WACANAMARZUKI. Qolbu biasanya didefinisikan gumpalan darah
yang terletak di dalam dada “shudur”,
yakni sebuah tempat yang akan memunculkan bintik hitam manakala berulah tak
baik. Dan sebaliknya, qolbu akan memancarkan cahaya putih manakala berulah
kebaikan. Dengan potensi itulah, qolbu mampu mengendalikan aktif dan
menonaktifkannya bakat sam`a, faqih, abshor, fuad dan akal. Betapa
besar kekuatan qolbu. Sebab disitulah semua kinerja sam`a, faqih, abshor, fuad
dan akal yang bekerja saling connection.
Dimana, sebuah transformasi ilmu harus memasuki proses fase demi fase di qolbu
itu. Ilmu inilah yang akan digerakkan oleh nafsu sehingga berbentuk amal
perbuatan (kejahatan atau kebajikan). Nah, qolbu out putnya adalah perbuatan itu. Jika perbuatannya buruk, maka perbuatan
itulah yang menyebabkan kondisi qolbu menjadi gelap.
“Sesungguhnya dalam tubuh manusia terdapat
segumpal darah, yang apabila baik, maka baik pula seluruh tubuhnya, dan apabila
jelek, maka jelek pula seluruh tubuhnya. Itulah qolbu”
(Tips menjadi sales online. Baca)
Banyak
dampak bagi seseorang yang telah gelap qolbunya. Terpenting, bagi seseorang
yang qolbunya telah tertutupi kegelapan ia akan sulit menerima kebenaran dari
Allah. “Yang apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata: “Itu adalah dongengan orang-orang yang
terdahulu” (QS. Al-Muthofifin[83]: 13). Penyebab mereka sulit menerima
ayat-ayat Allah adalah dampak perbuatan mereka sendiri. “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka
usahakan itu menutup hati mereka” (QS. Al-Muthofifin[83]: 14).
Sebelum
saya mengurai tentang 6 FAKTOR YANG MENYEBABKAN RUSAKNYA QOLBU, saya akan
menuliskan tarjamah indonesia (versi Depag) dari ayat-ayat Al-Qur’an yang
menyebabkan Qolbu menjadi sakit.
(Cara belajar bahasa Mandarin. Baca)
1.
Karena tabiat asli (watak).
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan
amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk
memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah
amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.
(QS. Al-Ahzab[33]: 72).
2.
Karena keberhasilan, benar,
kelebihan, kemenangan.
Allah berfirman: “Apakah yang
menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu aku menyuruhmu?” Menjawab
iblis: “Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia
Engkau cipatakan dari tanah”. (QS. Al-A`roof[7]: 12).
(Melahirkan Fatin Shidqia lagi. Baca)
3.
Karena kegagalan, salah, kekurangan,
kekalahan.
Ceritakanlah kepada mereka kisah
kedua putera Adam (Habil dan Qobil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya
mempesembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua
(Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qobil). Ia berkata (Qobil): “Aku
pasti membunuhmu!”. Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban)
dari orang-orang yang bertakwa”. “Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu
kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku
kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru
sekalian alam.” (QS. Al-Maidah[5]: 27-28)
4.
Tidak mempergunakan akalnya.
Sesungguhnya binatang (makhluk) yang
seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah orang-orang yang pekak dan tuli yang
tidak mengerti apa-apapun. (QS. Al-Anfal[8]: 22)
Setelah
kita mengetahui timbulnya penyakit hati, saya akan memaparkan 6 FAKTOR YANG
MENYEBABKAN RUSAKNYA QOLBU. 6 faktor ini saya adopsi dari kitab nashoihul
`ibad, karya Syekh Muhammad Nawawi Ibnu Umar Al-Jawi. Dalam penjelasannya, saya
berusaha menggunakan referensi AL-QUR`AN AL-KARIM.
(Disiplin ilmu untuk karir. Baca)
1.
Sengaja berbuat dosa dengan harapan
dapat tobat.
