِنْ ءَايٰتِ اللَّـهِ ۗ مَن يَهْدِ اللَّـهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِ ۖ وَمَن يُضْلِلْ فَلَن تَجِدَ لَهُۥ وَلِيًّا مُّرْشِدًا ﴿الكهف:١٧

Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang Luas dalam gua itu. itu adalah sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Allah. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, Maka Dialah yang mendapat petunjuk; dan Barangsiapa yang disesatkan-Nya, Maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya. (QS. Al-Kahfi [18]: 17)

وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَآبِّ وَالْأَنْعٰمِ مُخْتَلِفٌ أَلْوٰنُهُۥ كَذٰلِكَ ۗ إِنَّمَا يَخْشَى اللَّـهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمٰٓؤُا۟ ۗ إِنَّ اللَّـهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ ﴿فاطر:٢٨

Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS. Al-Fathir [35]: 28

Incoming search : # thoriqoh adalah  # tasawuf adalah # tarekat adalah # ilmu jalan menuju Allah # ijuma

Baca juga yang lain :


Wajib baca! mantra-mantra sakti, untuk kamu yang ingin atau sedang membangun keluarga.

Kamis, 7 Desember 2017

Oleh : Marzuki Ibn Tarmudzi

Suatu pernikahan yang berhasil harus memiliki syarat, yakni jatuh cinta berkali-kali dan selalu dengan orang yang sama (Mignon McLaughlin)

WACANAMARZUKI. Semua orang tahu, Tuhan telah menciptakan pasangan-pasangan pada ciptaan Nya. Maka, tidak perlu khawatir untuk tidak mendapatkan jodoh. Adalah penistaan Tuhan, jika anda meragukan janji-janji Nya. Manusia hanya berusaha, ketika mengusahakan seseorang untuk menjadi jodoh kita namun kok dia nya menjauh, berarti dia bukan jodoh kita. Sebab Tuhan telah memilihkan jodoh untuk kita, dan ketika telah datang kita harus menerima dan berusaha untuk membangun istana keluarga itu supaya tetap kokoh dari hantaman cuaca dan bencana lainnya.

Di bawah ini ada beberapa mantra-mantra sakti dari beberapa ahli pikir, tentang pengalaman mereka dalam mengarungi bahtera rumah tangga.

1. Mengedepankan Perasaan

Perkawinan adalah hal berat karena anda harus berurusan dengan perasaan dan....pengacara. (Richard Pryor, reader’s Digest). Saling menjaga perasaan itu yang terpenting dalam mempertahankan keutuhan keluarga. Membentuk keluarga yang sakinah, bukan berarti tenang tiada gelombang riuh rendah. Namun ketenangan dalam keluarga adalah upaya yang terus menerus memperjuangkan supaya tetap tenang meski gelombang menghamtam. Dan, bagaimana pasangan menggunakan perasaannya untuk menjaga keutuhannya. Atau, anda akan berhadapan dengan pengacara.

2. Cinta

Cinta bukanlah apa yang kita katakan, tapi lakukan. Cinta adalah aksi, bukan emosi. (Eric Clapton, Gitaris Dunia). Hadirnya rasa cinta dalam membentuk keluarga itu penting. Sebab cinta bisanya mampu menerima kelebihan dan kekurangan pasangan. Dan kehidupan yang didasari dengan rasa cinta lebih mampu membawa gerakan-gerakan lebih ringan. Maka, pengertian cinta bukanlah hanya sekedar dibibir saja. 

Suatu pernikahan yang berhasil memiliki syarat jatuh cinta berkali-kali selalu dengan orang yang sama. (Mignon McLaughlin). Dalam upaya membangun istana perkawinan yang megah, kokoh hingga tua memang tidak mudah. Perjuangan yang terus menerus untuk mencintai pasangan adalah keharusan.

Cinta pada pandangan pertama bukanlah hal yang luar biasa. Jika dua orang yang telah menikah bertahun-tahun dan masih selalu saling memandang itulah keajaiban. (Sam Levinson). Maka, tidak layak mendapatkan asupan jempol, jika pasangan yang hanya romantis di awal-awal pernikahan, namun setelah beberapa bulan berhadapan dengan pengacara. Alasan yang muncul biasanya, tidak adanya kecocokan. Begitulah, cinta keduanya makin hari makin tergerogoti oleh waktu.

