By:
Marzuki Ibn Tarmudzi
tb%x.
â¨$¨Z9$#
Zp¨Bé&
ZoyÏnºur
y]yèt7sù
ª!$#
z`¿ÍhÎ;¨Y9$#
úïÌÏe±u;ãB
tûïÍÉYãBur
tAtRr&ur
ãNßgyètB
|=»tGÅ3ø9$#
Èd,ysø9$$Î/
zNä3ósuÏ9
tû÷üt/
Ĩ$¨Z9$#
$yJÏù
(#qàÿn=tF÷z$#
ÏmÏù
4
$tBur
y#n=tG÷z$#
ÏmÏù
wÎ)
tûïÏ%©!$#
çnqè?ré&
.`ÏB
Ï÷èt/
$tB
ÞOßgø?uä!%y`
àM»oYÉit6ø9$#
$Jøót/
óOßgoY÷t/
(
yygsù
ª!$#
úïÏ%©!$#
(#qãZtB#uä
$yJÏ9
(#qàÿn=tF÷z$#
ÏmÏù
z`ÏB
Èd,ysø9$#
¾ÏmÏRøÎ*Î/
3
ª!$#ur
Ïôgt
`tB
âä!$t±o
4n<Î)
:ÞºuÅÀ
?LìÉ)tGó¡B
ÇËÊÌÈ
Manusia itu adalah umat yang
satu. (setelah timbul perselisihan), Maka Allah mengutus Para Nabi, sebagai
pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka kitab yang benar, untuk
memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan.
tidaklah berselisih tentang kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan
kepada mereka Kitab, Yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan
yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk
orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka
perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. dan Allah selalu memberi petunjuk orang
yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.(QS. Al-baqoroh [2]: 213)
WACANAMARZUKI .
Sebelumnya saya begitu naksir untuk
mengelaborasi Karya S. Huntington, dalam bukunya yang berjudul Clash Of Civilization And The Remarking
Word Order.
Oh ya, memangnya
apa sih, korelasi antara judul tulisan saya ini dengan
buku itu? Pertama, sama-sama membahas tentang konflik antar manusia
pasca perang dingin. Kedua, saya akan membahas konflik antar manusia pada
zaman sekarang yang dimulai pasca perang dingin yang menurut saya juga
sama juga mewakili tentang kehidupan manusia dari dulu hingga sekarang. (hahahaha....gayane koyo ngerti-ngerti ae)
Saya rasa perlu
memulai dari pertanyaan-pertanyaan dasar tentang itu. Misal memulai apa arti dari Clash of Civilization adalah
pertentangan peradaban, itu menurut saya, sebab Huntington menyamakan antara Culture
dan Civilization. Dan tentu saja berbeda menurut saya antara budaya dan
peradaban. Ia memukul rata sebab keduanya memang berujung sama. Tapi, saya
berangkat dari termilogi, yang budaya berasal dari budhi yang lebih berarti pada
pola pikir manusia sedangkan
peradaban yang berasal dari kata adab yang berarti tatakrama manusia, tingkah laku. perbedaan mendasarnya tentu saja
tentang non materiil dan materiil.
Argumentasi
Huntington ini muncul menyikapi sumber konflik utama yang dihadapi umat manusia
pasca perang dingin ini bukan lagi masalah ideologi dan ekonomi tetapi
perbedaan kebudayaan. Lantas, apa yang menyebabkan Huntington berpendapat
seperti itu? Penyebabnya Ia melihat konflik ideologi telah usai paska perang
dingin, yakni runtuhnya komunisme atas demikrasi liberal, yang sebelumnya telah
berlangsung terus sampai pecahnya perang dunia 1, yakni konflik antar negara
bangsa. Dan sebelum revolusi perancis terjadi konflik antar raja yang merupakan
konflik antara monarki absolut dan monarki konstitusional yang masing-masing
pihak bertujuan untuk memperluas ketentuan birokrasi, angkatan bersenjata,
kekuatan ekonomi merkantilis, dan terutama perluasan wilayah. Jadi, dari situ
Ia lantas punya dugaan bahwa Civilization punya potensi menjadi sumber konflik
antar manusia.
