Esai : 09
Selasa, 19 Desember 2017
Oleh : Marzuki Ibn Tarmudzi
Ngopi
dan Ngaji : Berguru kepada Sang Nabi
Mas Lantip buru-buru sekali keluar dari
Masjid seusai sholat jama’ah sholat Isya’. Tiba-tiba-berhenti di serambi Masjid.
Menoleh kanan kiri bak harimau yang keluar gua untuk mencari mangsa. Pandangannya
mantap ke jalan lurus depan Masjid. Wajahnya sumringah lalu mengambil sandalnya
dan lari tergopoh-gopoh menerobos derai hujan mengejar seseorang dari halaman Masjid. Ia mendapati dan mengajak
jabat tangan dengan seseorang yang memakai payung itu.
“Pakde Waringiiin, Assalamu’alaikum”
Mereka tampak berjabat tangan. Ternyata Mas
Lantip ingin menemui Pakde Waringin. Berbinar-binar matanya bertemu Pakde
Waringin laiknya seorang ibu membesuk anaknya di pesantren, yang sudah lama
tidak bertatap muka. Ia girang tak ubahnya sopir yang meneteskan air mata
karena kehilangan kendaraannya lalu bersujud syukur sebab telah menemukannya di
bantaran sungai.
“Wa’alaikum salam. Lho! Mas Lantip, kapan
pulangnya?”
Pakde Waringin juga tampak kaget. Lama
juga tak bertatap muka dengan anak muda itu. Mas Lantip, pemuda yang sedang
menuntut ilmu di salah satu perguruan tinggi di Surabaya. Semangatnya tolabul
ilmi tinggi, meski ambil jurusan ekonomi, semangatnya belajar diniyah, ilmu
agama tak padam. Di luar kegiatan kampus masih menyempatkannya untuk menghadiri
majlis-majlis taklim di Masjid Besar Surabaya itu. Semangatnya mencari ilmu tak
padam bak pengumpul dolar yang tetap mengais-ngais meski isi rekeningnya
bertumpuk-tumpuk.
“Baru datang tadi sore. Anu Pakde, mau
ngajak mampir ngopi dulu di warungnya Bude Warsini”
Mas Lantip memegangi tangan Pakde
Waringin. Tampak memaksa. Pakde Waringin memahami dan mengikut saja kemauan
anak muda itu. Hal seperti itu biasanya ada hal yang perlu diomongkan.
Hujan rintik-rintik sedari bakda Ashar
tadi membikin suasana kampung tampak kurang bergairah. Warung Bude Warsini
hanya tampak Mas Kelik, yang sedang asyik memainkan senar gitarnya. Sekali ia
menyapa kedatangan Pakde Waringin dan Mas Lantip. Lalu ia kembali fokus
memainkan senar gitarnya. Derai hujan beriringan dengan denting senar guitar.
.....jreng...jreeeng......Suuugih tanpo
bondo digdooyo tanpo aji, trimah mawi pasrah sepi pamrih tebih ajrih...
.....jreng...jreeeng......Suuugih tanpo bondo digdooyo tanpo aji, trimah mawi
pasrah sepi pamrih tebih ajrih.....
Penyanyi level kampung itu menarik nafas,
memejamkan mata, mengolah petikan guitarnya untuk memperoleh denting yang
sesendu mungkin. Lalu terdengar ia meninggikan nada suaranya meski masih dalam
suara yang pelan bersama dentingan guitar dan diiringi suara gemerincing air :
laanggeeeng tanpo susaaah tanpo seneeeeng
anteng mantheeeeng sugeng jeneeeng... laanggeeeng tanpo susaaah tanpo seneeeeng
anteng mantheeeeng sugeng jeneeeng jreeengg..jreng.