Cinta di masa muda adalah sesuatu yang semu dibandingkan dengan cinta seorang suami pada istrinya di masa tuanya. (Will Durant (Pada HUT yang ke-90). “Ketidak adanya kecocokan”, begitulah yang mereka ungkap ketika memutuskan untuk berpisah. Kata orang-orang tua,”biyen ketok opo, saiki ketok opo”, dulu kelihatan apa, sekarang kelihatan apa, adalah renungan supaya kita bertanggungjawab terhadap keputusan kita, bahwa dulu berani menikah pasti sudah punya data, bahwa ia layak menjadi pendamping dan harus mempertahankannya. Cinta itu bukanlah ketegangan sesaat seperti anak muda itu.
3. Rasa persahabatan

Seorang sahabat adalah orang yang berada di sisi anda di saat anda berada di posisi yang bersalah. Hampir semua orang akan berada di sisi anda bila anda di posisi yang benar.” (Mark Twain). Manusia bukan makhluk sempurna, berbuat salah adalah hal yang lumrah. Dan, sebagai pasangan hendaknya tetap mendampingi fisik dan hati pasangan ketika sedang dalam posisi salah.

Sebagai pasangan, sahabat terdekat kita adalah pasagan kita. “Anda akan memperoleh sifat-sifat yang buruk dan baik dari sahabat terdekat mereka akan meliputi anda.” (John C. Maxwell). Pastinya, keburukan pasangan jangan sampai dibuka pada orang lain. Yang celaka, ketika seorang suami menceritakan aib istrinya kepada wanita lain, sebab itu akan menjadi hal buruk dalam mempertahankan keutuhan keluarga. Begitu juga sebaliknya, jangan sampai istri menceritakan hal-hal buruk suaminya kepada pria lain.

Persahabatan yang paling teguh dibentuk dalam kesukaran bersama, sebagaimana besi dipersatukan dengan kokoh oleh api yang paling panas. (Charles caleb Colton). Persahabatan suami dan istri pasti akan lebih bisa terjalin dengan kuat. Selain ada cinta, keduanya telah mengarungi bahtera kehidupan bersama, yang tentu banyak pengalaman pahit dan manis.  Dalam persahabatan, kejujuran haruslah dihadirkan, begitu juga dalam berkeluarga antara suami dan istri harus saling ada keterbukaan. Sahabat anda adalah orang yang tahu semua hal mengenai diri anda dan tetap menyukai . 

Yang jelas, ketika pasangan saling gotong royong dalam mengangkat beban keluarga, maka, “Tidak ada beban yang paling berat kalau semua orang mau mengangkatnya.” (SY Wise)

4. Memberikan pujian

Suami yang lebik identik bekerja dan istri mengelola rumah tangga. Keduanya harus saling mendukung supaya urusan rumah tangga berjalan semangat. Jangan sampai terjadi, suami meremehkan istri yang hanya di rumah saja, atau istri berujar,”yang kau tahu hanya kerja, tidak tahu urusan rumah”. Nah, saling memberikan pujian kepada pasangan sekali-kali tetap harus dilontarkan. Jangan sering-sering.

“Di balik pria sukses, terdapat wanita sabar”. (anonim). Saling memuji itu bukan sekedar di bibir saja namun juga berupa kesadaran bahwa siapapun jika kita puji, atau dukung pasti akan mempunyai hasil yang lebih maksimal. Suami yang bekerja pasti punya semangat yang berbeda, antara disenyumi dan dicemberuti istrinya ketika berangkat bekerja.

