10 RAMUAN OBAT PEMBASUH DOSA DAN OBAT PENYAKIT HATI : BENGKEL AKHLAQ


Wacana Marzuki. Dalam kehidupan sehari-hari kita bisa merasakan efek penyakit hati, misalnya di siang hari kita merasakan suasana yang berbeda dengan malam hari. Di siang hari kita merasakan panas dan polusi lainnya. Selain disebabkan radiasi sinar matahari dan debu-debu kendaraan ini juga disebabkan oleh hawa-hawa manusia yang masih berpacu dengan kesombongan, adigang, adigung, adiguno, iri, dengki, kemarahan, ambisi, dan lain-lain. Maka, orang-orang yang gemar mencari ketenangan berpikir seperti penulis ia lebih suka memilih malam hari. Sebab, mayoritas orang sudah terlelap dalam tidur. Kesombongan, rasa iri dan dengki,  nafsu angkara murka, ambisi ingin menguasi juga ikut terlelap atau terkadang hanya hidup dalam alam mimpinya. Yang jelas, udara sudah segar untuk dihirup.

Hati manusia itu rawan terkena berbagai penyakitnya hati seperti sombong, ingin dipuja-puja, iri, dengki, dan penyakit hati lainnya. Hati itu layaknya kaca jika tidak pernah dibersihkan ia akan ditumpuki dengan debu dan akibatnya akan sulit jika dibersihkan. Begitu juga dengan hati kita jika tidak pernah dibersihkan secara rutin bisa-bisa berpotensi berwatak layaknya Fir`aun yang dengan kesombongannya ia malah mengaku tuhan penguasa tertinggi (Na`udzu bi llahi min dzalik).

(Baca: 5 tips menjadi orangsukses)

Kenapa Islam perhatian dengan hal-hal yang menyangkut  dengan penyakit hati?

Dalam beragama itu ada dua aspek yang mesti diperhatikan. Yakni lahir dan batin. Keduanya saling melengkapi. Jika menjalankan Sholat saja namun tidak memperhatikan aspek batin maka bisa terjadi kehampaan, kekeringan dalam menjalankan agama. Memperhatikan aspek batin tentu saja salah satunya juga usaha kita untuk membuang penyakit hati itu. Sebab jika kesombongan tetap berada pada orang yang melakukan sholat ia bisa berakibat pada anti sosial salah satu dampaknya. Padahal, Allah benci terhadap pelaku itu.

Fawailun lilmushollina. Al-ladzina hum `an sholatihim sahun. Al-ladzina hum yuroo’un. Wayamna`una al-ma`una.

Maka celakalah orang yang salat. (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap salatnya, yang berbuat ria, dan enggan (memberikan) bantuan. (QS. Al-Ma`un [107]: 4-7)

Nah, dibawah ini ada 10 ramuan obat pembasuh dosa dan obat penyakit hati, yang ini saya adopsi dari kitab Nasho`ihul `Ibad, Karya Syeikh Mumammad Nawawi Ibnu Umar Al-Jawi. Mari kita belajar bersama-sama menjadi hamba yang lebih dicintai Allah Subhanahu wa Ta`ala.

1.     Faqir

Faqir disini artinya hamba yang senantiasa butuh kepada Allah Swt. Sebab Allah adalah Maha Kaya “Al-Ghoniy”. Allah tidak membutuhkan apapun. Apalagi membutuhkan ketundukan hamba-Nya. Justru manusia lah yang butuh pengampunan-Nya.

Ya aiyuha al-nasu antum al-fuqoro’u ila llahi wa llahu huwa al-goniyu al-hamidu.

Wahai manusia! Kamulah yang memerlukan Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu), Maha Terpuji. (QS. Fatir [35]: 15)

Sikap “fakir” seorang hamba ini penting dalam pembentukan karakter hati manusia sebagai hamba Allah. Sebab dengan merasa butuh kepada Allah, pastinya ia telah membuang kesombongan yang bisa menghinggapinya. Ia telah sadar bahwa manusia itu tidak mempunyai daya dan upaya kecuali Allah menghendaki. Bahkan, ketika nabi Musa As membelah lautan dengan tongkatnya jangan dipikir itu adalah kekuatan nabi Musa namun itu adalah kehendak Allah Swt.