Suara yang fals. Pakde Waringin sumringah
melihat performace Mas Kelik itu. Liriknya itu milik Sosrokartono, sedangkan aransemennya
mengambil melodi lagu Banyuwangian yang masyhur itu : “....manise yo
manise wong jenenge koyo manggis, (Kalau boleh jujur lagu banyuwangian
itu memang merdu). Padhang mbulan ing pesisir Banyuwangi (Kalau
saya diberi bakat membuat aransemen musik, ingin rasanya membikin lagu Pop berinspirasikan
lagu Banyuwangi)...... Wes kelakon semene rasane rikoyo ingsun edyani....”.
Pakde Waringin dan Mas Kelik dengan
atraktifnya langsung memberikan applause. That it’s kafe’ performance
yang entertain, dan syarat akan pesan : Jadilah manusia yang
mempunyai paradigma, cara berpikir yang
komprehensif, yang luas. Harapannya, kehidupan ini akan lebih harmonis. Baik
dan buruk itu memang ada, namun keduanya bisa bertabrakan jika kita berpikir
sempit. Belajar menjadi manusia yang arif bijaksana, “ummatan
wasathon” [[1]],
keseimbangan, Nol oportunis, “langgeng tanpo susah tanpo seneng”.
Bingung yooo.... dipikir wae karo mapan turu.
Baca
esai lain :
Esai 001 : Menjadi Muslim Jaman Now, Bukan Meniru Jejak
Setya Novanto
Esai 003 : Belajar Jurus Untuk Menjaga Diri Bukan Membela Diri
Esai 004 : Indonesia dan Khilafah
Mas Kelik senyum malu dengan tepukan
tangan itu. Guitarnya pun di letakkan di depannya lalu menghempaskan badannya
di kursi panjang itu. Mas Lantip bereaksi dengan mengeluarkan secarik kertas
bertuliskan arab yang bertuliskan tangan. Melihat adegan itu Mas Kelik
penasaran, bertanya-tanya: apakah itu syair arab mayshur yang diperolehnya dari
browsing? Apakah itu do’a untuk memperlengket hubungan? Apakah itu rapalan
untuk mendeteksi seseorang yang terkena pengaruh jin? Atau, jangan-jangan itu
amalan berupa wiridan untuk menarik orang-orang
supaya simpati dalam penggalangan dana dan masa untuk menggulingkan
rezim Donald Trump di Amerika Serikat, karena sudah berani-beraninya
mendeklarasikan Yerusalem city, as capital of the colonial, sebagai
ibukota zionis itu. Ah, apa ya....sembari garuk-garuk kepala.
“Anu Pakde, saya mau menanyakan perihal atsar,
perkataan seorang ulama’ Yahya bin Mua’dz Ar Razi r.a. ini, diktat ini saya
tulis ketika mengikuti Kajian Kitab Nashoihul ‘ibad, karya Syeikh Muhammad
Nawawi Ibnu Umar Al-Jawi, di majlis taklim kemarin tentang, sepuluh hal yang
tidak pantas disukai oleh ulama’,” sembari memberikan secarik kertas itu kepada
Pakde Waringin.
Mas Kelik bangkit dari tidurannya. Pertanyaannya
itu seketika membikin porak-poranda konstelasi lelah dan kantuknya. Kretek di
sakunya itupun dikeluarkan dan disulutnya. Cekatan juga ia membelesakkan pisang
goreng di meja ke gerahamnya.
Berhati-hati Pakde Waringin memperhatikan
dan membaca diktat itu :
يا صاحب العلم والسنة قصوركم قيصرية.
وبيوتكم كسرية ومساكنكم قرونية وابوابكم طلوتية وثيابكم جالوتية ومذاهبكم شيطانية
وضياعكم مروانية وولايتكم فرعونية وقضاتكم عاجلية اصحاب الرشوة غشاشة وائمتكم
جاهلية فاين المحمدية
Wahai, yang mempunyai ilmu dan sunah,
gedung-gedungmu ala Kaisar Romawi, rumah-rumahmu ala Kisro Persia,
tempat-tempat tinggalmu ala Qorun zaman Nabi Musa, gerbang-gerbangmu ala raja
Thalut, busana-busanamu semewah jalut, jalan-jalan hidupmu aliran setan,
perbuatan-perbuatamu aliran Marwan, kekuasaanmu macam Fir’aun, hakim-hakimu
gegabah dalam memutus hukum lagi genar makan suap dan khianat, dan para imanmu
setolol Jahiliyah, kalau begitu di mana pelaksanaan ajaran Muhammad?”[[2]]
Pakde Waringin sembari menikmati kepulan
kreteknya merenungkannya isi secarik kertas itu. Menerobos spektrum huruf-huruf
itu : Ada sepuluh hal keduniawian yang tidak pantas disukai oleh ulama’ :
Pertama, gedung-gedung yang ala Kaisar Romawi. Kedua, rumah-rumah yang ala
Kisro Persia. Ketiga tempat-tempat tinggal yang ala Qorun zaman Nabi Musa.
