WACANA SEJARAH : JAS MERAH


Wacana Marzuki. Jangan sekali-kali meninggalkan (bukan melupakan) sejarah, begitu pekik Bung Karno. Sejarah merupakan kejadian yang benar-benar terjadi pada masa lalu. Sebagian orang mengatakan, belajar sejarah itu tidak perlu, sebab sejarah hanyalah hasil kesuksesan suatu rezim tertentu. Maka, kebenaran sejarah sangat dipertanyakan, antara benar dan salah. Bukan rahasia lagi, setiap rezim mempunyai penulis sejarah sendiri yang tentu ia menulis karena kepentingan. Itulah mengapa kita sukar menemukan buruknya Majapahit di Abad 13 itu. Kita hanya mendengar Gajah Mada telah menyatukan nusantara dan mempertahankan kekuasaannya dengan sistem persemakmuran. Begitu indahnya mendengar kejayaan Majapahit. Mungkin, pendapat ini terbantahkan untuk zaman sekarang, di mana kebebasan media begitu dijunjung dan dahsyatnya perkembangan teknologi informasi menjadikan tulisan bisa berbagai versi dengan berbagai analisis. Terupdate misalnya, Presiden Obama dituduh berbohong oleh wartawan investigasi, Seymour Hers tentang pernyataan Obama terkait tewasnya Osama bin Laden. (PRESIDENOBAMA BOHONG)
Menurut hemat penulis, mempelajari sejarah tetaplah penting, terlepas sejarah itu benar atau dibengkokkan oleh penulis suatu rezim tertentu, sebab dengan mempelajari sejarah kita tetap akan berbeda dengan orang yang sama sekali anti mempelajari sejarah. orang yang mempelajari sejarah tentu ia mempunyai wawasan yang luas, dan orang yang mempunyai wawasan luas akan mempunyai aura yang berbeda, ia punya percaya diri jika berbicara dengan orang lain. Bahkan jika seorang cowok atau cewek mempunyai wawasan yang luas, mereka mempunyai nilai tambah di hadapan pacarnya haheha.
Bukankah bangsa yang besar adalah bangsa yang yang menghormati jasa para pahlawannya? Jadi, bukan tanpa alasan mengapa sejarah menjadi mata pelajaran di Sekolah. Mengapa setiap rezim mempunyai penulis sejarah? Dan, bukankah sebuah teori mengutarakan, sejarah adalah teladan bagi kehidupan manusia, karena sejarah mengajarkan nilai-nilai dan norma-norma yang bisa dijadikan pedoman bagi kehidupan manusia. Orang bangsa Romawikuno mengatakan, historia vitae magistra, yang artinya, sejarah merupakan guru bagi kehidupan. Faktanya, orang sedunia kini pada berguru sama orang-orang Romawi kuno, bukan?
Oke, oke, di bawah ini saya akan memaparkan tentang manfaat belajar sejarah, yang ini saya kutip dari Louis Gotschalk dan NugrohoNotosusanto, ada 6 menurutnya;
1. Edukatif
“Pengalaman adalah guru yang paling baik”, begitu ungkapan orang bijak. Kejadian masa lalu yang bisa kita jadikan pelajaran untuk kehidupan di masa yang akan datang. Dengan belajar sejarah kita akan bisa menganalisa, bagaimana kehidupan mereka sehingga bisa mencapai titik puncak tertentu, atau sebaliknya. Hal itu merupakan edukatif, yang bisa menjadi bahan renungan bagi para pembelajar sejarah.
Kita bisa mengambil pelajaran tentang kearifan lokal misalnya, itu bisa kita telongok bagaimana masyarakat kepulauan Aru bisa menyakralkan binatang-binatang besar seperti ikan hiu, ikan paus maupun burung-burung goal-goal. Menurut mereka, yakni orang-orang di masyarakat Aru ternyata mereka percaya bahwa dulunya binatang-binatang besar itulah yang telah membantu penyebaran penduduk, akibat suatu bencana alam orang-orang berpencar dan binatang-binatang besar itu ikut menolong orang-orang itu, sehingga kepulauan Aru itu bisa berpenghuni. Jadi, masyarakat Aru merasa berhutang budi kepada binatang-binatang besar itu, sebab telah menjadi kendaraan bagi mereka.