(Baca: cara mencari lowongankerja)

Jika manusia sadar sepenuhnya akan hal ini sebenarnya manusia tidak akan marah-marah jika suatu waktu ada orang yang melemparnya batu. Wama romaita idz romaita wa lakinna llaha roma (QS. Al-Anfal [8]: 17). Sebab sebenarnya yang melempari ia batu bukan orang itu namun atas kehendak Allah Swt. Membuka kesadaran tentang ini tentunya sangat penting dalam pengabdian kita kepada Allah Swt, dan dengan membuka kesadaran itu pula kita akan menemukan kebahagiaan yang sejati.

2.     Tawaduk

Tawaduk artinya rendah hati. Sebaliknya jangan sampai kita berlaku membanggakan diri “mukhtalan fakhuro”. Allah menyuruh hambanya bersikap rendah hati supaya tidak apatis terhadap orang-orang disekitar kita.

Wa bilwalidaini ihsana wa bidzil al-qurba wa al-yatama wa al-masakini wa al-jari dzi al-qurba wa al-jari al-junubi wa al-shohibi bi al-janbi wabni al-sabili wama malakat aimanukum inna llaha la yuhibbu man kana mukhtalan fakhuro. Al-ladzina yabkholuna wa ya’muruna al-nasu bi al-bukhli wa yaktumuna ma atahumu llahu min fadhlihi wa a`tadna bi al-kafirina `adzaban muhiina.

Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri. (yaitu) orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir, dan menyembunyikan karunia yang telah diberikan Allah kepadanya. Kami telah menyediakan untuk orang orang-orang kafir azab yang menghinakan. (QS. An-Nisa [4]: 36-37).

(Baca: kebebasan yang baik)

3.     Tobat

Tentang tobat saya kemarin juga menulis tentang: 6 gejala yang membuat tobat diterima: Baca! Sebenarnya Allah pasti akan menerima tobat seorang hamba jika ia sungguh-sungguh dalam pertobatannya.

Wahuwa al-ladzi yaqbalu al-taubata `an `ibadihi waya`fu `an al-sayyiati wa ya`lamu ma taf`aluna.

Dan Dialah yang menerima tobat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Asy-Syura [42]: 25).

Sebab, Allah sendiri memang sangat menyukai hamba-hamba-Nya yang mau kembali memasuki jalan yang telah diajarkan rosulullah itu. Inna llaha yuhibbu al-tawwabina wa yuhibbu al-mutatohhirina. Sungguh, Allah menyukai orang yang tobat dan menyukai orang yang menyucikan diri. (QS. Al-Baqoroh [2]: 222)

Jalan pertobatan ini banyak ditempuh oleh orang-orang sufi terdahulu, yang sebelumnya mereka merasa dirinya penuh dosa. Karena dengan proses ini seseorang akan lebih fokus dalam perjalanan kepada Tuhannya. Begitulah orang-orang yang telah diberikan hidyah oleh Allah maka semua akan mudah dalam menggapainya. Namun jalan itu bukan serta merta tetap dalam lumuran dosa sembari menunggu-nunggu datangnya hidayah. Sebab jalan itu ditempuh dari usaha manusia itu sendiri. Dan, biarlah Allah menghendaki jalan hamba-hamba Nya.

(Baca: belajar dengan cinta)

4.     Ridho

Riho disina bukan dimaksudkan anaknya bang Haji Roma Irama. Namun ridho disini adalah kerelaan. Ya kerelaan. Rela atas semua kehendak Allah. Nah, dengan membangun suatu sikap kerelaan kita kepada semua kehendak Allah. Maka kebahagian itu pasti akan didapat seorang hamba. Orang kalau sudah rela tentu rasa iri, dengki, kesombongan akan sulit berkembang di dalam hati. Kalau saya contohkan biasanya para jomblo akan sakit hati jika cintanya bertepuk sebelah tangan. Tentu, sakit hati ini tidak berlaku bagi mereka yang sudah rela atas semua takdir Allah. orang yang telah belajar bagaimana ridho terhadap kehendak Allah, ia menyikapi semuanya dengan positif thingking,”Allah pasti akan memberikan yang terbaik bagi untukku”.