Keempat gerbang-gerbang ala raja Thalut. Kelima, busana-busana yang semewah
jalut. Keenam, jalan-jalan hidup yang beraliran setan. Ketujuh, perbuatan-perbuatan
seperti aliran Marwan. Kedelapan, kekuasaan macam Fir’aun. Kesembilan, hakim-hakim
gegabah dalam memutus hukum lagi gemar makan suap dan khianat. Kesepuluh, para
imanmu setolol Jahiliyah. [[3]]
Mas
Lantip tak berhenti memandangi Pakde Waringin. Menunggu ilmu yang keluar dari
mulutnya. Ia bak seorang ibu yang menjemput anaknya di terminal yang tak putus
pandangannya mengawasi gesture dan wajah-wajah orang yang turun dari
bus.
Berbeda dengan Mas Kelik, pemuda yang
nyentrik ini lebih santai. Ia menunggu ucapan dari Pakde Waringin sembari
menghisap kreteknya. Baginya, hal yang keluar dari Pakde Waringin, masih butuh
dikunyah-kunyah lagi. Mas Kelik bukan tipe orang yang suka makanan jadi, ia
sreg jika makanan itu dibawa pulang dan digoreng lagi. Ia adalah pengamen
jalanan yang mengkampanyekan anti fastfood. Dan menyuarakan : pemuda anti
“mansturbasi”[[4]].
“Maksudnya itu ya, jangan sampai hal-hal
keduniawian itu menghilangkan kecintaannya pada sesuatu yang tidak diridhoi
oleh Allah, sehingga melalaikan kegiatannya dalam berkutat dengan ilmu-ilmu
agama”, ucap Pakde Waringin sembari menatap kepada Mas Lantip.
BOLEHKAH MENJADI MUSLIM KAYA RAYA?
“Kenapa ya Pakde, seakan-akan dalam Islam
itu menumpuk-numpuk materi, bermegah-megahan itu kok tidak diperkenankan?”[[5]]
Baca
esai yang lain :
Esai 005 : Fundamentalisme Badar
Esai 006 : Havana, oh na..na..ah sit! Fuck you trump
Sekonyong-koyong Mas Kelik mengkritik
sikap Islam, yang menurut perspektifnya : Islam antipati terhadap budaya barat
yang glamor, freedom of spech, menjunjung human right, etc.
“Yang dikutuk Allah itu bukan sikap menumpuk-numpuk hartanya, tapi
sikapnya yang kikir dan tidak mau mengkontribusikannya, menginfaqkannya di
jalan Allah itu. Di Al-Qur’an banyak sekali ayat yang menyuruh muslim untuk
bersedekah, berinfaq itu menunjukkan bahwa Allah Swt. menyuruh muslim untuk
kaya. Bekerjalah sungguh-sungguh, menabunglah sungguh-sungguh supaya dapat
bersedekah dan naik haji”, Pakde Waringin menjelaskan.
Mas Kelik mencoba menerima jawaban dari Pakde itu. Merasa belum ada
bantahan, ia kunci rapat-rapat mulutnya sembari ngrokok. Ia lihat, raba, cium, baru
setelah dirasa aman dikunyah berkali-kali dengan gerahamnya hingga lembut baru
ia masukkan jawaban Pakde Waringin itu dalam konsep berpikirnya.