Untuk membuat api tetap menyala dengan terang, aturlah dua batang kayu, cukup dekat untuk saling menghangatkan dan cukup jauh terpisah-pisah selebar jari anda.  Agar api leluasa berkobar. Api yang baik dan pernikahan yang baik memiliki peraturan  yang sama. (Marnie Reed Crowell)

BACA JUGA:

SUAMI SEBAGAI PEMIMPIN KELUARGA

Menjadi suami yang baik seperti stand-up comedian. Anda membutuhkan waktu sepuluh tahun sebelum bisa disebut sebagai pemula. (Jery Seinfeld) Suami adalah kepala rumah tangga, ia dituntut menjadi pemimpin yang bijaksana, sebagaimana seorang stund up comedian, ia mampu melontorkan saran dan kritikan dengan bijaksana, bahkan membibkin tertawa. Pemimpin harus berusaha merangkul dan memahami watak rakyatnya yang berbeda-beda karakternya. Atau, rakyatnya akan demo.

Canda ria dan celoteh suara ayah, ibu, dan anak dirumah, lebih mampu mencegah anak-anak keluyuran di luar ketimbang jam malam yang paling keras sekalipun , Begitu kata orang tua. Maksudnya, orang tua harus bisa menciptakan suasana yang baik terhadap anak-anaknya. Sebab, kenakalan anak selain faktor luar juga bisa berasal dari kurangnya perhatian keluarga. Apalagi, orang tua biasanya harus lebih hati-hati terhadap anak perempuan, sebab selain lemah perempuan punya faktor resiko yang lebih besar dalam pergaulan dibanding anak laki-laki. Aku mempunyai tiga anak perempuan, rasanya seperti memainkan drama King Lear tanpa pemanasan. (Peter Ustinov)

Anak-anak adalah paparazzi, mereka memotret kita saak kita tidak ingin dipotret. (Jame Lee Curtis). Orang tua harus memberikan contoh yang baik terhadap anak-anaknya. Sebab anak merekam apa yang kita lakukan; tindakan, bicara. Sadar atau tidak sadar anak-anak itu merekam apa yang dilakukan orangtuanya. Maka, ada kalimat yang berbahasa arab mengatakan : Al-walad mir`atul walid. Anak adalah cermin orang tua.

Yang dilihat orang lain terhadap kamu adalah apa yang kamu lihat pada anakmu. Adalah suatu renungan supaya kita jangan terlalu menyalahkan anak jika salah. Kewajiban orangtua hanyalah mendidik bukan mencetak anak seperti yang diinginkan orangtua. Mereka diciptakan Tuhan dengan potensi yang berbeda. Jangan pernah mencoba menjadikan putra atau putri anda menjadi seperti anda. Diri anda cukup satu saja. (arnold Glasow)

ANAK KEPADA ORANG TUA

Kita tidak pernah mengetahui cinta orang tua kepada kita sampai kita sendiri menjadi orangtua. (Henry Ward Beecher) Kewajiban anak adalah berbakti kepada orang tua. Selama perintah orang tua itu tidak menyuruhmu untuk berbuat yang dibenci Tuhan, maka lakukan saja. pada dasarnya, tidak ada orang tua yang menyuruh anaknya menuju kehancuran.

Yang terakhir, Jika ingin membahagiakan ibu kamu berbicaralah kepadanya. Dan Jika ingin membahagiakan ayah kamu, dengarkanlah dia.

Incoming search:
# cara membentuk keluarga sakinah, mawadah wa rohmah # keluarga yang harmonis # keluarga cemara

Baca Juga:
Fundamentalisme Badar

Cinta itu bukan ketegangan sementara, lorong waktu


(tulisan tempoe doeloe yang sempat tercecer, sebuah Cerpen, 10 Januari 2006)

Oleh: Marzuki Ibn Tarmudzi

Di sekolah, setiap hari otakku diracuni oleh senyum-senyum manis Allison meski aku tak ubahnya wisatawan yang berbunga hati hanya dengan memandang saja. Allison ini sekonyong-konyong menawarkan padaku seutas tali cinta yang dilempar-lemparnya melalui gaya-gaya bicara dan gaya –gaya sikapnya. Sebagai laki-laki yang normal aku dihadapkan untuk memilih satu dari dua opsi yang rumit. Antara ketekunan belajar dan menagkap saja cinta Allison. Opsi kedua merupakan sarat resiko bagiku, karena itulah menyangkut perasaan. Bukankah perasaan menuntut peran sangat dominant dalam tapak-tapak langkah manusia? Bukankah prioritas sekolah adalah belajar dengan tekun? Namun, bukankah pacaran mampu menjadi tiang-tiang kokoh pembangkit spirit belajar? Ah, otakku selalu berkecamuk perang argumentasi yang bertendensi pada Allison.