Ini
mengingatkan sebuah cerita tentang Perjalanan Spiritual Kyai Barseso. Ia kagum
dengan seseorang yang mengaku muridnya. Padahal murid itu adalah Iblis yang
sengaja berwujud manusia dan menyusup di lingkungan kehidupan Kyai Barseso.
Murid itu memperlihatkan perilakunya yang sangat tampak religius sehingga
membuat decak kagum sang Kyai itu. Lantas, Kyai itu bertanya pada murid itu,
tentang apa kiat-kiatnya sehingga bisa beribadah sedemikian dahsyatnya. Iblis
yang menyamar menjadi iblis itupun memberikan tip. Yakni, sang Kyai harus
melakukan kejahatan dulu baru bisa beribadah dengan fokus. Sebab taubat karena
penyesalan yang dalam akan lebih bisa membuat seseorang menjadi lebih fokus dan
sungguh-sungguh, begitulah iblis itu berargumentasi. Sang Kyai terperdaya
dengan gombalan iblis itu. Dan di akhir cerita Kyai itu mati dalam melakukan
kejahatannya.
Seseorang
yang sengaja berbuat dosa dan dengan harapan dapat bertaubat; Pertama, apakah
ia tidak menyadari bahwa kematian bisa datang kapapun dan dimanapun. Sebab
kematian menjemput adalah tidak ada yang tahu.
Sesungguhnya Allah, hanya pada
sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan
hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat
mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada
seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS.
Luqman[31]: 34)
(Tantangan Pendidikan dan Solusinya. Baca)
Kedua,
taubat bukanlah rencana namun taubat harus benar-benar dilakukan. Sebab taubat
yang diterima oleh Allah adalah Taubatan Nasuha.
Hai orang-orang yang beriman,
bertaubatah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan
Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga
yang mengalir di bawahnya sunga-sungai, pada hari ketika Allah tidak
menghinakan Nabi dan orang-orang yang berima bersama dengan dia; sedang cahaya
mereka memancar dihadapan dan disebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan:
“Ya Tuhan kami, sambil mereka mengatakan: “Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi
kami cahaya kami dan ampunillah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas
segala sesuatu”. (QS. At-Tahriim[66]: 8).
(Cara Membuat resume. Baca)
2.
Menuntut ilmu namun tidak
mengamalkannya.
Dulu
ketika saya mengaji kitab ta`lim muata`allim, di tengah-tengah menahan rasa
kantuk saya mendengar ustadz saya mengatakan,”tolabul ilmi faridhotun `ala kulli muslimin wa muslimatin”. Mencari
ilmu itu wajib bagi bagi setiap orang islam laki-laki dan perempuan. Lantas,
ustadz itu juga menjelaskan bahwa hanya ilmu yang berkaitan dengan peribadatan
dengan Tuhan yang wajib dipelajari. Seperti sholat, puasa, zakat, haji.
Sedangkan ilmu-ilmu yang diluar pembahasan itu adalah berhukum sunnah.
Lantas,
mengapa menuntut ilmu jika tidak diamalkan?
Pertama,
mencari ilmu sebab cari gengsi. Jadi seorang murid yang rajin belajar siang dan malam namun tujuannya hanya
karena cari gengsi. Dia sudah cukup puas dengan predikat atau gelar sebagai
orang intelektual. Maka, pujian dari orang lain sudah cukup menjadi tujuan
pencariannya. Kedua, mencari ilmu karena untuk karier. Siang malam belajar,
melakukan penelitian kemudian mengerjakan tesis dan tujuannya adalah supaya
menaikkan jenjang karier. Saya tidak akan membuat banyak jawaban untuk saya
tulis. Namun intinya, ketika mencari ilmu namun tidak diamalkan berarti hatinya
memang sudah kotor. Hatinya telah tertutupi noda hitam sehingga mata hatinya
sudah tidak mampu melihat keindahan pengabdian kepada Allah Swt. Makanya, dalam
Al-Qur’an 58:11, iman dan ilmu yang mendapat perhatian Allah untuk diangkat
derajatnya. Menurutku, keduanya harus berdampingan.
(5 hal yang membuat gigi berdarah. Baca)
Lantas,
apa dampak orang berilmu namun tidak mengamalkan ilmunya?