Ridho ini penting lo, bahkan kalau orang yang ridho dengan semua ketentuan-Nya ia tidak gampang mengeluh. Bapak Prof. Said Agil Siroj menceritakan, bahwa KH. Abdurrohman Wahidi, atau lebih sering disapa Gus Dur itu orangnya tidak pernah mengeluh. Entah, misalnya sopirnya ngebut Gus Dur tetap saja tenang. Kita pun juga sering lah mendengar ungkapan Gus Dur,”Ah, gitu aja kok repot.” Nah, ini adalah sebuah potret seorang hamba yang ridho kepada Allah. Maka, Amien Rais menggulingkan Gus Dur dari kursi kepresidenan Gus Dur menerima saja. Padahal, kalau Gus Dur menginstruksikan Banser untuk perang mereka sudah siap. Namun, Gus Dur adalah hamba Allah yang luar biasa.

(Baca: PEREMPUAN HEBAT, srimulyani)

5.     Qonaah

Qonaah itu menerima apa adanya. Pokoknya ia tidak menuntut banyak terhadap kondisi tertentu. Orang yang qonaah ini tentunya harus terlebih dulu belajar tentang ridho terhadap takdir Allah itu. Bersikap hidup sederhana adalah wujud dari qonaah itu. Kehidupan ini juga contohkan oleh Nabi Muhammad Saw. Semisal dalam suatu waktu Nabi bertanya kepada A`isyah tentang masakan pagi ini. `Aisyah menjawab tidak ada masakan untuk hari ini. Maka nabi pun meniati hari itu juga untuk berpuasa. Nah, ini adalah sebuah contoh yang baik. Sebab nabi tidak memprotes sana dan mengkritik sini.

Kehidupan yang qona`ah juga diwarisi oleh Presiden pertama Indonesia. Yakni Ir. Soekarno. Bahwa didalam kehidupan beliau yang ada hanya perjuangan dan sama sekali tidak berambisi ingin menguasai materi. Maka banyak teman-teman saya yang berpendapat bahwa kepemimpinan yang bersih dari korupsi adalah rezim Soekarno. Ini sangat berbeda dengan pemimpin-pemimpin sekarang meski tidak semua. Korupsi merajalela. Dan, ketika akhir-akhir ini ada isu tentang resufle para menteri, konon banyak menteri yang pergi ke dukun untuk supaya tidak dicopot. Kenapa? Sebab jadi menteri itu enak. Misalnya ingin pergi ke Kakanwil Surbaya, ia pas berangkat mendapat pesangon dari pemerintah. Nah, setelah nanti sampai di Kakanwil Surbaya ia nanti juga mendapat pesangon lagi. Belum nanti mendapat gula, minyak, dll untuk anak istrinya. Wal-hasil, pesangon yang dari pemerintah itu utuh. Belum lagi mendapat gaji bulanan. Enak to!!

6.     Takwa

Takwa itu ya benarlah yang biasanya dikhutbahkan tiap jum`ah itu. Dan sebagai muslim kita tinggal terus meningkatkan kualitas keimanan itu. Tentu tiap manusia mempunyai kadar ketakwaan kita. Terpenting, bagaimana kita terus konsisten dalam ketakwaan itu. Kita tahulah hidup ini begitu komplek godaannya. Apalagi, yang jualan dipasar. Kan tiap hari melihat lawan jenis yang macem-macem. Apalagi, kini adalah bulan puasa. Dan, puasa itu sendiri adalah tugas bagi mu`min untuk dilaksanakan jika ingin menjadi mu`min yang benar-benar dicap takwa oleh Allah. puasa tidak yang tahu lo kecuali dirinya dan Allah. sebab anda bisa saja berpura-pura didepan manusia misalnya; mengantuk, ida-idu, bicaranya pelan dan seambrek kehebatan acting anda, sebab mungkin aja anda lulusan casting sinetron. Tapi didepan Allah kita tidak bisa akting berpuasa. Maka dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Allah sendiri yang akan memberikan pahala puasa.