“Bagaimana menyikapi sistem ekonomi yang memiskinkan rakyat ini Pakde?”,
Mas Lantip laiknya Crish John yang tidak membiarkan lawannya tenang dalam ring
tinju, ia terus hantam Pakde Waringin dengan pertanyaan lain.
“Kamsudmu pijimane tow, aku nd’ ngerti pertanyaanmu, ketinggian mas?”, Pakde Waringin laiknya pemancing mania
ia tarik-tarik umpan itu supaya ikan incarannya mau menyantapnya.
Mas Lantip diam. Tak faham betul tentang
pertanyaannya. Seperti penuntut yang tidak punya fakta meteriil yang kuat atas
gugatannya.
“Sistem apa to, kapitalis, sosialis atau
apa”, Pakde mengejar
“Itu lho Pakde banyaknya koruptor di
Indonesia”,
“Itu dampak dari sistem hukum yang tidak
adil. Bukan kesalahan sistem ekonomi. Penegakan hukum yang adil, tepat serta
efektif, secara otomatis akan memberi ruang bagi ppara pejabat instansi maupun
institusi pemerinah tanpa harus di teropong terus menerus oleh KPK, sehingga
mereka tidak merasa khawatir untuk dikriminalisasi. Perihal mereka akan mencari
celah untuk mengakali sistem hukum, kita yakin sepenjang penegakan hukum
berjalan dengan adil, tepat dan efektif, maka sepandai-pandai tupai melonpat
akan jatuh juga”.
KEDIGDAYAAN, KEKUASAAN DAN SIKAP BERSYUKURNYA NABI SULAIMAN AS.
Pakde Waringin melanjutkan : lihatlatlah!
Belajarlah! Kepada Nabi Sulaiman As, dengan memIliki bala tentara berupa
manusia, hewan, Jin, Istananya yang paling megah di dunia tidak menjadikannya
angkuh, sewenang-wenang, arogan, adigang-adiguno.[[6]]
Justru ia malah bersyukur. “Maka Dia tersenyum dengan tertawa karena
(mendengar) Perkataan semut itu. dan Dia berdoa: "Ya Tuhanku berilah aku
ilham untuk tetap mensyukuri nikmat mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku
dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau
ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu
yang saleh". (QS. An-Naml [27]: 19)
Dalam Al-Qur’an diceritakan, bagaimana
tentang istana Nabi Sulaiman yang pintu gerbangnya terbuat dari kaca dengan
pilar-pilar yang menjulang tinggi. Di dekat singgasananya, terdapat ruangan
sangat luas dengan lantai yang seolah-olah adalah genangan air padahal kaca.
Bukankah ratu Bilqis pernah menjinjing pakaiannya hingga betis ketika melewati
tempat ini. Namun ketika Nabi Sulaiman mengatakan itu hanya kaca sang ratu pun
tertunduk malu dan mengakui kehebatan Nabi Sulaiman As. “Dikatakan
kepadanya: "Masuklah ke dalam istana". Maka tatkala Dia melihat
lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua
betisnya. berkatalah Sulaiman: "Sesungguhnya ia adalah istana licin
terbuat dari kaca". berkatalah Balqis: "Ya Tuhanku, Sesungguhnya aku
telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman
kepada Allah, Tuhan semesta alam". (QS. An-Naml [27]: 44)
ISLAM
MEMERINTAHKAN MANUSIA UNTUK AKTIF BUKAN PASIF
“Emang iyya Pakde, Allah sudah menjamin rezeki, misalnya makanan
gitu, untuk semua makhluk?”, tanya Mas Kelik yang sedari tadi hanya menjadi
pendengar setia.
Pakde menjawab : Buktinya, semua makhluk
kan bisa makan to. Yang jelas Allah menyuruh manusia itu untuk mau bergerak.
Jemput bola bukan menunggu bola. Sebab Allah telah menyediakan semua makanan
untuk makhluknya. “Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka
bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah
kamu bersyukur.” (QS. Al-A’rof [7]: 10). Ayat itu mengajarkan kita semua
untuk aktif bukan pasif.