Nah,
ini juga mengingatkan saya pada kitab ta`lim
muta`allim yang indah itu. Di sana disebutkan, bencana terbesar dalam ilmu
adalah, orang alim yang berbuat kefasikan. Namun bencana yang lebih besar dari
itu, orang bodoh yang beribadah.
Tidak
mengurangi rasa hormat saya pada Mushonif kitab Ta`lim Muta`allim. Menurut
saya, justru orang berilmu yang berbuat kefasikan akan mempunyai dampak yang
lebih besar pada masyarakat luas. Sebab orang yang berilmu biasanya lebih
banyak dikenal. Sehingga ketika orang itu melakukan perbuatan tercela justru
orang akan mencatatnya dan bisa digunakan referensi. Sebaliknya, orang bodoh
yang sudah dikenal karena kebodohannya, orang akan memaklumi dalam setiap gerak
nadinya. Sekali lagi, pendapat saya tidak mengurangi rasa hormat saya pada
pengarang kitab ta`lim muta`allim. Wa ila hadroti ila mushonif kitab ta`lim
muta`allim, Alfatihah……..
3.
Beramal namun tidak ikhlas.
Apa
sih ikhlas itu?
Jawabannya,
lebih baik kita mentadabburi ayat-ayat ini,
“orang-orang yang menafkahkan
hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang
dinafkahkannya itu dengan tidak menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti
(perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala disisi Tuhan mereka. Tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tida (pula) mereka bersedih mati”.
(QS. Al-Baqoroh[2]: 262.
Tiada yang mereka nanti-nantikan
melainkan datangnya Allah dan malaikat (pada hari kiamat) dalam naungan awan,
dan diputuskanlah perkaranya. Dan hanya kepada Allah dikembalikan segala urusan.
(QS. Al-Baqoroh[2]: 210)
Sesungguhnya Kami telah memberikan
kepadamu ni`mat yang banyak. Maka dirikanlah sholat karena Tuhanmu dan
berkobanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.
(QS. Al- Kautsar[108]: 1-3)
Dan janganlah kamu mengatakan
terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan
(sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya. Dan sungguh akan
Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan
harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang
yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa mushibah, mereka
mengucapkan “Innaa lillahi wa innaa ilaihi rooji`uun”.
(QS. Al-Baqoroh[2]: 154-156)
(Mengapa indonesia menerapkan hukuman mati? Baca)
Lantas,
mengapa amal yang tidak ikhlas bisa merusak qobu?
Ikhlas
atau tanpa pamrih, bisa menjernihkan hati sebab ia hanya bertauhid kepada Allah
Swt. Sebaliknya, beramal dengan pamrih berarti ia masih belum bisa
mengaplikasikan dalam dirinya,”laa ilaha illa Allah”. Orang ini harus banyak
belajar tentang tauhid. Kembalikan segala problematika kepada Allah saja.
Tiada yang mereka nanti-nantikan
melainkan datangnya Allah dan malaikat (pada hari kiamat) dalam naungan awan,
dan diputuskanlah perkaranya. Dan hanya kepada Allah dikembalikan segala urusan.
(QS. Al-Baqoroh[2]: 210)
Kelebihan
orang yang ikhlas dalam beramal adalah orang itu tidak bisa diganggu syetan. Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab
Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka
memandang baik (perbuatan ma`siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan
mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis diantara mereka”. (QS.
Al-Hijr[15]: 39-40).
4.
Makan rezeki dari Allah Swt, namun
tidak bersyukur.
Bersyukur
itu penting. Sebegitu pentingnya, karena dalam pergaulan manusia ucapan terima
kasih itu menandakan anda menghargai sesama. Iyya, Allah itu berbeda dengan
makhluk “mukholafatul lil hawadits”.
Namun, wujud syukur anda dengan Allah adalah pertanda adalah hamba yang
benar-benar mengabdi kepada Allah Swt. “ fakuluu mimmaa rozaqokum Allahu halaalan
toyyiban wasykuruu ni`matallahi inkuntum iyyahu ta`buduun”,”Maka makanlah yang
halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah
ni`mat Allah jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah”. (QS.