Sungguh 95% bagian otak ini tersita untuk Allison. Hari senin ini aku bangun pagi benar. Senyum Allison terus saja bergelayut di batok kepalaku meski baru bangun tidur. Seusai sholat shubuh rutinitasku membaca buku atau Koran sembari menunggu sampainya waktu berangkat sekolah. Namun hari ini aku parah berat. Aku hanya duduk termenung di depan rumah dan otak ini makin bereksplorer ria data-data tentan Allison; rindu senyum manisnya, rindu merdu suaranya saat-saat bercengkerama dengan teman-temannya, rindu gaya cerdasnya mengeluarkan pendapat saat-saat diskusi kelas. Sungguh 90

Aku berteriak lirih pada benda-benda di sekelilingku,”Apakah ini yang namanya cinta?”

Semuanya diam. Tampak dicuekin, mukaku merah. Aku pandangi dalam-dalam rumput di depanku. Dan, rumput itu entah, entah kenapa tampak mengusirku: Hei, orang gila, pergi kau!

Aku mundur tiga langkah. Mengalah. Dan berbisik keras pada rumput menjengkelkan itu.

“Brow, apakah kau tahu, yangkurasakan ini benar-benar cinta?”

Aku terkejut. Rumput di depanku itu bergoyang-goyang, seolah-olah mau mengajak berbicara dengan bahasa tubuhnya itu.

“Hai James,…”

Aku makin tercengang dengan sapaan itu.
“Cinta itu hanyalah ketegangan perasaanmu saja. Katarsis!”

Aku memperhatikan rumput itu tanpa sama sekali berkedip. Diam. Namun aku tak sependapat dengan argumen rumput itu. Bukan. Cinta bukanlah katarsis.

“James, asal kamu tahu ya, cinta yang kau alami itu melibatkan hormone-hormon seksual,……”

Rumput itu tahu kalau saya tak sependapat dengannya. Maka terus saja nyerocos meguatkan argumennya.

“Tahukah kau? Hormon testoteronnya Tejo dan hormon progesterone Surti, itu bergejolak menggerakkan aliran darah mereka berdua saat-saat bertemu”

Bingung. Sama sekali aku tak sependapat dengan argument makkhluk itu. Namun argument apa untuk menguatkan pendapatku. Aku mengerutkan dahi tanda berpikir keras. Belum aku menemukan argumen, rumput itu menggertakku dengan mengibaskan daunnya ke arahku.

“Heh! Ngapain kamu hanya bengong. Maukah kau kusebut manusia bodoh?”

“Tidak!”

Akhirnya aku berani mengeluarkan suara meski hanya satu kata saja bentuk penyangkalan. Aku tidak mau kau anggap bodoh. Kamu hanyalah rumput. Namun…

Rumput itu berbisik keras,”Dan perlu kau ingat-ingat! Ketegangan gejolak gerakan-gerakan aliran darah mereka, antara Surti dan Tejo, itu bias saja mencapai titik puncak, yakni kebosanan. Katarsis! Itulah cinta yang kau alami, hei orang bodoh!”

Aku tersentak hebat dengan kata terakhir bisikan dari makanan lezat sapi itu. Aku berupaya keras menguras otak ingin sekali membantah argument itu. Semakin aku berpikir justru rumput itu makin berogoyang-goyang menertawakanku: Bodohnya kau orang udik!