ORANG KAFIR PUN DIJAMIN REZEKINYA OLEH
ALLAH
Bude Warsini pun baru datang
menghantarkan kopi, setelah hampir satu jam duduk. Maklum, tadi baru saja
membeli gas lpj yang habis. Dan tiba-tiba ia juga bercelethuk, “Gusti Allah itu
memang penuh kasih sayang ya Pakde, lha wong yang ndak mau sholat saja masih
bisa makan, minum dan rokokan”[[7]]
Mereka tampak tersenyum dengan celethukan
itu. Dan kopi yang masih panas itu membikinnya tak sabar untuk diseruput. Bagi
mereka, kopi panas tak ubahnya makan siang setelah sedari pagi mencangkul
ladang di bawah terik matahari.
“Memangnya, Allah akan gulung tikar jika
memberi makan kepada semua makhluknya. Dan memangnya, Allah akan turun
derajatnya jika semua makhluk kafir semua. Memangnya Allah butuh disembah oleh
ciptaannya, yang butuh Allah, itu kita semua ini, pastinya jin dan manusia.
Kedua jenis makhluk itu dengan jelas ditegaskan dalam Al-Qur’an, tidak lain
diciptakan kecuali hanya untuk beribadah kepada Allah[[8]]”,
ucap Pakde dengan terkekeh-kekeh.
DO’A AGAR MAMPU BERSYUKUR
“Supaya kita semua ditambah nikmatnya,
katanya harus bersyukur ya Pakde, ada ngg’ Pakde Dalam Al-Qur’an do’a supaya
diberi kemudahan, kemampuan untuk bersyukur, soale bersyukur itu sering
dilupakan oleh kita semua”, tanya Bude Warsini kepada Pakde Waringin.
Pakde Waringin pun membacakan ayat dalam
Al-Qur’an, yakni di ayat 15 suroh al-ahqaaf, “A’udzubillahi mina
asy-syaithoni ar-rojimi bismillahi ar-rohmani ar-rohimi, robbi auz’ni an
asykuro ni’mataka allati an’amta alaiyya
wa ‘ala walidayya wa an a’mala sholiha tardhohu wa aslihli fi dzurriyati inni
tubtu ilaika wa inni mina al-muslimina”
رَبِّ
أَوْزِعْنِىٓ أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِىٓ أَنْعَمْتَ عَلَىَّ وَعَلَىٰ
وٰلِدَىَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صٰلِحًا تَرْضَىٰهُ وَأَصْلِحْ لِى فِى ذُرِّيَّتِىٓ ۖ
إِنِّى تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّى مِنَ الْمُسْلِمِينَ ﴿الأحقاف:
"Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk
mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu
bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai;
berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku.
Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya aku Termasuk
orang-orang yang berserah diri". (QS. Al-Ahqaff ayat 15)
Malam semakin menuju peraduannya. Derai
hujan tidak menunjukkan tanda lelah. Sedangkan mata Mas Kelik tak ubahnya ufuk
yang ditarik-tarik oleh iblis menuju senja. Melihat Mas Lantip akan terlihat
paradok, ia masih berkobar-kobar gairahnya yang ingin terus berusaha memadamkan
api keingin tahuannya.
“Ayyo pulang dulu, besok dilanjut,
assalamu’alaikum”, Pakde Waringin berpamitan pulang.
“Wa’alaikum salam jawab”, jawab Mas
Kelik, Mas Lantip dan Bude Warsini
(Ya Allah,
jadikanlah hambamu sebagai hamba yang saleh)
Judul terkait :
# Menjadi muslim yang kaya # menjadi
muslim yang bersyukur # menjadi muslim yang bekerja keras # 10 hal keduniawian
ini tidak pantas disukai oleh Ulama’
[1] Baca :
QS. Al-Baqoroh [2]: 143
[2] Syeikh Muhammad Nawawi Ibnu Umar Al-Jawi, Nashoihul
‘ibad
[3]
Gedung yang bagaikan gedung kaisar, kaisar yaitu gelar untuk raja-raja
romawi. Rumah yang bagaikan rumah Kisra, yakni Raja persia. Qorun ialah hartawan
yang menentang Nabi Musa dan akhirnya ia sendiri ditelan bumi berikut harta
kekayaannya. Thalut ialah seorang Raja di masa Nabi Dawud, sedang Jalut adalah
raja musuhnya, yang kemudian terbunuh dalam peperangan melawan Nabi Dawud.