Keadilan, juga adalah sifat yang bisa kita pelajari dari sejarah. Bagaimana effect keadilan terhadap suatu masyarakat. Tentang keadilan kita bisa belajar dari sebuah KerajaanKalingga yang pernah berdiri di antara Kabupaten Pekalongan dan KabupatenJepara untuk ukuran sekarang. Konon kerajaan itu berdiri sebelum era NabiMuhammad Saw, di Makkah. Kerajaan Kalingga bercorak agama Hindu. Kalingga terkenal dengan keadilan dan kebenaran tanpa pandang bulu. Ratu Shima mendidik masyarakatnya untuk berbuat jujur dan bertindak keras terhadap orang yang mengambil barang yang bukan haknya. Menurut cerita, Ratu Shima menerapkan hukuman potong tangan bagi para pencuri, sehingga rakyat Kalingga hidup aman, tentram tanpa ada kasus pencurian.
Cerita mengenai Kerajaan Kalingga terdengar ke negeri-negeri lain, hingga ada seorang raja dari seberang yang penasaran tentang cerita itu. Rasa penasaran raja itu ingin diobatinya, yakni dengan menguji kebenaran cerita itu. Akhirnya raja seberang itu menyuruh prajuritnya untuk meletakkan sekantung emas di persimpangan jalan dekat pasar. Hasilnya, sekantung emas itu sama sekali tidak ada yang menyentuhnya. Raja seberang itu geleng-geleng kepala melihat perilaku masyarakat Kalingga yang takut menyentuh sekantung emas itu dan begitu taatnya pada undang-undang kerajaan.
Baru setelah tiga tahun, sekantung emas itu ada yang menendang-nendangnya dan itu tak lain adalah putra dari Ratu Shima sendiri. Ia menendang-nendangnya sembari mengatakan bahwa masyarakat Kalingga tidak akan naksir untuk memilki dengan sekantung emas itu. Kabar tentang perilaku putra Mahkota itu akhirnya terdengar juga sampai di telinga Ratu Shima dan akhirnya putra Mahkota itu mendapat hukuman potong kaki. Begitulah, keadilan yang diterapkan oleh Ratu Shima membuat rakyatnya aman dan sentosa.
2. Inspiratif
Kita sebagai bangsa Indonesia memang harus bangga, sebab di Indonesia terdapat bangunan bersejarah yang bernilai seni yang agung dan kecanggihan teknologi tinggi yang melebihi jamannya, yakni Candi Borobudur, Candi Prambanan dan banyak lainnya. Bagaimana tidak  disebut melebihi kecanggihan teknologi pada zamannya? Lha wong hingga kini di abad 21 bangunan itu masih kokoh tak tertandingi, sementara rata-rata bangunan orang sekarang paling banter cuman bertahan 1 abad.
Selain itu, bangunan sejarah itu juga mampu memberikan inspirasi bagi orang-orang sekarang, tentu bagi mereka yang mau membuka lembaran-lembaran sejarah. karya-karya sejarah seperti; tembok raksasa Cina, TajMahal, Piramida Giza, dan lain sebagainya, yang berdiri hingga ribuan tahun merupakan inspirasi yang tak pernah padam. Orang-orang pernah melihat bangunan-bangunan itu pasti akan teringat dengan sejarahnya dan kemudian menjadi inspirasi hebat. Inspirasi akan muncul sesuai temperatur orangnya; jika seorang penyair mungkin akan mendapat inspirasi tentang yang akan akan diungkapkan, jika seorang arsitek mungkin akan mendapat pencerahan terhadap gaya bangunan, jika seorang yang sedang patah hati bisa saja ia akan tumbuh kekuatan dalam diriya sebab melihat kekokohan bangunan itu yang tidak mudah layu oleh virus-virus zaman eh..eh..arrGh
Agar mendapatkan inspirasi sejarah biasanya para motivator menceritakan kehebatan seseorang, entah kesabaran, keuletan, kegigihan seseorang supaya ditirunya, kalau dia bisa kita harus bisa.
Jika anda ingin menjadi penulis hebat, maka anda harus terus menjaga semangat dan terus berlatih bagaimanapun situasi dan kondisi yang anda alami. Anda akan terhenyak membaca perjuangan Pramoedya Anantatoer, di mana jeruji besi tidak mampu memadamkan semangatnya dalam menulis. Ya, penjara tak membuatnya patah arang dalam menulis. Baginya, menulis adalah tugas pribadi dan nasional. Dan beliau konsekuen terhadap semua akibat yang ia peroleh. Berkali-kali karyanya dilarang dan dibakar. Namun, kegigihannya membuahkan hasil. Beliau adalah peraih: The Pen Freedom-to-write Award pada 1998, Ramon Masasay Award pada 1995, Fukuoka Cultur Grand Price, Jepang pada tahun 2000, tahun 2003 mendapatkan penghargaan The Norwegian Authors Union dan tahun 2004 Pablo Neruda dari Presiden Republik Chile Senor Ricardo Lagos Escobar. Sampai akhir hidupnya, ia adalah satu-satunya wakil Indonesia yang namanya berkali-kali masuk dalam daftar Kandidat Pemenang Nobel Sastra.
