Kutu Kupret, cerpen untuk Mbak Sri


Oleh: Marzuki Bersemangat

Sri Mulyani Indrawati nama perempuan itu. Empat Puluh tujuh tahunan. Tipikal ibu muda, punya daya juang tinggi dan yang prioritas adalah integritasnya, begitulah orang-orang Indonesia memandangnya. Kini di era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono jilid II, beliau duduk manis sebagai menteri keuangan dan mampu mencetak goal-goal yang mencengangkan. Ironisnya, teman-teman sepermainan menampakkan wajah-wajah yang sinis pada pencetak platinum goal ini. Tak pelak dalam perjalanannya ini berusaha dijerat erat-erat dengan tak berujungnya skandal bank century.
Ukiran berkilau di jagat Asia yang sudah ditorehkan Sri Mulyani membikin bank dunia jatuh cinta. Konon setahun yang lalu Ibu Sri Mulyani pernah dilamar Bank Dunia namun Bapak presiden belum mengizinkan kepergiannya. Tapi bank dunia tampaknya tidak putus asa. Melihat kecantikan aksi-aksi cerdas pengelolaan keuangan di Indonesia dipinanglah sekali lagi. Dan, akhirnya Sri Mulyani mengundurkan diri dari menteri keuangan Indonesia, atas seizin presiden pula beliau bulan depan akan berkantor di Washington DC Amerika serikat.
“Walah-walah! Lempar batu sembunyi di luar negeri”, Ujar Wak Jo, penuh sentimen berkomentar tentang Sri Mulyani Indrawati ini.
Aku, Wak Jo, Mas Poer dan Mbak Ruk memang gila-gilaan kalau berkumpul. Sok elit sekali tema pembicaraannya. Saat terjadi perdebatan liar, keempat orang ini hanya terdiri dua kubu; Wak Jo blok’s Vs Mbak Ruk blok’s. Aku pro Mbak Ruk dan Mas Poer pro Wak Jo. O, aku pembela perempuan.
“Betul, betul, betul,……..”, dukung Wak Jo
“Betul apanya, Poer?”, gertakku
Mas Poer tampak gelagapan mendengar jawabku. Ia pun menutupi rasa malunya dengan menepuk-nepuk paha sembari bernyanyi ria tanpa dosa. Sesaat kemudian Mbak Ruk yang sedari tadi memain-mainkan handphone jiwa kartininya muncul.
“Sri Mulyani, itu putri teladan Indonesia,…….”, kata Mbak Ruk dengan semangat optimis.
“Eh,……..”, ulah Wak Jo, mencibir Mbak Ruk.
Wak Jo, yang sok kampium intelektual ini sebenarnya deg-degan bila-bila beradu argumentasi dengan Mbak Ruk. Lha wong mahasiswa kutu kupret bin pasifis kok melawan mahasiswi kutu buku bin aktifis. Namun kami berempat adalah klop. Tolong menolomg mengisi kantong bila-bila satu diantara kami tertimpa kantong-kantong kekayaan. Ya, inilah kehidupan di negeri orang.
“Betapa di tengah-tengah kasus yang menjeratnya, beliau malah menunjukkan taringnya bercahaya di panggung dunia”, Mbak Ruk meneruskan.
“Betul, betul, betul,……”, Suportku
“Betul apanya, Mar”, balas Mas Poer.
Akupun celingak-celinguk juga. Cengar-cengir. Mendukung tanpa melalui proses berpikir. Namun jangan sebut Marzuki Bersemangat kalau tidak pandai nge-les. Dan entah, entah kenapa aku disambut ketiga temanku dengan terkekeh-kekeh begitu aku berucap.
“Ya itu Sri Mulyani, Menteri keuangan,iya kan?”
Untuk kesekian kalinya kutatap dalam-dalam satu persatu wajah temanku. Wajah yang sangat-sangat jenaka sekali. Menertawakan aku, atau jangan-jangan mereka menertawakan atraksi-atraksi konyol panggung perpolitikan Indonesia ini? Dimana wajarnya perbedaan visi terbiasa dengan saling menyingkirkan.
Dalam sisi-sisi pandangan Wak Jo, sebagai mahasiswa kutu kupret bin pasifis, pertunjukan reaksi itu bisa-bisa dianggap sikap picik belaka. Pengunduran diri Sri Mulyani dari Menteri keuangan lantas berkantor di Washington DC Amerika Serikat adalah satu bukti betapa rupa-rupa orang berdasi di Indonesia bertindak menerjang aturan kemudian berlari sembunyi saja. Dan, biarkan saja waktu yang menenggelamkan kasus itu. Pengkhianat!
Pandangan Wak Jo, ini sekaligus potret argumentasi-argumentasi masyarakat kita. Betapa masyarakat kita masih berkutat dalam tataran berpikir seperti itu, yakni minimnya kepercayaan terhadap orang-orang di institusi pemerintahan. Lha kalau orang-orang layaknya Wak Jo, lalu siapa yang mau percaya dengan institusi kita?
Merupakan sebuah sunnatullah bila ada orang yang berpandangan seperti Mbak Ruk, seorang optimistis sejati. Bahwa Sri Mulyani adalah teladan Kartini masa kini yang tegar berkarir ditengah-tengah cengkraman dominasi lelaki yang menjadi lawan-lawan politiknya. Menggugah kaumnya melalui sepak terjang yang jitu. Dan bagaimana beralasan sebuah ucapan, lempar batu sembunyi di luar negeri? Lha wong beliau dikenal sebagai satu dari dua orang yang paling bertanggung jawab dalam kucuran penalangan dana century. (Catatan; dua orang tersebut adalah Sri Mulyani dan Boediono, di era rezim Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla). Ya, begitulah pandangan Mbak Ruk.
Argumentasi Mbak Ruk sebenarnya mencakar-cakar para pewacana gender yang tak habis-habisnya menyuarakan kesetaraan. Realitasnya gender di Indonesia telah sukses diusung. Berbagai sector-sektor pekerjaan perempuan telah berkiprah. Ironisnya mereka hanya bersuara tanpa diikuti menciptakan terobosan baru di panggung dunia. Dan, sekali lagi, Ibu Sri Mulyani Indrawati adalah teladan Kartini Indonesia masa kini.
“Duarrr”
Mbak Ruk memecahkan keras-keras plastik bekas yang ditiupnya tepat di depan mukaku. Byar lamunanku buyar. Dan ini merupakan kali kedua aku ditertawakan dengan mulut lebar-lebar oleh Mas Poer, Wak Jo dan Mbak Ruk di coofee break pagi ini.

08.35/10/05/2010
Bumi Damai Robberriver

Tentang penulis :

Marzuki Ibn Tarmudzi, pernah mencicipi sedikit segarnya lautan ilmu di Pondok Pesantren Bahrul ‘Ulum Tambakberas Jombang, Jawa Timur. Hobinya yang suka nyorat-nyoret kertas ini dimulai semenjak nyantri. Kini, hobinya itu dituangkan di berbagai media online, itung-itung sebagai aksi dari ; “بلغوا عني ولو أية “,” sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat ”.