Marwan bin Hakam, ialah seorang raja dalam dalam Dinasti Umawiyah yang berkuasa
setelah Muawiyah II, yaitu tahun 65 H./684 M. Dua orang putra Marwan bin Hakam,
Abdul Malik dan Abdul Aziz menurunkan Umar, juga menjadi raja di Syam setelah
Sulaiman, saudara sepupunya tersebut”.
[4] Yakni
anti melakukan sesuatu dengan jalan pintas. Pemuda harus menjalani proses untuk
meraih kenikmatan.
[5] Baca :
QS. Al-Humazah [104]
بِسْمِ اللَّـهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ
وَيْلٌ لِّكُلِّ هُمَزَةٍ لُّمَزَةٍ ﴿الهمزة:١
الَّذِى جَمَعَ مَالًا وَعَدَّدَهُۥ ﴿الهمزة:٢
يَحْسَبُ أَنَّ مَالَهُۥٓ أَخْلَدَهُۥ ﴿الهمزة:٣
كَلَّا ۖ لَيُنۢبَذَنَّ فِى الْحُطَمَةِ ﴿الهمزة:٤
وَمَآ أَدْرَىٰكَ مَا الْحُطَمَةُ ﴿الهمزة:٥
نَارُ اللَّـهِ الْمُوقَدَةُ ﴿الهمزة:٦
الَّتِى تَطَّلِعُ عَلَى الْأَفْـِٔدَةِ ﴿الهمزة:٧
إِنَّهَا عَلَيْهِم مُّؤْصَدَةٌ ﴿الهمزة:٨
فِى عَمَدٍ مُّمَدَّدَةٍۭ ﴿الهمزة:٩
1. Kecelakaanlah bagi
Setiap pengumpat lagi pencela,
2. Yang mengumpulkan
harta dan menghitung-hitung[1600],
3. Dia mengira bahwa
hartanya itu dapat mengkekalkannya,
4. Sekali-kali tidak!
Sesungguhnya Dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah.
5. Dan tahukah kamu
apa Huthamah itu?
6. (yaitu) api (yang
disediakan) Allah yang dinyalakan,
7. Yang (membakar)
sampai ke hati.
8. Sesungguhnya api
itu ditutup rapat atas mereka,
9. (sedang mereka
itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang.
[1600] Maksudnya
mengumpulkan dan menghitung-hitung harta yang karenanya Dia menjadi kikir dan
tidak mau menafkahkannya di jalan Allah.
[6] Lihat
QS. Al-Anbiya’ [21]: 79-82, QS. Shaad [38]:30-40
[7] Baca QS.
Al-Baqoroh [2]: 126.
وَإِذْ قَالَ إِبْرٰهِۦمُ رَبِّ اجْعَلْ هٰذَا
بَلَدًا ءَامِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُۥ مِنَ الثَّمَرٰتِ مَنْ ءَامَنَ مِنْهُم
بِاللَّـهِ وَالْيَوْمِ الْءَاخِرِ ۖ قَالَ وَمَن كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُۥ قَلِيلًا
ثُمَّ أَضْطَرُّهُۥٓ إِلَىٰ عَذَابِ النَّارِ ۖ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ :
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: "Ya
Tuhanku, Jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki
dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah
dan hari kemudian. Allah berfirman: "Dan kepada orang yang kafirpun aku
beri kesenangan sementara, kemudian aku paksa ia menjalani siksa neraka dan
Itulah seburuk-buruk tempat kembali".
[8]
Baca QS. Adz-Dzariyat [51]: 56.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ ﴿الذاريات:٥٦
“Dan aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”