Lantas, apakah saya
setuju dengan pandangan S. Huntington itu? Untuk menjawab itu tentu perlu saya
sebutkan alasan-alasan huntington atas argumentasinya itu. Pertama, adalah
kenyataan bahwa perbedaan antar peradaban tidak hanya riil, tapi juga mendasar.
Peradaban terdiferensiasi oleh sejarah, bahasa, budaya, tradisi, dan yang lebih
penting lagi, agama. Perbedaan agama melahirkan perbedaan dalam memandang hukum
manusia dengan Tuhan, individu dan kelompok, warga dan negara, hak dan
kewajiban, kebebasan dan sebagainya. Huntington melihat seperti perang teluk I
adalah perang yang disebabkan civilization. Apakah pendapat ini bisa disetujui?
Ah, Huntington hanya menduga-duga. Sebab peradaban selalu ada sejak dulu dan ia
bukan satu-satunya pemicu konflik. Dugaan saya perang teluk I juga sebab
politik. Yakni, invasi pengaruh. Dan semoga saya salah. Huntington ini tak
ubahnya ingin menjatuhkan peradaban Islam. Tesis Huntington itu adalah upaya
barat untuk menjatuhkan Islam sebagaimana kita ketahui bahwa barat takut dengan
kebangkitan Islam dengan satu semangat civilization yang Islam.
Kedua, dunia yang
semakin menyempit punya kans interaksi semakin pesat, maka pertemuan antar
kultur dan civilazation semakin padat. Alasan keduanya ini nampaknya merupakan
generalisasi pada tataran konsep. Meski ia menunjukkan bukti tentang budaya
satu menolak budaya lain, misalnya kebencian orang Perancis terhadap pendatang
Afrika Utara, namun banyak bukti dalam masyarakat dunia yang memiliki kesadaran
budaya tinggi. Sebagai contoh komunitas Muslim di Amerika Serikat yang mulai
menunjukkan peningkatan baik dalam kuantitas maupun persentuhannya dengan aspek
ekonomi dan politik. Huntington sendiri seperti pura-pura tidak melihat bahwa
di Amerika Serikat sudah jelas terlihat gerakan “budaya berganda”
(multiculturalisme) yang mengakui bahkan merangkul semua peradaban yang
diklasifikasikan Huntington tadi dalam tubuh masyarakat Amerika (Emmerson,
1993: 45)
Alasan ketiga,
proses modernisasi ekonomi dan perubahan sosialdunia yang telah membuat
masyarakat tercabut dari identitas lokal dan memperlemah negara bangsa sebagai
sumber identitas mereka. Dalam hal ini agama muncul sebagai sumber identitas
dan pegangan, sering dalam bentuk gerakan “fundamentalisme”. Fundamentalisme
ini sering disejajarkan dengan aktivitas politik, ekstrimisme, fanatisme,
terorisme, dan anti-Amerika. Nampaknya makna seperti itu yang dipegangi oleh
Huntington dalam mengartikan istilah fundamentalisme. Mungkin memang benar,
bahwa sebagian terlibat dalam religio-politik radikal, namun menurut Esposito,
yang terlihat dari kaum fundamentalisme justru bekerja dalam tatanan yang
mapan. Esposito sendiri lebih memilih mengistilahkan “ aktivisme Islam” atau
“kebangkitan Islam” yang tidak terlalu dibebani oleh nilai-nilai yang berakar
pada tradisi Islam, daripada istilah “fundamentalisme” yang terlalu dibebani
oleh praduga Kristiani dan stereotip Barat dan juga menyiratkan ancaman
monolitik yang tidak pernah ada (Esposito, 1996: 18). Kemajuan ilmu dan
teknologi juga tidak jarang membawa bencana dan menimbulkan proses
dehumanisasi. Fundamentalisme pada dasarnya menggiring perkembangan ilmu
teknologi tersebut ke arah yang lebih humanis dengan cara mendekatkan
nilai-nilai agama dengan unsur-unsur modernitas. Penekanan terhadap nilai-nilai
yang sifatnya universal yang terkandung dalam ajaran agama, justru dapat
mengurangi kemungkinan terjadinya konflik antar-peradaban.