(Baca: perempuan dalam Islam:sorban (di kalung perempuan)

Takwa itu tidak mesti harus sehebat Rosulullah. Namun kita berusaha untuk mengikuti Nabi Muhammad Saw. Sebab semua manusia tidak sama kekuatannya. Mungkin kita sama-sama sholat namun pastinya hanya Allah paling tahu kadar sholat hamba-Nya.

7.     Malu

Al-haya’u mina al-imani. Malu adalah sebagian dari iman. Malu kepada Allah jika mengerjakan kemaksiatan. Menumbuhkan malu kepada Allah itu harus sebagai orang yang beriman. Jangan malu kepada manusia. Sebab jika ukuran malunya kepada manusia tentunya tetap akan dikerjakan jika tidak ada manusia. Suatu hari ada pengendara sepeda motor yang menerobos lampu lalu lintas kemudian ketangkap polisi. Dan ia pun diinterogasi sama polisi,”Kamu tahu kalau tadi lampunya merah?”. “Tahu Pak”, kata orang itu. “Kamu tahu kalau perbuatan kamu membahayakan pengendara lain?”, tanya polisi lagi. “Tau Pak”. “Lantas, kenapa kamu masih melanggar lampu merah?”. “Maaf Pak, saya tidak tahu ada bapak”, menjawab dengan polosnya orang itu.

Nah, begitulah jika malu ukurannya hanya kepada manusia. Namun, jika malu itu kepada Allah kita tidak akan pernah bisa melakukan pembangkangan. Sebab Allah adalah Maha Tahu. Oh ya, ini tentunya bukan seperti kata seorang sastrawan nakal, yang pernah mengatakan bahwa: “Kalau kita sholat jangan sampai ada orang yang tahu supaya kita tidak riya` dalam menjalankan sholat. Bahkan Allah pun jangan sampai tahu kalau kita sholat”. Akhirnya, orang itu tidak pernah sholat sampai mati karena Allah selalu mengetahui.

8.     Mahabbah

Mahabbah itu cinta kepada Allah. Tentunya, cinta itu harus dibuktikan bukan hanya ungkapan saja. Lha wong mengucapkan cinta kepada makhluk saja dibuktikan apalagi dengan Tuhannya. Sebab dalam hal ini Allah tegas. Seorang hamba yang mengucapkan,”Saya beriman”. Itu sama sekali tidak cukup untuk mendapat predikat “manusia beriman”, sebelum ia benar-bernar mengikuti ajaran nabi Muhammad Saw, bahkan Allah akan mengujinya terlebih dulu. Anda bisa membaca di QS. Al-Ankabut [29]: 2-3, Ali Imron [3]: 31). Wal-hasil, sekedar ucapan yang dari mulut tanpa ada pembuktian itu juga dilakukan oleh orang-orang munafek.

(Baca: ilmu iku kalaku kantilaku)

Para pecinta Tuhan senantiasa merasa indah ditiap-tiap waktunya. Sebuah perasaan yang tak dapat tergambarkan dengan dan tak dapat diberi padanan dengan apapu yang ada didunia ini. Hingga muncul perasaan dalam hati, tak ada yang lain di dunia ini, yang ada hanyalah Kau dan aku saja. Kita berdua yang hakikatnya Satu. Makanya dalam khasanah tasawuf, keindahan surga sudah dapat dirasakan oleh para pecinta Allah Swt.

9.     Syukur

“Wa idz ta’adzdzana robbukum lain syakartum la azidannakum wa lain kafartum inna `adzabi lasyadiid”.

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan,”Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-KU sangat berat”. (QS. Ibrohim [14]: 7).

