6 FAKTOR YANG MENYEBABKAN RUSAKNYA QOLBU

 
WACANAMARZUKI
. Qolbu biasanya didefinisikan gumpalan darah yang terletak di dalam dada “shudur”, yakni sebuah tempat yang akan memunculkan bintik hitam manakala berulah tak baik. Dan sebaliknya, qolbu akan memancarkan cahaya putih manakala berulah kebaikan. Dengan potensi itulah, qolbu mampu mengendalikan aktif dan menonaktifkannya bakat sam`a, faqih, abshor, fuad dan akal. Betapa besar kekuatan qolbu. Sebab disitulah semua kinerja sam`a, faqih, abshor, fuad dan akal yang bekerja saling connection. Dimana, sebuah transformasi ilmu harus memasuki proses fase demi fase di qolbu itu. Ilmu inilah yang akan digerakkan oleh nafsu sehingga berbentuk amal perbuatan (kejahatan atau kebajikan). Nah, qolbu out putnya adalah perbuatan itu. Jika perbuatannya buruk, maka perbuatan itulah yang menyebabkan kondisi qolbu menjadi gelap.

“Sesungguhnya dalam tubuh manusia terdapat segumpal darah, yang apabila baik, maka baik pula seluruh tubuhnya, dan apabila jelek, maka jelek pula seluruh tubuhnya. Itulah qolbu”

  (Tips menjadi sales online. Baca)

Banyak dampak bagi seseorang yang telah gelap qolbunya. Terpenting, bagi seseorang yang qolbunya telah tertutupi kegelapan ia akan sulit menerima kebenaran dari Allah. “Yang apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata: “Itu adalah dongengan orang-orang yang terdahulu” (QS. Al-Muthofifin[83]: 13). Penyebab mereka sulit menerima ayat-ayat Allah adalah dampak perbuatan mereka sendiri. “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka” (QS. Al-Muthofifin[83]: 14).

Sebelum saya mengurai tentang 6 FAKTOR YANG MENYEBABKAN RUSAKNYA QOLBU, saya akan menuliskan tarjamah indonesia (versi Depag) dari ayat-ayat Al-Qur’an yang menyebabkan Qolbu menjadi sakit. 

(Cara belajar bahasa Mandarin. Baca)

1.     Karena tabiat asli (watak).

Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh. (QS. Al-Ahzab[33]: 72).

2.     Karena keberhasilan, benar, kelebihan, kemenangan.

Allah berfirman: “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu aku menyuruhmu?” Menjawab iblis: “Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau cipatakan dari tanah”. (QS. Al-A`roof[7]: 12).

(Melahirkan Fatin Shidqia lagi. Baca)

3.     Karena kegagalan, salah, kekurangan, kekalahan.

Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qobil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempesembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qobil). Ia berkata (Qobil): “Aku pasti membunuhmu!”. Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa”. “Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam.” (QS. Al-Maidah[5]: 27-28)

4.     Tidak mempergunakan akalnya.

Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apa-apapun. (QS. Al-Anfal[8]: 22)

Setelah kita mengetahui timbulnya penyakit hati, saya akan memaparkan 6 FAKTOR YANG MENYEBABKAN RUSAKNYA QOLBU. 6 faktor ini saya adopsi dari kitab nashoihul `ibad, karya Syekh Muhammad Nawawi Ibnu Umar Al-Jawi. Dalam penjelasannya, saya berusaha menggunakan referensi AL-QUR`AN AL-KARIM. 

(Disiplin ilmu untuk karir. Baca)

1.     Sengaja berbuat dosa dengan harapan dapat tobat.

Ini mengingatkan sebuah cerita tentang Perjalanan Spiritual Kyai Barseso. Ia kagum dengan seseorang yang mengaku muridnya. Padahal murid itu adalah Iblis yang sengaja berwujud manusia dan menyusup di lingkungan kehidupan Kyai Barseso. Murid itu memperlihatkan perilakunya yang sangat tampak religius sehingga membuat decak kagum sang Kyai itu. Lantas, Kyai itu bertanya pada murid itu, tentang apa kiat-kiatnya sehingga bisa beribadah sedemikian dahsyatnya. Iblis yang menyamar menjadi iblis itupun memberikan tip. Yakni, sang Kyai harus melakukan kejahatan dulu baru bisa beribadah dengan fokus. Sebab taubat karena penyesalan yang dalam akan lebih bisa membuat seseorang menjadi lebih fokus dan sungguh-sungguh, begitulah iblis itu berargumentasi. Sang Kyai terperdaya dengan gombalan iblis itu. Dan di akhir cerita Kyai itu mati dalam melakukan kejahatannya.

Seseorang yang sengaja berbuat dosa dan dengan harapan dapat bertaubat; Pertama, apakah ia tidak menyadari bahwa kematian bisa datang kapapun dan dimanapun. Sebab kematian menjemput adalah tidak ada yang tahu.

Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Luqman[31]: 34)

(Tantangan Pendidikan dan Solusinya. Baca)

Kedua, taubat bukanlah rencana namun taubat harus benar-benar dilakukan. Sebab taubat yang diterima oleh Allah adalah Taubatan Nasuha.

Hai orang-orang yang beriman, bertaubatah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sunga-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang berima bersama dengan dia; sedang cahaya mereka memancar dihadapan dan disebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Tuhan kami, sambil mereka mengatakan: “Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunillah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. At-Tahriim[66]: 8).

(Cara Membuat resume. Baca)

2.     Menuntut ilmu namun tidak mengamalkannya.

Dulu ketika saya mengaji kitab ta`lim muata`allim, di tengah-tengah menahan rasa kantuk saya mendengar ustadz saya mengatakan,”tolabul ilmi faridhotun `ala kulli muslimin wa muslimatin”. Mencari ilmu itu wajib bagi bagi setiap orang islam laki-laki dan perempuan. Lantas, ustadz itu juga menjelaskan bahwa hanya ilmu yang berkaitan dengan peribadatan dengan Tuhan yang wajib dipelajari. Seperti sholat, puasa, zakat, haji. Sedangkan ilmu-ilmu yang diluar pembahasan itu adalah berhukum sunnah.

Lantas, mengapa menuntut ilmu jika tidak diamalkan?

Pertama, mencari ilmu sebab cari gengsi. Jadi seorang murid yang rajin  belajar siang dan malam namun tujuannya hanya karena cari gengsi. Dia sudah cukup puas dengan predikat atau gelar sebagai orang intelektual. Maka, pujian dari orang lain sudah cukup menjadi tujuan pencariannya. Kedua, mencari ilmu karena untuk karier. Siang malam belajar, melakukan penelitian kemudian mengerjakan tesis dan tujuannya adalah supaya menaikkan jenjang karier. Saya tidak akan membuat banyak jawaban untuk saya tulis. Namun intinya, ketika mencari ilmu namun tidak diamalkan berarti hatinya memang sudah kotor. Hatinya telah tertutupi noda hitam sehingga mata hatinya sudah tidak mampu melihat keindahan pengabdian kepada Allah Swt. Makanya, dalam Al-Qur’an 58:11, iman dan ilmu yang mendapat perhatian Allah untuk diangkat derajatnya. Menurutku, keduanya harus berdampingan. 

(5 hal yang membuat gigi berdarah. Baca)

Lantas, apa dampak orang berilmu namun tidak mengamalkan ilmunya?

Nah, ini juga mengingatkan saya pada kitab ta`lim muta`allim yang indah itu. Di sana disebutkan, bencana terbesar dalam ilmu adalah, orang alim yang berbuat kefasikan. Namun bencana yang lebih besar dari itu, orang bodoh yang beribadah.

Tidak mengurangi rasa hormat saya pada Mushonif kitab Ta`lim Muta`allim. Menurut saya, justru orang berilmu yang berbuat kefasikan akan mempunyai dampak yang lebih besar pada masyarakat luas. Sebab orang yang berilmu biasanya lebih banyak dikenal. Sehingga ketika orang itu melakukan perbuatan tercela justru orang akan mencatatnya dan bisa digunakan referensi. Sebaliknya, orang bodoh yang sudah dikenal karena kebodohannya, orang akan memaklumi dalam setiap gerak nadinya. Sekali lagi, pendapat saya tidak mengurangi rasa hormat saya pada pengarang kitab ta`lim muta`allim. Wa ila hadroti ila mushonif kitab ta`lim muta`allim, Alfatihah……..

3.     Beramal namun tidak ikhlas.

Apa sih ikhlas itu?

Jawabannya, lebih baik kita mentadabburi ayat-ayat ini,

“orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan tidak menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala disisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tida (pula) mereka bersedih mati”. (QS. Al-Baqoroh[2]: 262.

Tiada yang mereka nanti-nantikan melainkan datangnya Allah dan malaikat (pada hari kiamat) dalam naungan awan, dan diputuskanlah perkaranya. Dan hanya kepada Allah dikembalikan segala urusan. (QS. Al-Baqoroh[2]: 210)

Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu ni`mat yang banyak. Maka dirikanlah sholat karena Tuhanmu dan berkobanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus. (QS. Al- Kautsar[108]: 1-3)

Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya. Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa mushibah, mereka mengucapkan “Innaa lillahi wa innaa ilaihi rooji`uun”. (QS. Al-Baqoroh[2]: 154-156)

(Mengapa indonesia menerapkan hukuman mati? Baca)

Lantas, mengapa amal yang tidak ikhlas bisa merusak qobu?