Alasan keempat,
terjadinya konflik peradaban akibat tumbuhnya kesadaran peradaban akibat
benturan dengan dunia Barat. Yang dimaksud adalah Barat yang sedang berada di
puncaknya berhadapan dengan non-Barat yang berkeinginan membentuk dunia dengan
caracara mereka sendiri (de-westernisasi). Menurutnya, de-westernisasi ini
justru terjadi di kalangan elite, sedangkan proses sebaliknya dapat ditemukan
di kalangan rakyat biasa.
Faktor kelima,
karateristik dan perbedaan budaya kurang bisa menyatu dibanding dengan
karateristik dan perbedaan politikekonomi. Ia mengatakan orang bisa menjadi
separuh Perancis-separuh Arab, tapi sulit untuk menjadi setengah
Muslim-setengah Katolik. Huntington ingin memperkuat pendapatnya bahwa
perbedaan politikekonomi lebih memiliki dimensi terbuka dibandingkan dengan
perbedaan budaya.
Keenam, munculnya
regionalisme ekonomi yang semakin meningkat. Di satu sisi, regionalisme ekonomi
yang berhasil akan memperkuat kesadaran peradaban. Di pihak lain, regionalisme
ekonomi hanya bisa berhasil kalau berakar dari budaya yang sama. Faktor ini
mungkin faktor yang paling lemah di antara yang lain. Contohnya adalah
Masyarakat Ekonomi Eropa dan ASEAN, keduanya lahir setelah terjadi konflik antar
negara di kawasan yang bersangkutan, walaupun negara-negara yang terlibat
konflik berasal dari peradaban yang sama. Kerjasama tersebut dilakukan agar
masingmasing negara tidak melakukan perang. Dalam hal ini Huntington keliru
menempatkan Jepang sebagai peradaban yang unik, yang hanya dianut orang Jepang
sendiri. Jika Huntington menganggap bahwa Jepang tidak akan berbenturan dengan
Barat, hal itu bukan berarti keberhasilan “pembaratan” atas Jepang, melainkan
budaya Jepang sendiri yang mempunyai karakter berbeda.
PENYEBAB KONFLIK
ANTAR SESAMA MANUSIA DALAM PANDANGAN AL-QUR’AN
Ayat tentang
penyebab perpecahan antar sesama manusia sudah saya
tulis di pembukaan tulisan ini, Al-Qur’an Suroh Al-Baqoroh ayat 213. Dan, penyebabnya adalah “ بغيا بينهم”, yakni ada kedengkian
diantara mereka. Tentu penulis sangat setuju dengan keterangan dari Allah ini, selain
karena saya muslim sebab memang begitu fakta penyebab konflik yang ada di
masyarakat. Entah, konflik antar suku, bangsa, warna kulit dan kelompok-kelompok
lainnya. Apa sih arti dengki? Adalah menaruh
perasaan marah (benci, tidak suka) karena iri yang amat sangat kepada
keberuntungan orang lain (sumber: KBBI).
كان الناس أمة واححدة فبعث الله النبين
مبشرين و منذرين , “bahwasannya manusia
itu pada mulanya adalah umat yang satu (kemudian mereka berselisih) maka Allah
mengutus para Nabi untuk member peringatan dan kabar gembira”. Dalam tafsir
Ibnu Katsir, bahwasannya jarak antara Adam dan Nuh adalah sepuluh generasi dan
mereka hidup dalam syariat Allah kemudian mereka berselisih lalu Allah mengutus
Nabi-Nabi untuk memberi kabar gembira dan pemberi peringatan.
Juga
diterangkan, bahwasannya konflik umat-umat terdahulu adalah orang yahudi
berpendapat Ibrahim adalah yahudi dan orang nasrani berargumentasi Ibrahim
adalah nasrani. Kemudian Muhammad diutus yang merangkan bahwasannya Ibrahim
adalah seorang yang hanif dan muslim.
Mereka
juga berselisih tentang eksistensi Isa As. Yahudi menuduh ibunya telah
melakukan dosa, sedangkan nasrani menjadikan Isa sebagai sesembahan, kemudian
Islam datang menjelaskan bahwa Isa As, diciptakan oleh Allah Swt melalui roh
ciptaan-Nya dan perintah-Nya.