An-Nahl[16]: 114). Seorang hamba yang
tidak bisa mengendalikan dirinya untuk bersyukur kepada Allah adalah karena ia
masih merasa kurang terhadap apa-apa yang telah Allah berikan kepada hamba itu.
Padahal, mampukah kita menghitung ni`mat-ni`mat Allah Subhanahu wa Ta`ala?
Wujud
syukur seorang hamba pada Roob-Nya tak lain adalah untuk kebaikan dirinya. “waman
syakaro fainnama yasykuru linafsihi waman kafaro fainna robbi goniyyun kariim”,”Dan
barangsiapa yang besyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan)
dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha
Kaya lagi Maha Mulia (QS.
An-Naml[27]: 40). Namun, sebaliknya ketika manusia tidak sudi bersyukur pada Robb-Nya,
justru merugikan nasibnya sendiri.
“Wa
idz ta adzanna robbukum lain syakartum la aziidannakum wa lainkafartum inna
`adzabi lasyadiid”,”Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mema`lumkan:
“sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni`mat-Ku), maka
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS.
Ibrohim[14]: 7).
Allah
menambah rezeki bagi manusia yang mau bersyukur kepada Allah. Namun sebaliknya
Allah menghukum bagi manusia yang tak sudi bersyukur. Orang yang tidak mau
bersyukur atas kenikmatan yang telah diberikannya adalah pangkal kesengsaraan
dirinya. Ia akan semakin tersiksa sebab tidak bisa memandang cukup dengan apa
yang ada. Ia merasa kurang dan kurang. Maka, rezeki yang banyak bisa jadi bukan
nikmat malahan menjadi laknat.
Selain
Allah menambah rezeki bagi manusia yang syakirun,
yakni orang yang bersyukur. Allah Subhanahu wa Ta`ala juga tidak akan menyiksa
orang yang bersyukur dan orang yang beriman. “ma yaf`alu allahu bikum in
syakartum wa amantum wakaana allahu syakiraan `aliimaa,”Mengapa Allah akan
menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri
lagi Maha Mengetahui”. (QS. An-Nisaa[4]: 147).
5.
Tidak rela dengan bagian dari Allah.
Allah
Swt telah menyediakan bumi seisinya kepada manusia. Di dalamnya Allah hamparkan
sumber makanan. Sehingga hanya kemalasan yang membuat manusia tidak mendapatkan
makan. “wa ja`ala fiiha rowaasiya min fauqihaa fiihaa waqoddaro fiihaa
aqwaatahaa fii arba`ati ayyaam sawaan lissailinn”,”Dan Dia menciptakan di bumi
itu gunung-gunung yang kokoh diatasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan
padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu
sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. (QS. Fushshilat[41]:
10).
(5 tips memaksimalkan belajar untuk pelajar. Baca)
Manusia
yang mengeluh dan mengeluh ditiap bagian yang telah ditetapkan Allah kepadanya,
selain ia tidak bisa merasakan kebahagian yang sejati, pada dasarnya ia juga
telah memulai sebuah perang gerilya untuk meruntuhkan pertahanan kekuatan
hatinya. Ia telah berupaya merusak
potensi hatinya yang tak terbatas dalam melihat kebesaran nikmat Allah Swt ini.
Jika ia membiarkan dirinya selalu protes dengan situasi dan kondisi yang
dihadapi maka yang terjadi ia semakin lapuk dan menunggu kehancurannya.
Bagi
penduduk indonesia melihat keagungan Allah bukan hal yang sulit. “tongkat kayu jadi tanaman”, begitu
nyanyian Koes Plus. Indonesia kaya akan sumber daya alam. Namun, akankah kita
telah “amanuu wattaqou”,”beriman dan bertaqwa” (QS. Al-A`roof[7]:
96). Kalau tidak? Untuk mencapai “baldatun tayyibatun”,”gemah ripah loh
jinawi”, saja kayaknya sulit apalagi sampai tahap “wa robbun gofuur”, yakni
sebuah negeri yang Allah memberikan ampunan sehingga mereka bahagia di negeri
sekarang dan negeri nanti.