Sebenarnya tidak alasan bagi kita untuk tidak mengucapkan,”Alhamdulillah”. Sebab sangat tak terhitung nikmat Allah yang telah diberikan kepada kita semua. Hal ini sebenarnya hanya manusia itu sendiri yang bisa membuka kesadaran. Caranya, ya kita renungkan saja nikmat-nikmat yang kita nikmati ini. Atau kita baru menyesal setelah semua ini dicabut oleh Allah. Betapa nikmat Allah yang telah diberikan kepada kita ini bak kaos singglet yang melekat ditubuh yang tidak terasa terpakai namun akan terasa sekali ketika kaos singlet itu telah lepas dari tubuh.

Tsumma latus’alunna yauma’idzin `ani al-na`im

“Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu” (QS. Al-Takatsur [102]: 8)

Wal-hasil, apakah kita akan tetap dalam kebodohan dengan tidak menyadari nikmat-nikmat Allah lantas mensyukurinya. Bersyukur itu bukan hanya sekedar dibibir saja namun bagaimana kita bisa memanfaatkan kenikmatan Allah itu untuk kemanfaatan yang lebih besar.

10. Harapan

Harapan atau biasanya disebut roja`, yang biasanya juga digandengkan dengan “khouf”, artinya takut. Jadi rasa takut kepada Allah dan berharap kepada Allah adalah pasangan yang seimbang. Maksudnya, seorang hamba harus takut kepada Allah karena Allah mempunyai siksa yang menyedihkan namun jangan lupa bahwa Allah juga mempunyai rohmat yang besar makanya jangan sampai kita putus harapan kepada Allah.

(Baca: cerita cinta 2)

Nah, harapan seorang hamba kepada Allah itu harus dikonsistensikan. Bahkan jangan hanya berharap rohmat Allah didunia. Konon, Allah hanya membagi rahmat-Nya 1% di dunia, sedangkan yang 99% itu diakhirat. Wal-hasil, kita rugi jika harapan kita hanya difokuskan di dunia saja.

Harapan atau cita-cita seorang hamba mestinya jangan hanya berharap sesuatu yang biasa-biasa saja. Lebih dari itu berharaplah ingin bermuwajahah dengan Allah. Apalagi beribadah hanya berharap surga, kan ndak masuk akal. Lha wong manusia itu lebih baik dari pada surga. Bukankah manusia itu,”Ahsanu taqwim”. Kan nanti ndak enak kalau kita di surga tapi Allah tidak pernah “menampakkan”. 

Hati Yang Bersih

Sebelum tulisan ini saya akhiri, mari kita sama-sama membersihkan hati kita. Sebab,

Qod aflaha man tazakka. Wa dzakaro sma robbihi fasolla. Baltu’tsiruna al-hayata al-dun’ya.  Wa al-akhirotu khoirun wa abqo. Inna hadza lafi al-shuhufi al-ula. Suhufi ibrohima wa musa.

Sungguh beruntung orang yang menyucikan diri (dengan beriman), dan mengingat nama Tuhannya, lalu dia salat. Sedangkan kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan dunia, padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal. Sesungguhnya ini terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu. (yaitu) kitab-kitab Ibrohim dan Musa. (QS. Al-A`la [87]: 14-19)

Sekali lagi, proses pembersihan hati itu dilakukan dengan cara memperhatikan amalan-amalan hati seperti faqir, tawaduk, qonaah dan lain-lain sebagainya itu. Mengapa? Karena yang menghadap kepada Allah hanya adalah orang yang mempunyai hati yang bersih.

Yauma la yanfa’u malun wa la banun. Illa man ata llaha biqolbin salim.

“(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih. (QS. Asy-Syuaro [26]: 88-89).

(Baca:melemahnya media Islam)

(Baca:cak nun di 40 hari Gus Dur)

 

Tags;  menyucikan hati, menjernihkan hati, manajemen qolbu,

Tentang penulis :

Marzuki Ibn Tarmudzi, pernah mencicipi sedikit segarnya lautan ilmu di Pondok Pesantren Bahrul ‘Ulum Tambakberas Jombang, Jawa Timur. Hobinya yang suka nyorat-nyoret kertas ini dimulai semenjak nyantri. Kini, hobinya itu dituangkan di berbagai media online, itung-itung sebagai aksi dari ; “بلغوا عني ولو أية “,” sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat ”.