Laporan Hari ke-4 dari Tebuireng Jombang
Oleh: Marzuki Bersemangat
JOMBANG - suasana dari pemakaman Bani Hasyim Tebuireng Jombang (2/1/2010) peziarah meningkat pesat dari kemarin. Hari keempat meninggalnya KH. Abdurrohman Wahid ini peziarah semakin memadati Pond. Pest. Tebuireng. Peziarah datang pergi dengan rombongan dan sebagian kecil datang perorangan. “Sendirian aja, Mas”, jawab salah satu peziarah saat kami tanya. Umumnya rombongan berseragam sehingga dapat dibedakan secara jelas antara rombongan dan perorangan.
Susunan acara do’a bersama ba’da isya’ berjalan sebagaimana kemarin; membaca suroh Yasin, Tahlil, sambutan atas nama keluarga yang sebelum ditutup dengan do’a.
Sambutan atas nama keluarga diisi oleh KH. Sholahuddin Wahid. Beliau bercerita bahwa antara KH. Hasyim Asy’ari pendiri NU dan KH. Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah sama populernya ketika di dunia. Namaun di akhirat KH. Hasyim Asy’ari yang lebih popular. Alasannya, karena banyak sekali yang membacakan Al-Fatihah kepada Mbah Hasyim disambut gemuruh tawa oleh peziarah.
KH. Sholahuddin Wahid juga menyampaikan bahwa tadi siang banyak wartawan yang bertanya perihal peziarah. “Gus, gimana kok banyak peziarah yang mengambil tanah makam untuk berobat sakit perut?” kata Gus Sholah menirukan wartawan yang bertanya pada tadi siang. “Ya, boleh saja, yang tidak boleh itu kalau buat obat sakit mata” kata Gus Sholah.
“Presiden SBY kemarin menyebut Gus Dur adalah bapak pluralisme Indonesia. Lho gek pluralisme iku yo opo?” kata Gus Sholah yang disambut gelak tawa hadirin. Pluralisme itu majemuk. Majemuk itu bermacam-macam. Indonesia ini ada bermacam-macam etnis, suku, ras, agama dll. Gus Dur mampu nyaman bagi siapapun yang ingin mencari perlindungan. Bahkan Bingky Irawan, pemuka agama Konghucu akan mengusulkan kepada Majelis Tinggi Agama Konghucu (Matakin) untuk memasukkan hari wafatnya Gus Dur (30 Desember) kepananggalan Matakin. Dimana Gus Dur si Bapak Tionghoa Indonesia, mencabutinpress yang memarginalkan etnis Tionghoa, lewat keppres RI No 6/2000.
Setelah acara do’a bersama penta’ziah bisa menikmati enaknya makan soto yang dihidangkan didepan Masjid Pond. Pest. Tebuireng itu. Kami sampai hajar 3 porsi soto. Ah…..!!!!
Susunan acara do’a bersama ba’da isya’ berjalan sebagaimana kemarin; membaca suroh Yasin, Tahlil, sambutan atas nama keluarga yang sebelum ditutup dengan do’a.
Sambutan atas nama keluarga diisi oleh KH. Sholahuddin Wahid. Beliau bercerita bahwa antara KH. Hasyim Asy’ari pendiri NU dan KH. Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah sama populernya ketika di dunia. Namaun di akhirat KH. Hasyim Asy’ari yang lebih popular. Alasannya, karena banyak sekali yang membacakan Al-Fatihah kepada Mbah Hasyim disambut gemuruh tawa oleh peziarah.
KH. Sholahuddin Wahid juga menyampaikan bahwa tadi siang banyak wartawan yang bertanya perihal peziarah. “Gus, gimana kok banyak peziarah yang mengambil tanah makam untuk berobat sakit perut?” kata Gus Sholah menirukan wartawan yang bertanya pada tadi siang. “Ya, boleh saja, yang tidak boleh itu kalau buat obat sakit mata” kata Gus Sholah.
“Presiden SBY kemarin menyebut Gus Dur adalah bapak pluralisme Indonesia. Lho gek pluralisme iku yo opo?” kata Gus Sholah yang disambut gelak tawa hadirin. Pluralisme itu majemuk. Majemuk itu bermacam-macam. Indonesia ini ada bermacam-macam etnis, suku, ras, agama dll. Gus Dur mampu nyaman bagi siapapun yang ingin mencari perlindungan. Bahkan Bingky Irawan, pemuka agama Konghucu akan mengusulkan kepada Majelis Tinggi Agama Konghucu (Matakin) untuk memasukkan hari wafatnya Gus Dur (30 Desember) kepananggalan Matakin. Dimana Gus Dur si Bapak Tionghoa Indonesia, mencabutinpress yang memarginalkan etnis Tionghoa, lewat keppres RI No 6/2000.
Setelah acara do’a bersama penta’ziah bisa menikmati enaknya makan soto yang dihidangkan didepan Masjid Pond. Pest. Tebuireng itu. Kami sampai hajar 3 porsi soto. Ah…..!!!!
Maaf posting terlambat
Bumi Astrada Jombang Tercinta