Ikhlas atau tanpa pamrih, bisa menjernihkan hati sebab ia hanya bertauhid kepada Allah Swt. Sebaliknya, beramal dengan pamrih berarti ia masih belum bisa mengaplikasikan dalam dirinya,”laa ilaha illa Allah”. Orang ini harus banyak belajar tentang tauhid. Kembalikan segala problematika kepada Allah saja.

Tiada yang mereka nanti-nantikan melainkan datangnya Allah dan malaikat (pada hari kiamat) dalam naungan awan, dan diputuskanlah perkaranya. Dan hanya kepada Allah dikembalikan segala urusan. (QS. Al-Baqoroh[2]: 210)

Kelebihan orang yang ikhlas dalam beramal adalah orang itu tidak bisa diganggu syetan. Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma`siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis diantara mereka”. (QS. Al-Hijr[15]: 39-40).

4.     Makan rezeki dari Allah Swt, namun tidak bersyukur.

Bersyukur itu penting. Sebegitu pentingnya, karena dalam pergaulan manusia ucapan terima kasih itu menandakan anda menghargai sesama. Iyya, Allah itu berbeda dengan makhluk “mukholafatul lil hawadits”. Namun, wujud syukur anda dengan Allah adalah pertanda adalah hamba yang benar-benar mengabdi kepada Allah Swt. “ fakuluu mimmaa rozaqokum Allahu halaalan toyyiban wasykuruu ni`matallahi inkuntum iyyahu ta`buduun”,”Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah ni`mat Allah jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah”. (QS. An-Nahl[16]: 114).  Seorang hamba yang tidak bisa mengendalikan dirinya untuk bersyukur kepada Allah adalah karena ia masih merasa kurang terhadap apa-apa yang telah Allah berikan kepada hamba itu. Padahal, mampukah kita menghitung ni`mat-ni`mat Allah Subhanahu wa Ta`ala?

 

Wujud syukur seorang hamba pada Roob-Nya tak lain adalah untuk kebaikan dirinya. waman syakaro fainnama yasykuru linafsihi waman kafaro fainna robbi goniyyun kariim”,”Dan barangsiapa yang besyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia  (QS. An-Naml[27]: 40). Namun, sebaliknya ketika manusia tidak sudi bersyukur pada Robb-Nya, justru merugikan nasibnya sendiri.

“Wa idz ta adzanna robbukum lain syakartum la aziidannakum wa lainkafartum inna `adzabi lasyadiid”,”Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mema`lumkan: “sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni`mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS. Ibrohim[14]: 7).

Allah menambah rezeki bagi manusia yang mau bersyukur kepada Allah. Namun sebaliknya Allah menghukum bagi manusia yang tak sudi bersyukur. Orang yang tidak mau bersyukur atas kenikmatan yang telah diberikannya adalah pangkal kesengsaraan dirinya. Ia akan semakin tersiksa sebab tidak bisa memandang cukup dengan apa yang ada. Ia merasa kurang dan kurang. Maka, rezeki yang banyak bisa jadi bukan nikmat malahan menjadi laknat.

Selain Allah menambah rezeki bagi manusia yang syakirun, yakni orang yang bersyukur. Allah Subhanahu wa Ta`ala juga tidak akan menyiksa orang yang bersyukur dan orang yang beriman. “ma yaf`alu allahu bikum in syakartum wa amantum wakaana allahu syakiraan `aliimaa,”Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui”. (QS. An-Nisaa[4]: 147).

5.     Tidak rela dengan bagian dari Allah.

Allah Swt telah menyediakan bumi seisinya kepada manusia. Di dalamnya Allah hamparkan sumber makanan. Sehingga hanya kemalasan yang membuat manusia tidak mendapatkan makan. “wa ja`ala fiiha rowaasiya min fauqihaa fiihaa waqoddaro fiihaa aqwaatahaa fii arba`ati ayyaam sawaan lissailinn”,”Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh diatasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. (QS. Fushshilat[41]: 10).

(5 tips memaksimalkan belajar untuk pelajar. Baca)

Manusia yang mengeluh dan mengeluh ditiap bagian yang telah ditetapkan Allah kepadanya, selain ia tidak bisa merasakan kebahagian yang sejati, pada dasarnya ia juga telah memulai sebuah perang gerilya untuk meruntuhkan pertahanan kekuatan hatinya.  Ia telah berupaya merusak potensi hatinya yang tak terbatas dalam melihat kebesaran nikmat Allah Swt ini. Jika ia membiarkan dirinya selalu protes dengan situasi dan kondisi yang dihadapi maka yang terjadi ia semakin lapuk dan menunggu kehancurannya.