3. Instruktif
Instruktif atau pengajaran dalam mempelajari sejarah itu bisa kita dapatkan dengan merenungi bagaimana kronologi sejarah itu, niscaya kita akan mendapatkan pencerahan tentang kerja hukum sebab akibat, juga tentang dinamika, perubahan, perkembangan, dan banyak hal hingga kasus destruktif dan intervensi sejarah.
Setelah saya membaca tulisan-tulisan tentang sejarah Singosari misalnya, saya bisa mengambil suatu “instruktif”, betapa harta, tahta, dan wanita memang momok yang perlu diwaspadai, sebab itu godaan terbesar bagi seorang pria. Bagaimana tidak? Tragedi kudeta Ken Arok atas Tunggul Ametung itu menurut saya tidak bisa lepas dari tiga faktor itu. Itu pelajaran yang saya dapat, mungkin anda bisa mendapat instruktif yang berbeda dengan saya.
Membaca perjalanan Ken Arok, itu juga motivasi bagi para pemuda. Jangan minder jika anda adalah anak orang kecil, sebab Ken Arok pun juga bukan siapa-siapa namun ia bisa menjadi orang besar, karena kegigihannya dalam mendapatkan cita citata, eh..maksudku cita-cita, di mana zaman itu masyarakat terbagi menjadi 3 kasta; Brahmana, Satria danSudra. Dan Ken Arok dari sudra bermetamorfosis menjadi Brahmana yang Satria, tentu itu tidak lepas dari peran gurunya, Brahmana Loh Gawe.
Kekerasan bukan good solution. Pembunuhan yang dilakukan Ken Arok terhadap Tunggul Ametung justru pemicu terhadap pembunuhan berikutnya. Saya tidak berbicara kutukan Empu Gandring yang katanya keris itu akan menewaskan 7 orang, sebab sejarah berbicara keris itu tidak sampai menewaskan 7 nyawa. Tragedi pembunuhan antar saudara di Singosari bukan sebab kutukan Empu Gandring namun ulah pembunuhan Ken Arok atas Tunggul Ametung. Toh, kalau percaya kutukan, kutukan Empu Gandring pun keluar dari mulutnya sebab kekerasan yang dilakukan oleh Ken Arok sendiri.
Membaca Singosari menurut Pramodya Ananta Toer dalam NovelArok Dedesnya,  adalah percaturan politik yang sengit. Politik itu penuh intrik. Politik itu menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kekuasaan. Kudeta Ken Arok terhadap pemimpin Tumapel itu adalah tragedi kudeta pertama di tanah jawa. Kudeta politik yang halus nan rapi. Ken Arok bukan hanya berandal namun ia adalah pemimpin pergerakan bawah tanah, dengan legitimasi para Brahmana. Gerakan makarnya bernama Gerakan Empu Gandring, yang dengan kecerdikannya mampu menggulingkan Akuwu Tumapel, Tunggul Ametung. Kudeta berdarah-darah namun otak pelakunya justru disanjung-sanjung, bahkan diangkat menjadi pemimpin. Ya, membaca sejarah singosari dari kaca mata novel itu, kita akan mendapat instruktif betapa politik itu penuh telikungan, sarat kepentingan, tiada lawan dan kawan yang ada tujuan.
4. Rekreatif
Sewaktu saya masih duduk di kusamnya bangku sekolah dasar, menjelang kelulusan dulu saya sekelas mengadakan study tour ke Candi Borobudur di Magelang itu. Kegiatan itu merupakan program rutin SD saya setiap tahun. Saya gembira bukan main karena itu pertama saya berwisata ke Candi Borobudur. Saya gembira bisa melihat bangunan sebesar itu yang konon telah ber abad-abad berdiri. Saya belum mengerti apa itu study tour. Saya belum mengerti betapa berwisata peninggalanan sejarah mampu menggugah pikiran saya tentang edukatif, inspiratif, instruktif, pelajaran politik, atau pelajaran masa depan. Bagiku, berwisata sejarah sangat menghibur, rekreatif
Benarkah Candi Borobudur peninggalan Nabi Sulaiman? Baca
Begitu pula ketika saya tinggal di Surabaya beberapa bulan yang lalu, di akhir pekan saya biasanya jalan-jalan ke Tugu Pahlawan, sekedar merefresh kesuntukan menikmati secangkir kopi sembari melihat-lihat Tugu Pahlawan. Itu sembuat saya menyegarkan dan menghibur. Kalau anda pigimane?
