“Bu, dulu Bapak pernah berpesan pertama jangan pernah menagih hutang, jadi saya tidak pernah menagih hutang-hutangku sehingga modalku habis dan pesan yang kedua dari Bapak adalah ketika bekerja jangan sampai terkena sinar matahari jadi setiap saya berangkat kerja uang saya habis untuk naik taksi” Jawab Sutopo.
“la….kamu Sutono kok bias kaya”? Tanya Ibu.
“Begini bu, ya sebenarnya sama dengan Topo saya kaya lantaran menuruti pesan dari Bapak bahwa jangan pernah nagih hutang, jadi saya tidak pernah menghutangkan modal dagangku pada orang lain kecuali orang memang dapat kupercaya. Pesan kedua dari Bapak jangan pernah ketika bekerja terkena sinar matahari, maka tokoku kubuka sebelum matahari terbit ba’da Shubuh dan tutup setelah terbenam matahari ba’da Isya’ ,bu”. Jelas Sutono
kisah diatas adalah penggambaran perbedaan persepsi dari sebuah pesan dari sang Bapak kepada anaknya. Pesan yang sama tapi memberi dampak yang sangat tajam dalam perkembangannya. Sebuah persepsi benar ternyata penting. Analisa sebuah pesan, wacana dll diperlukan analisa sebelum kita pegang erat.
Kita boleh fanatik dan menganut aliran apapun. Terlepas hanya sekedar ikut atau memang observasi. Terlebih penting adalah mari kita bangun sebuah persepsi yang benar dalam diri kita. Dimana letak kebenaran? Kebenaran terletak pada hati nurani masing-masing, bukan pada golongan, partai, aliran, organisasi tertentu