Oh ya, sedikit saya
akan mengingatkan kembali tentang konflik di makah pada zaman Nabi Muhammad Saw. Pada mulanya masyarakat
makkah sebelum kedatangan Sang Nabi adalalah penyembah berhala. Kemudian Allah
mengutus Nabi Muhammad Saw, untuk menyampaikan agama Islam. Yakni agama yang
juga pernah disampaikan oleh Nabi-Nabi sebelumnya, seperti Nabi Ibrahim As,
Musa As, Isa As. Dan, yang kunci Islam adalah menyampaikan tauhid, yakni Allah
itu satu. Masyarakat Makkah banyak juga yang menjadi pengikut Nabi Muhammad Saw
namun banyak juga yang membantahnya. Pembantahnya terutama para
pembesar-pembesar yang mereka takut kehilangan status sosial dan sumber
ekonominya. Sebab waktu itu mereka menggunakan lingkungan kakbah juga sebagai
pusat perdagangan karena ramainya orang-orang untuk menyembah berhala.
Orang-orang kafir tak segan-segan mereka membuat konflik fisik pada orang
Islam. Disitulah, lantas turun ayat untuk memerangi orang-orang kafir.
Dalam dunia nyata
yang kita lihat sehari-hari ini, konflik memang banyak sekali terjadi. Entah
konflik antar teman, tetangga, atau masyarakat secara luas. Konflik tetangga
biasanya bisa karena sengketa tanah, atau perebutan lahan sumber ekonomi.
Lantas, apakah ini juga bersumber dari kedengkian? Pasti donng!! Sebab sumber
konflik adalah karena penyakit hati dan yang menyebabkan hal-hal seperti itu
merupakan penyakit hati iri dengki.
Konflik-konflik
antar partai juga bersumber dari kedengkian. Kok bisa? Perebutan kekuasaan itu
buktinya. Penyakitnya hatinya adalah cinta dunia. Hubbu ad-dunya disebabkan
keinginan yang selalu ingin bersaing dengan orang lain, ini juga disebabkan
adanya kedengkian.
Konflik antar
negara akhir-akhir ini antara Korea Utara melawan Amerika serikat juga
disebabkan kedengkian diantara mereka. Bagaimana tidak? Lha wong konflik antar
negara dari dulu akarnya sebenarnya ya itu-itu saja, yakni sikap hegemoni. Bukankah
hegemoni merupakan suatu kesombongan. Dan kesombongan seseorang itu sebenarnya
bersumber dari kedengkian. Kok bisa? Orang sombong itu kan sikap yang tidak mau
kalah dengan orang lain to. Ia ingin selalu merasa lebih baik dan tak mau
tersaingi oleh orang lain.
Al-hasil, konflik
antar manusia itu memang disebabkan kedengkian, bukan karena perbedaan
kebudayaan. Kalau peradaban adalah pemicu konflik pasti Indonesia tak
henti-hentinya terjadi konflik sebab Indonesia banyak sekali budayanya.
Faktanya kita sebagai masyarakat Indonesia indah-indah saja.
Mari kita sebagai
manusia yang diberi pikiran hendaknya bisa menjaga perdamaian. Dimanapun kita
berpijak! Mengapa? Sebab manusia harus punya peradaban, yang bukan sebagai
sumber konflik. Dan manusia yang bisa menjaga
dari konflik ialah manusia yang sebenarnya sebab ia telah menaklukkan
nafsu hewaniahnya. 24:00/04/08/2017
Ya Allah, saya
sudah menyampaikan. Saksikanlah!
Judul terkait; Penyebab
Konflik Antar Manusia, Sejarah Umat Manusia, Manusia Pada Mulanya Satu Umat,
Teori Konflik Antar Manusia, Pandangan Islam Terhadap Konflik Manusia, Islam
Agama Yang Universal, Penyebab Konflik Antar Manusia, Sejarah
Umat Manusia, Manusia Pada Mulanya Satu Umat, Teori Konflik Antar Manusia,
Pandangan Islam Terhadap Konflik Manusia, Islam Agama Yang Universal, Penyebab
Konflik Antar Manusia, Sejarah Umat Manusia, Manusia Pada Mulanya Satu Umat,
Teori Konflik Antar Manusia, Pandangan Islam Terhadap Konflik Manusia, Islam
Agama Yang Universal.