Menyegarkan pikiran di tempat-tempat besejarah adalah kegemaran orang-orang yang ahli pikir biasanya; guru, dosen, seniman, intelektual, arkeolog. Sebab mengunjungi tempat-tempat seperti itu mampu menyegarkan otak mereka ditengah kesibukan dan kepenatan karena tempat-tempat bersejarah mampu memberi ketanangan, tentu berbeda dengan berwisata di pantai, tempat-tempat  perbelanjaan, TMII, Ancol, Jatim Park yang terkesan riuh, gaduh, dan sulit merefresh, memberi kenyamanan bagi ahli-ahli pikir. Atau kalau bisa memberi ketenangan biasanya melewatkan bersama keluarga. Jadi, keluarga bahagia semua jadi bahagia.
Ow, siapa orang yang tak berkeinginan rekreasi ke Tembok Raksasa Cina peninggalan dinasti Ming itu. Konstruksi yang terstruktur dengan dahsyat sepanjang 8.851 km. Bahkan pengunjung akan makin tercengang melhat keindahan di bertemunya Laut Bohai dekat Shanghaiguan di Kota Qinhuangdao sekitar 300 km sebelah timur Beijing. Di situ adalah tempat bermula atau berakhir tembok raksasa Cina (tergantung memandang) dan dari situ bisa melihat terbentangnya Danau Lop  di bagian barat, sepanjang setengah lingkaran yang terbentang di tepi selatan Mongolia. Ya, begitu asyiknya berkunjung ke tembok besar raksasa Cina yang terdiri dari 7 bagian utama; Muara Kota Batu, Menara Cenghai, Vihara  Nereus, Menara Suar jinglu, Lintasan Nanhaikohu, Kota Ninghai dan tembok Binhai.
Saya yakin anda akan terhibur pergi ke Tembok Raksasa Cina, apalagi kalau anda muslim bisa pergi ke Makkah sebagai wujud; Ibadah juga Wisata yang menyegarkan jasmani dan rohani.
5. Pendidikan Politik
Sekolah mengajarkan sejarah, sedangkan pelajaran sekolah merupakan kurikulum yang telah ditetapkan pemerintah. Kebijakan pemerintah tiada lepas dari kebijakan politik.
Ini persis di prolog tulisan ini, bahwa sejarah biasanya tak lepas dari karya suatu pemerintahan tertentu. Dulu, sewaktu saya sekolah dasar diajarkan tentang sejarah G30S/PKI, Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia, dimana Partai Komunis Indonesia yang berupaya merobohkan Pancasila untuk diganti dengan ideologi komunis layaknya Koreautara, Cina, Uni Soviet, Kuba, Vietnam  saat itu. Ideologi yang dicanangkan oleh KarlMark dan Lenin itu akan mengganti Pancasila, begitu kata buku sejarah yang dulu saya baca. (Maaf bo'ong, mana mungkin saya mengerti beginiian ketika di bangku Sekolah Dasar, taunya jg kelereng)
Saya mengenyam sekolah dasar mulai tahun ajaran tahun 1993 hingga lulus tahun 1999. Tentu itu adalah masa kekuasaan Presiden Soeharto, yang berupaya mengubur keburukannya atas kudeta Presiden Soekarno.
Tragedi Supersemar yang saya pelajari dulu menggambarkan Soeharto seperti Pahlawan atas carut marutnya negeri ini. Sekarang, mengapa sejarah berbicara lain? Kini, ahli-ahli sejarah mengungkap kebejatan Soeharto demi kekuasaan dan kelanggengan kekuasaannya.
Pembekokan fakta sejarah ini tentunya juga berlaku di negeri-negeri lain. Pengaburan sejarah biasanya terjadi di negara-negara bekas jajahan. Banyak sejarah yang dikaburkan oleh kolonial untuk membodohkan masyarakat negara jajahannya. Dulu, Samudra Pasifik bernama Lautan Teduh, ini bertujuan untuk mengaburkan sejarah Nusantara, yang dulunya adalah jalur strategis perdagangan dunia. Lautan Teduh yang dalam bahasa Indonesia artinya lautan nyaman, tentram. Lautan itu dinamai teduh, bahasa melayu yang itu cikal bakal bahasa Indonesia, ini sebagai bukti dominasi politik pulau Nusantara atas negara-negara sekitarnya.