Kini sedikit-sedikit aku mulai mengagumi sosok rumput itu. Cerdas! Akupun jadi samar-samar mengingat salah satu lagu Ebiet G Ade yang berjudul Berita kepada kawan yang sebagian liriknya ada yang berbunyi,” Atau alam mulai enggan Bersahabat dengan kita Coba kita bertanya pada Rumput yang bergoyang. O, betapa Tuhan menciptakan makhluk-NYA pastilah membawa manfaat dan sama sekali tak boleh diremehkan. Walau hanyalah seonggok rumput. Aku berusaha menggerak-gerakkan bibir ini untuk tersenyum manis pada rumput itu namun seprtinya ada suara-suara bising yang mengganggu kemesraanku.

“James, ayo berangkat!”, teriak keras John Kimsey dari seberang jalan yang suaranya diiringi dengan menggeber gas Harley Davidsonnya.

Brooooom…..bum! Bum…broooooom….

“Jaaaaames”

Broooooooom

Aku diam. Aku tahu itu panggilan kawanku, John Kimsey. Namun rasa-rasanya berat sekali meninggalkan kemesraanku bersama rumput ini. Tapi, aku tetaplah harus berangkat sekolah. Aku amat rindu pada senyum Allison. Aku harus sekolah!

“Ooooooooe hooooooe ayooooo! James”

“Oke! Sebentar, John!”

Aku menjawab panggilan John lebih cepat dari geberan gas Harley Davidson itu. Aku sudah menyiapkan semua properti sekolahku sejak bangun tidur dan telah berseragam usai shubuh. O, aku tak lupa cium tangan orang tua sebelum berangkat sekolah.

Broooooom…….bum! Bum……..broooooom

Tampaknya John kelamaan menungguku. Aku berlari kecil kea rah John. Opst! Muka John merah. Tak bersahabat. Aku harus menampakkan rendah hati dan meminta maaf.

“Sory banget, John”

“Yuuuuuk, cabut!”

Broooom….. bum! Broooooom…..

7 km. jarak yang relative dekat. Lha wong Harley Davidson. John Kimsey amat konsentrasi bila berkendara motor. Bagi John, seni yang membuat seluruh panca indra bekerja adalah naik motor. ±Jarak tempuh ke sekolah.

Aku merasa seperti bermain ayunan dibonceng motor ini. Segar. Begitu segarnya sampai otakku terbawa mengingat kembali pada forum liar dengan rumput tadi. Cinta itu katarsis, begitulah argument rumput tadi. Aku sama sekali tak sependapat. Bagiku, cinta adalah hasil yang dicapai akibat kecenderungan naluriah. Pendapatku karena teringat waktu dulu aku mengaji. Bahwa Al-Ghozali di dalam Ihya’ Ulum Ad-din mendefinisikan cinta sebagai kecenderungan naluri kepada sesuatu yang dirasa menyenangkan dan menentramkan jiwa. Cinta bukan sama sekali hanya kekalutan atau ketegangan perasaan semata, namun cinta mampu menumbuhkan ketentraman jiwa.

Kini aku sadar niat baik rumput, betapa ia sebenarnya berupaya menyadarkanku untuk jangan terlarut dengan perasaan ini. Aku adalah siswa yang harus tekun belajar. Aku masih duduk di bangku kelas dua SMA. Masa depanku masih panjang. Memang, cinta adalah kebutuhan, tepatnya kebutuhan naluriah. Namun belajar merupakan kewajiban bagi siswa. Akupun membuat keputusan, biarkan sajalah cinta ini mengalir apa adanya mengikuti alur-alur kehidupan. Prioritasku adalah belajar.

“Turun James!”

Aku kaget. Tanpa terasa telah sampai di sekolah. Dan John Kimsey memandangku.

“Wah! Mukamu tampak pucat pasi James, sakit ya? Bagaimana kalau aku antar kamu pulang? Nanti aku sajalah yang akan urus perizinan absen kelas. Oke!”, John bersemangat.

“Memangnya aku kenapa? Wong aku sehat-sehat begini kok! uhuks..uhuks…He…..he….he….”, sembari aku berlagak layaknya lakom film popeye is sailor.