Bagi penduduk indonesia melihat keagungan Allah bukan hal yang sulit. “tongkat kayu jadi tanaman”, begitu nyanyian Koes Plus. Indonesia kaya akan sumber daya alam. Namun, akankah kita telah “amanuu wattaqou”,”beriman dan bertaqwa” (QS. Al-A`roof[7]: 96). Kalau tidak? Untuk mencapai “baldatun tayyibatun”,”gemah ripah loh jinawi”, saja kayaknya sulit apalagi sampai tahap “wa robbun gofuur”, yakni sebuah negeri yang Allah memberikan ampunan sehingga mereka bahagia di negeri sekarang dan negeri nanti.

Memelihara sikap keluh kesah terhadap ketentuan dari Allah hanyalah sia-sia. Solusinya dengan tetap berusaha dibarengi ilmu “uutiituhu `ala `ilmin `indii”,”aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku”, dan siap menerima hasil akhir. Sebab hasil akhir tetap berada di tangan Allah. “innama tuu`aduuna la ati wamaa antum bimu`jiziin”,”Sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu pasti datang, dan kamu sekali-kali tidak sanggup menolaknya”. (QS. Al-An`am[6]: 134).

Melawan sikap mengeluh terhadap bagian rezeki bisa anda lawan dengan menyisihkan sedikit dan menafkahkan rezeki anda di jalan Allah. Anda bisa berderma di Masjid, madrasah dll. Dengan latihan ini anda akan belajar ikhlas terhadap berapapun rezki anda. Terlebih penting, Allah akan melipatkan gandakan rezki anda.

(5 tips menjadi pemimpin perubahan. Baca)

6.     Mengebumikan orang mati namun tidak tidak mau mengambil pelajaran.

“cukuplah kematian menjadi nasehat”, al-hadits. Tentu saja kematian bisa menjadi nasehat yang baik bagi orang-orang yang mau merenungi, dan mengambil pelajaran. Betapa hidup ini hanya sementara saja. Hadits diatas bisa diamalkan dengan kita berziaroh ke kuburan atau kita mengebumikan orang mati. Al-hasil, orang yang tidak mau mengambil pelajaran terhadap orang-orang yang telah mati adalah pertanda keimanan kita telah trouble. Dan Komputer yang trouble paling gampang di instal ulang saja biar bisa normal kembali.

Manusia memang diharuskan membuka kesadarannya tentang hidup manusia yang tak kekal ini. “wama ja`alnaahum hasadan laya’ kuluna al to`aama wamaa kaanuu khoolidiin”,”Dan tidaklah Kami jadikan mereka tubuh-tubuh yang tiada memakan makanan, dan tidak (pula) mereka itu orang-orang yang kekal”. (QS. Al-Anbiya’[21]: 8).

Ada sebuah program yang diberikan Allah Subhanahu Wata`ala dalam setiap sel tubuh, dan program ini bertanggungjawab akan pertumbuhan dan pembelahan sel serta interaksinya dengan sel-sel lainnya, dan ketika para ilmuan mencoba untuk memperpanjang hidup, maka sel tersebut berubah menjadi sel kanker dan meledak.

Ahli biologi saat ini menjelaskan bahwa kematian adalah sama pentingnya dengan kehidupan. Setelah melakukan banyak percobaan dan penelitian para ilmuan akhirnya mengungkapkan bahwa dalam setiap sel yang ada dalam tubuh manusia terdapat waktu biologis yang khusus untuk sel ini. Maka, manusia seharusnya berpikir siapa sebenarnya pengatur kerja tubuh manusia hingga triliunan jam dan siapakah yang melindunginya dari segala kerusakan yang mungkin merusaknya. Lantas, adakah makhuk Allah yang mengacungkan dirinya merasa bertanggungjawab atas itu?

“alam yarou kam ahlakna min qoblihim min qornin makkannaahum fil ardli maalam numakkin lakum wa arsalna al samaa’a `alaihim midroro waja`alna alanharo tajri min tahtihim fa ahlaknaahum bidunubihim wa ‘ansya’na min ba`dihim qornan akhoriin”,”Apakah mereka tidak merperhatikan berapa banyaknya generasi-generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, padahal (generasi itu) telah Kami teguhkan yang belum pernah kami berikan kepadamu, dan Kami curahkan hujan yang lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir dibawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan Kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain.” (QS. Al-An`am[6]: 66).


Tags: 6 FAKTOR YANG MENYEBABKAN RUSAKNYA QOLBU, KEMATIAN, MENERIMA TAKDIR,


Tentang penulis :

Marzuki Ibn Tarmudzi, pernah mencicipi sedikit segarnya lautan ilmu di Pondok Pesantren Bahrul ‘Ulum Tambakberas Jombang, Jawa Timur. Hobinya yang suka nyorat-nyoret kertas ini dimulai semenjak nyantri. Kini, hobinya itu dituangkan di berbagai media online, itung-itung sebagai aksi dari ; “بلغوا عني ولو أية “,” sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat ”.