Kok bisa berubah dari Lautan Teduh menjadi Samudra Pasifik, siapa yang merubahnya? Tentu saja yang merubahnya adalah armada laut sebuah bangsa yang telah menjajah lautan seluas sepertiga bumi itu.
Penjajah ingin menghilangkan bukti sejarah atas negara jajahannya supaya mereka pesimis terhadap nenek moyangnya. Betapa banyak bukti-bukti sejarah di Indonesia yang hilang. Kemana kemegahan Kerajaan Majapahit yang konon masyhur seantero Asia?
Ayo, terbit kembali gajah mada-gajah mada baru!
6. Pendidikan masa depan
Apakah sejarah bisa terulang kembali? Menurut saya bisa saja jika Tuhan menghendaki. Terpenting adalah kita bisa mengambil pelajaran dari sebuah kejadian. Jepang mampu mengambil pelajaran dari sebuah gempa untuk membuat alat canggih untuk menanggulangi gempa jika sewaktu-waktu terjadi lagi. Diantaranya ilmuwan Jepang membuat karya rumah kardus. Menurut Noboru Nomura, Konsulat Jendral Jepang, membuat rumah kardus sangat mudah dan cepat sebab hanya membutuhkan ketrampilan origami. Rumah Kardus ini beratnya ringan sehingga tidak membahayakan nyawa ketika terjadi gempa susulan. Arsitek Jepang juga membuat truk besar yang di dalamnya didesain layaknya rumah sehingga ketika terjadi gempa dan bencana truk tadi bisa cepat menutup dalam waktu 260 detik. Massa truk berat sehingga bila diterpa angin atau ombak truk itu tetap aman. Begitulah Jepang belajar dari sejarah untuk pelajaran dimasa yang akan datang.
Menutup tulisan ini, saya akan mengutip dari AzyumardiAzra, bahwa sejarah itu tidak harus menengok waktu yang telah kelam apalagi masa  lalu yang tampak jauh sekali. Sebaliknya, sejarah itu ada yang berlanjut ke zaman sekarang yang biasa disebut dengan kontemporer, dan bahkan hari ini yang telah terjadi itu juga sejarah.
Banyak peristiwa sejarah sejarah masa lalu yang punya dampak hingga hari ini yang sulit disingkirkan. Maka kejadian masa lalu adalah akar kejadian masa kini. Yang ini kadang terjadi pada siswa dasar yang berujung di masa yang akan datang. Ada ungkapan Prancis,”histoire serepete” sejarah mengulangi dirinya sendiri. Tentang ungkapan ini, pengertiannya tentu bisa berbeda tafsir. Terpenting lagi, sejauh mana kita mau menjadikan sejarah sebagai monumen bersejarah yang cukup dijadikan pelajaran.
Konon, sapi saja tidak akan mengulangi kesalahan di tempat yang sama yang membuatnya pernah terpeleset. Al-hasil mengingat sejarah bukan hanya romantisme dan menyalakan bara api namun juga merasakan kepahitan. Dan seringkali kepahitan membawa bara dendam yang panas dan membakar emosi yang berujung dendam sejarah yang tak bisa dilupakan meski bisa dimaafkan. Solusi meredam dendam sejarah memang meski dengan mengkaji kembali benar atau salah sejarah itu. Dan, siapa yang seharusnya bertanggung jawab?
Mengutip ucapan Bung Karno lagi, JAS MERAH!
Nb: Selama ini Jas Merah diarikan, jangan sekali-kali melupakan sejarah, ternyata itu diklarifikasi Mas Guruh, yakni: jangan sekali-kali meninggalkan sejarah. Baca

Tentang penulis :

Marzuki Ibn Tarmudzi, pernah mencicipi sedikit segarnya lautan ilmu di Pondok Pesantren Bahrul ‘Ulum Tambakberas Jombang, Jawa Timur. Hobinya yang suka nyorat-nyoret kertas ini dimulai semenjak nyantri. Kini, hobinya itu dituangkan di berbagai media online, itung-itung sebagai aksi dari ; “بلغوا عني ولو أية “,” sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat ”.