“lha begitu dong! Senyum! Cemberut saja dari tadi”
“Kawan! Sebentar ya…aku mau ada bisnis”

“loh James! Kemana?”, teriak John, tak rela kutinggal.
Aku berlari kecil ke Mushola sekolah yang berjarak 150 m dari tempat parker. Aku mau sholat dhuha dan berdo’a untuk menstabilkan gejolak hatiku. Aku tidak mau berlarut-larut otakku ter-instal oleh data-data tentang Allison. Aku ingin bangkit dari keterpurukanku. Aku rindu pada sosokku dulu yang tekun belajar. Sosok yang selalu membusungkan dada bila berjalan. Sosok yang mampu memberikan pencerahan pada teman-teman. Kini, rasa-rasanya untuk berdiri saja sulit. O, betapa cinta membuatku tak berdaya.

Aku langsung mengambil air wudhu di Mushola. Suasana mushola putra sungguh sepi. Entah, bagaimana suasana mushola putrid? Namun biasanya mushola putri lebih ramai. Ada atmosfer yang berbeda memasuki mushola ini. Hatiku lebih tenang. Gejolak cinta ini sangat pedih bila aku harus jauh dari Tuhan. Akupun sholat dhuha yang lantas aku berserah diri pada Allah Swt.

“Ya Allah, berikanlah rupa-rupa kebaikan dengan cintaku ini. Bila memang benar-benar Allison adalah jodohku, aturlah dengan system-sistem canggih-Mu. Dan bila memang bukan engkau ciptakan dari salah satu tulang rusukku, alangkau baiknya Engkau jauhkan saja perasaan cintaku pada Allison ini.



Seremonila ini sangat berarti bagiku. Bukan artinya cintaku pada Allison tenggelam. Bukan! Namun aku merasakan cintaku ini lebih membawa ketentraman jiwa.

Usai aku ritual ini suasana mushola masih tampak sepi. Aku sempatkan diri mengintip mushola putrid sebelum pergi ke kelas. Dan, tiba-tiba saja kaki ini seperti sama sekali tidak menyentuh tanah, tangan yang kugunakan menyibak kain penutup candela mushola putri ini tiba-tiba saja gemetar. Karena dua bola mataku menemukan sesosok perempuan yang begitu dekat dengan hati ini. Saat menoleh ke wajahku perempuan itu tampak terkejut sesaat lantas senyum simpul.

“Assalamu’alaikum, Allison”, ucap salamku mesra.
“Wa’alaikum salam, eh……James, ada apa? Memang kamu tidak bersiap-siap upacara?”

“Ya, masih kurang dua puluh menit kok”

“Ayo! Jangan-jangan mau sembunyi ya….tidak ikut upacara, he……he……”

“Eh, Allison itu cantik-cantik tapi suka memprovokasi ya”

Ah! Begitu saja marah. Hati-hati saja, cepat jadi kakek-kakek!”

“tidak apa-apalah, yang penting nenek-neneknya kamu! Ha….ha…ha…”

Sungguh pertemuanku dengan Allison ini menghamburkan segala kelu kesahku. Senyumnya menaklukkan kesombonganku sebagai lelaki. Aku tak mampu lagi untuk merapal konsep-konsep rayuanku. Aku lunglai. Aku menatap matanya dengan tatapan cinta. Dan saat dua bola mata Allison merespon tatapan dua bola mataku, benar-benar aku tak sadarkan diri.

Incoming search
# cinta monyet # cinta SMA 3 # cinta anak muda

Baca tulisan yang lain :
1)                      9 CaraMenjadi Siswa Sukses

2)                      10 RamuanPembasuh Dosa

3)                      Benarkah NUIslam Nusantara?

4)                      Enigma KotaGadis

5)                      SikapMenghadapi Kemiskinan

6)                      Indonesiadan khilafah

7)                       Fuck You Trump



Tentang penulis :

Marzuki Ibn Tarmudzi, pernah mencicipi sedikit segarnya lautan ilmu di Pondok Pesantren Bahrul ‘Ulum Tambakberas Jombang, Jawa Timur. Hobinya yang suka nyorat-nyoret kertas ini dimulai semenjak nyantri. Kini, hobinya itu dituangkan di berbagai media online, itung-itung sebagai aksi dari ; “بلغوا عني ولو أية “,” sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat ”.