Energi Barokah Masjid Al-Karomah


By : Marzuki Bersemangat
Sore menjelang berbuka puasa di Masjid Al-Karomah Nglundo Jombang warga sekitar berkumpul di Masjid untuk buka bersama. Acara yang dikemas berbuka puasa tersebut dimulai jam 17.15, sambil diisi ceramah agama. Warga sangat antusias mengikuti program Ramadhan itu. Terlihat beberapa orangtua muda, anak-anak duduk rapi DI JERAMBAH masjid. Anak-anak sudah berkumpul di Masjid sejak ba’da sholat ashar mengaji iqro’ untuk pemula. Sedang untuk tahap lanjutan diteruskan juz ‘Amma, yang terdiri dari surat-surat pendek.
Antusias warga juga terlihat pada jama’ah lima waktu. Warga berduyun-duyun pergi ke Masjid saat adzan. Tua, muda, laki-laki, perempuan khusu’ sholat berjama’ah di Masjid. ”Sholat Berjama’ah Lebih Baik Dari Sholat Sendirian Dengan Paha 27 Derajat”. Hadits tersebut ternyata teraplikasi oleh warga sekitar Masjid Al-Karomah Nglundo Jombang. pahala 27 derajat tersebut belum ditambah dengan besarnya fadhilah bagi mereka yang sudah bersuami atau beristri.
Sholat tarawih 20 rokaat itu di jalani dengan semangat yang luar biasa di Masjid Al-Karomah. Mulai awal tarowih 22 agustus 2009 kemarin, Masjid dipenuhi warga sampai penulis menulis (29/8/09). Masyarakat Jombang yang mayoriras warga Nahdliyin melaksanakan tarawih dengan 20 rokaat dengan ditambah witir 3 rokaat. Bilal setiap Masjid atau Mushola berbeda biasa ditemui. Memang bilal tidak ada dalil yang mengsyariatkan, namun tidak ada salahnya karena isi dari bilal adalah sholawat. Perdebatan tentang tarowih yang 20 rokaat dan 8 rokaat, warga Nahdliyin menyikapinya dengan tenang. Kalau hanya 8 rokaat mengapa harus dilakukan di dalam bulan romadhan? Pensyariatan tarowih itu terjadi dalam masa Kholifah Sayidina umar (Fathul Wahab) Masa Nabi belum di kenal istilah tarowih. Nabi Muhammad SAW setiap malam baik diluar ramadhan ataupun didalam bulan Ramadhan melakukan sholat sunah 8 rokaat, dan itu dijadikan dalil bagi manusia-manusia yang mengatakan tarowih itu 8 rokaat.
Jama’ah sholat tarowih di Masjid Al-Karomah ini terlihat khusu’ mendengarkan siraman rohani setiap hari antara tarowih dan sholat witir. Penceramah biasanya Imam sholat tarowih yang dilakukan bergilir para tokoh warga Masjid. Tema yang diangkat penceramah tidak jauh dari materi bab keutamaan bulan romadhan. Ba’da sholat tarowih aktivitas Masjid Al-Karomah adalah tadarus Al-Qur’an sampai tengah malam. Banyak makanan ringan yang dikirim oleh warga untuk para tadarus. Faktor makanan menjadi penyemangat tersendiri bagi pemuda. Sistem “balas dendam”: siang hari tidak makan dan minum begitu adhan Maghrib terdengar saat itulah start untuk makan dan minum sampai imsak. Kapan kita sampai pada tingkat puasa khowas, apalagi khowasil khowas. Kita ini masih pada tingkat bawahnya puasanya orang awam sebagaimana Nabi menyebutkan banyak orang berpuasa namun tidak mendapat apapun kecuali lapar dan dahaga. Puasa orang awam, Yakni hanya mencegah perut dan farji dari syahwat. Puasa khowas atau puasanya orang khusus adalah puasanya orang-orang sholih. Yakni mencegah anggota badan dari perbuatan dosa, maka tidak sempurna puasa orang-orang sholeh kecuali, selalu dalam 5 perkara: pertama mencegah mata dari melihat sesuatu yang dibenci syariat kedua menjaga lisan dari menggosip, bohong, provokasi, sumpah palsu. Karena Anas meriwayatkan sebuah hadits bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda: ada lima perkara yang dapat melebur puasa, Yakni bohong, gossip, provokasi, sumpah palsu, memandang dengan syahwat.Ketiga mencegah telinga dari mendengar setiap perkara yang dibenci syara’. Keempat mencegah semua anggota badan dari perkara yang dibenci syariat dan mencegah perut dari makanan syubhat (perkara antara halal dan haram). Kelima hendaknya tidak memperbanyak makan dari makanan halal ketika berbuka. Sesuai hadits Nabi SAW bersabda tidak ada tempat yang lebih dibenci Allah daripada perut yang penuh dengan makakan halal.Adapun puasanya khowasil khowas adalah puasanya para Nabi dan orang Shodiqin. Yakni mencegah hati dari hal yang dapat melupakan Allah (Dhurrotu An-nasihin Fi Alwa’di wa Al-Irsyad)

Tentang penulis :

Marzuki Ibn Tarmudzi, pernah mencicipi sedikit segarnya lautan ilmu di Pondok Pesantren Bahrul ‘Ulum Tambakberas Jombang, Jawa Timur. Hobinya yang suka nyorat-nyoret kertas ini dimulai semenjak nyantri. Kini, hobinya itu dituangkan di berbagai media online, itung-itung sebagai aksi dari ; “بلغوا عني ولو أية “,” sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat ”.