Memelihara
sikap keluh kesah terhadap ketentuan dari Allah hanyalah sia-sia. Solusinya
dengan tetap berusaha dibarengi ilmu “uutiituhu `ala `ilmin `indii”,”aku hanya
diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku”, dan siap menerima hasil
akhir. Sebab hasil akhir tetap berada di tangan Allah. “innama tuu`aduuna la ati wamaa
antum bimu`jiziin”,”Sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu pasti datang, dan
kamu sekali-kali tidak sanggup menolaknya”. (QS. Al-An`am[6]: 134).
Melawan
sikap mengeluh terhadap bagian rezeki bisa anda lawan dengan menyisihkan
sedikit dan menafkahkan rezeki anda di jalan Allah. Anda bisa berderma di
Masjid, madrasah dll. Dengan latihan ini anda akan belajar ikhlas terhadap
berapapun rezki anda. Terlebih penting, Allah akan melipatkan gandakan rezki
anda.
(5 tips menjadi pemimpin perubahan. Baca)
6.
Mengebumikan orang mati namun tidak
tidak mau mengambil pelajaran.
“cukuplah
kematian menjadi nasehat”, al-hadits. Tentu saja kematian bisa menjadi nasehat
yang baik bagi orang-orang yang mau merenungi, dan mengambil pelajaran. Betapa
hidup ini hanya sementara saja. Hadits diatas bisa diamalkan dengan kita
berziaroh ke kuburan atau kita mengebumikan orang mati. Al-hasil, orang yang
tidak mau mengambil pelajaran terhadap orang-orang yang telah mati adalah
pertanda keimanan kita telah trouble.
Dan Komputer yang trouble paling gampang di instal ulang saja biar bisa normal
kembali.
Manusia
memang diharuskan membuka kesadarannya tentang hidup manusia yang tak kekal
ini. “wama
ja`alnaahum hasadan laya’ kuluna al to`aama wamaa kaanuu khoolidiin”,”Dan
tidaklah Kami jadikan mereka tubuh-tubuh yang tiada memakan makanan, dan tidak
(pula) mereka itu orang-orang yang kekal”. (QS. Al-Anbiya’[21]: 8).
Ada
sebuah program yang diberikan Allah Subhanahu Wata`ala dalam setiap sel tubuh, dan
program ini bertanggungjawab akan pertumbuhan dan pembelahan sel serta interaksinya
dengan sel-sel lainnya, dan ketika para ilmuan mencoba untuk memperpanjang
hidup, maka sel tersebut berubah menjadi sel kanker dan meledak.
Ahli
biologi saat ini menjelaskan bahwa kematian adalah sama pentingnya dengan
kehidupan. Setelah melakukan banyak percobaan dan penelitian para ilmuan
akhirnya mengungkapkan bahwa dalam setiap sel yang ada dalam tubuh manusia
terdapat waktu biologis yang khusus untuk sel ini. Maka, manusia seharusnya
berpikir siapa sebenarnya pengatur kerja tubuh manusia hingga triliunan jam dan
siapakah yang melindunginya dari segala kerusakan yang mungkin merusaknya. Lantas,
adakah makhuk Allah yang mengacungkan dirinya merasa bertanggungjawab atas itu?
“alam
yarou kam ahlakna min qoblihim min qornin makkannaahum fil ardli maalam
numakkin lakum wa arsalna al samaa’a `alaihim midroro waja`alna alanharo tajri
min tahtihim fa ahlaknaahum bidunubihim wa ‘ansya’na min ba`dihim qornan
akhoriin”,”Apakah mereka tidak merperhatikan berapa banyaknya generasi-generasi
yang telah Kami binasakan sebelum mereka, padahal (generasi itu) telah Kami
teguhkan yang belum pernah kami berikan kepadamu, dan Kami curahkan hujan yang
lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir dibawah mereka,
kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan Kami ciptakan
sesudah mereka generasi yang lain.” (QS. Al-An`am[6]:
66).
Tags: 6 FAKTOR YANG MENYEBABKAN
RUSAKNYA QOLBU, KEMATIAN, MENERIMA TAKDIR,